TAKENGON-LintasGAYO.co : Setelah sukses menggelar berbagai pelatihan kebudayaan dilanjutkan satu kali lomba cerdas cermat berbahasa Gayo seputar nelayan dan pertanian, Perempuan Pelestari Seni dan Budaya Gayo (Puan Persada) lagi-lagi menggebrak kepedulian masyarakat terhadap budaya Gayo melalui serangkaian lomba.
Di Bale Pendari, Takengon, Puan Persada kembali mengadakan lomba bertajuk budaya Gayo pada Kamis, 19 Desember 2019.
Baca : Latih Saer dan Mujerang untuk Siswa, Puan Persada Cetak Bibit Pelestari Adat Budaya Gayo
Sejumlah 14 grup pelajar SMP se-Kabupaten Aceh Tengah, putra dan putri, antusias mengikuti Lomba Saer dan 7 grup mengikuti Lomba Masak Tradisional Gayo ini.
Masih menyasar murid SMP sebagai peserta, Puan Persada tetap pada komitmentnya mengokohkan pengetahuan dan pengamalan budaya Gayo dalam kehidupan sehari-hari sedini mungkin secara berkesinambungan. Siswa SMP dianggap sangat mewakili sebagai penerus estafet budaya untuk negeri di atas awan ini.
Dalam sambutannya, Ketua Puan Persada Rahmawati SKM menyampaikan secara terbuka bahwa dana kegiatan ini berasal dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Nasional.
“Secara dana, sebenarnya nyaris tidak mungkin bagi Puan Persada mengadakan acara bertubi-tubi seperti ini. Tapi beginilah cara kami, dibisa-bisakan, demi mengetuk kesadaran masyarakat Gayo agar terbuka hatinya sama-sama membangunkan kembali adat budaya Gayo secara utuh untuk kemudian diturunkan pada generasi mendatang. Jangan sampai punah,” tuturnya tegas.
Menurut perempuan yang akrab dipanggil Bu Rah ini, budaya saer sangat efektif dijadikan alat dakwah Islamiyah dan kampanye positif dalam masyarakat Gayo. Untuk mengingatkan masyarakat pada nilai kebaikan yang kita harapkan diterima, tumbuh dan berkembang bagus di dalam masyarakat.
“Sebab dasarnya dia alami, diiringi sedikit gerak tubuh mengikut irama saja, tidak dibuat-buat. Mudah pula terhafal,” kata Bu Rah
Sedangkan memasak menu tradisional Gayo patut dilestarikan bukan saja sebagai warisan budaya, tapi karena menu-menu tersebut terbukti sehat dan menyehatkan. Tanpa bahan tambahan berbahaya.
Mengangkat tema “Orom Adu Saer, Orom Adu Jerang, Kite Katen Budaya Gayo Ku Kekanakni”, rangkaian perlombaan hari ini dibuka oleh Asisten Administrasi Umum Kabupaten Aceh Tengah, Arslan Abdul Wahab, yang membacakan sambutan tertulis Bupati Aceh Tengah. Sebelum membacakan sambutan, Arslan terlebih dahulu meminta maaf jika ada salah-salah kata nantinya, mengingat acara ini menggunakan Bahasa Gayo seutuhnya sebagai bahasa pengantar.
“Karena kita jarang berbahasa Gayo dalam acara resmi. Jangankan tanpa teks, membaca tekspun sulit. Ada bunyi-bunyi huruf vokal yang berbeda-beda pengucapannya. Khususnya huruf ‘e’,” ujarnya terus terang.
Lebih jauh Arslan menerangkan, bahwa dalam salah satu referensi yang dibacanya, terbilang lebih kurang 11 bahasa daerah di Indonesia ini yang sudah dinyatakan punah. Beberapa lainnya dinyatakan kritis dan beberapa yang lain berpotensi punah.
“Jangan sampai bahasa kita ini ikut punah juga,” demikian Arslan mengingatkan.
Di antara isi sambutan tertulis Bupati, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah menganggap kegiatan Puan Persada ini sudah sukses. Bukan karena akan ada pemenang lomba saja, tapi dari antusias pesertanya.
Pemkab Aceh Tengah sendiri berkomitment tinggi melestarikan budaya Gayo, di antaranya dengan mewajibkan muatan lokal Bahasa Gayo sebagai mata pelajaran wajib untuk tingkat SD. Pemkab berharap ke depan Budaya dan Bahasa Gayo dapat menjadi salah satu mata kuliah sampai ke perguruan tinggi. [Hefa/Zuhra R]