Ketua Markas Cabang LMP Aceh Tengah ; Jangan Paksa Kami Jadi Anak Nakal!

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : Ketua Markas Cabang Laskar Merah Putih (LMP) Merah Putih Aceh Tengah, Alfata menyebutkan jangan ajarkan LMP Aceh Tengah menjadi anak nakal.

Pernyataan tersebut dilontarkan dalam sambutannya sesaat sesudah dilantik pengurus Markas Cabang LMP Aceh Tengah Periode 2019-2024, Rabu 27 Maret 2019 di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon.

“Kepada ketua kami Bapak AKBP (Purn) Sutri Hamdani, MI selaku ketua LMP Provinsi Aceh kami meminta perhatian, kami adalah anak ibu pertiwi, kami adalah anak kandung TNI/Polri, kami tidak pernah menjadi anak nakal, jangan paksa kami jadi anak nakal. Kami melihat perhatian hanya tertuju kepada anak-anak nakal ini,” tegasnya.

“Karena LMP Aceh Tengah di bawah kepemimpinannya saya payungnya adalah konstitusi dan relnya adalah hukum. Jika ada nanti diantara yang berurusan dengan hukum, mohon dibantu ketika kami benar, dan dibinasakan ketika kami salah,” tambah Alfata.

Menurutnya, peran Ormas LMP adalah khusus untuk melaksanakan tugas konstitusi terutama pasal 30 ayat 1 UUD 1945, dikatakan bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak dan wajib ikut serta mempertahankan dan membela negara.

“Untuk Aceh Tengah sudah kita lakukan jauh-jauh hari Sebagaimana peristiwa konflik Aceh dulu, di Aceh Tengah lah yang banyak berkibar bendera Merah Putih ketika itu,” ujarnya.

Menanggapi itu, Ketua LMP Provinsi Aceh, AKBP (Purn) Sutri Hamdani dalam sambutannya mengatakan, bahwa anak-anak LMP tidak boleh diintimidasi. “Tidak usah takut, jika tadi kata ketua LMP Aceh Tengah jangan paksa kami jadi anak nakal. Saya pertegas, jika kalian dipaksa jadi anak nakal, saya dan pak Soenarko ada di depan kalian,” tegasnya.

“Kita boleh takut, tapi takutnya hanya kepada Allah SWT. Maka saya pertegas kepada kalian, mulai hari ini kita rubah paradigma jika kita bertemu orang yang duitnya banyak, kita biasa menyapa dengan dua tangan ke atas langsung kita peluk, ujung-ujungnya apa, pak ada proyek enggak? Ini sudah tidak benar, karena mengangkat kedua tangan adalah hak Allah bukan untuk hambanya. Maka dari itu kita ganti menyapa orang dengan menaruh tangan di dada sebelah kiri,” tambahnya.

Sutri Hamdani juga menitipkan tiga hal yang ia kutip dalam bahasa Gayo kepada LMP Aceh Tengah. “Pertama jema mude berkekire gelah lues (orang muda punya pikiran luas). Kedua jema tude berkekire lagu jema mude (orang tua berkekire seperti orang tua), ini artinya orang tua berjiwa muda. Ketiga jema tue si tue-tue (orang tua yang dituakan), hal ini yang harus kalian tiru, beliau bisa jadi guru, bisa jadi panutan, bisa jadi imam,” kata sosok pensiun Polri yang beristrikan orang Gayo ini.

[Darmawan]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.