Bintah, Kampung Persinggahan di Pesisir Barat Aceh yang Terisolir

oleh

Catatan : Fauzan Azima*

Kalaulah bisa memilih ibu yang mengandung, tentu dulu Nek Hasan (80 tahun) akan memilih Ratu Elisabeth dari Inggris yang mengandungnya daripada salah seorang ibu di Kampung Bintah, Kecamatan Pasie Raya, Kabupaten Aceh Jaya.

Betapa tidak, jangankan dibandingkan dengan Birmingham salah satu kota di Inggris, dengan kampung-kampung lain di Aceh saja, Bintah sangat terisolasi. Untuk menuju Kampung Bintah harus melalui jalan penuh lubang dan berdebu karena menjadi lintasan utama truck pengangkut material galian C.

Sekitar dua kilo meter sebelum sampai di pusat Kampung Bintah, kita harus menyeberangi Sungai Krueng Teunom selebar 200 meter dengan rakit motor, yang dari hari ke hari akan terus mengalami abrasi karena aktivitas galian C milik keluarga pejabat sudah sampai di sudut kampung Bintah.

Sudah menjadi hukum dunia, masih ada tegur sapa basa basi, selama mereka masih mendapatkan keuntungan dari penggalian material pasir dan batu, tetapi setelah aktivitas mereka berakhir, bertemupun sudah tidak memberi salam lagi meski mereka lewat menggores hidung masyarakat Kampung Bintah.

Sungai Krueng Teunom termasuk ke dalam kategori “Sungai gila” karena tidak mendung atau hujan, sewaktu-waktu sungai itu bisa pasang kalau di hulu Sungai Tangse dan Geumpang Kabupaten Pidie terjadi hujan, sehingga tidak bisa dilalui rakit. Sementara satu-satunya pasokan logistik adalah Kota Kecamatan Pasie Raya. Mereka terpaksa pasrah sampai air sungai susut.

Semangat hidup mulai tampak ketika memasuki gerbang Kampung Bintah. Semula kita menduga bahwa kawasan tersebut seperti pemukiman transmigrasi, tapi ternyata kearifan lokal masyarakat di sana dengan membagi tanah hunian 20×50 meter per Kepala Keluarga.

“Bintah” sendiri bermakna lintasan, termasuk kampung tua, sebelum kemerdekaan masyarakat sering melintas dari Teunom ke Woyla. “Awak awai” yang mendirikan Kampung Bintah adalah Geucik Bantan, yang ikut memfasilitasi menyumbang dana untuk kemerdekaan Indonesia.

Kampung Bintah awalnya adalah perkebunan masyarakat Woyla (Aceh Barat) yang kemudian satu per satu pindah dan menetap di sana. Kini, penduduk di sana berjumlah 136 KK dengan jumlah 499 jiwa.

Andai Nek Hasan benar-benar lahir dari Ratu Elisabeth, sudah barang tentu, punya saham di perusahaan mobil Land Rover, bebas menikmati sebagai penonton eksklusif konser musik The Bittle dan pasti punya pengaruh dalam club bola Liverpool, serta dipastikan tidak bolak balik naik rakit motor Sungai Krueng Teunom.

(Bintah, 27 Juni 2019)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.