[Puisi] Aceh Dalam Bayang Kelam Tsunami

oleh

Oleh : Rahmadani*

Riwayat Aceh, ujung utara pulau Sumatra
Pegari cahaya baskara di balik barisan bukit menjulang
Kusambut Minggu pagi
Hembus bayu, dingin kian membalut
Terkamannya membuai air laut

Sangkala nelayan akan pergi melaut
Puak berwisata melepas kelut
Serejang aku merasa kedatangan gemuruh
Deburan pantai menyurut sangat jauh

Tak sebentar pun, deburan itu datang kembali menumpahkan segala isi
Menghempas dan meluap ke daratan

Mata terbelalak, belingsatan, tersara bara lari menyelamatkan diri
Tangan mungil ku hilang dari genggaman Ibu
Lepas dipisah arus, sedetik kumenoleh, namun telah tiada
Air tak memberi ampun, gelombang besar terus menggulung-gulung
Beringas meratakan daratan dan menyisakan Baiturrahman
Air telah meluluhlantakkan bumi Aceh

Tak segelintir tapi kelimun terdengar suara bantu dan tolong
Kalang kabut lari tunggang langgang menyingkir
Tetapi terlambat, meraka pergi bersama air tsunami
Nyawa terampas bertimbun buih lautan
Menyeruak lalu senyap

Kami yang masih diberi sisa kehidupan
Menyaksikan pilu pedih tangis massa
Sepanjang jalan mayat-mayat bergelimpangan
Ibuku, Ayah dan saudaraku, orang-orang kampungku hilang entah kemana
Gelombang tsunami melalap sepertiga Banda
Wara-wara berlampar hingga penjuru dunia
Malaysia, Cina, Palestina dan kawan-kawannya
Mengucap kasihan, mengiba menghelus dada
Memberi sumbangsih uluran tangan pengobat luka

Terkenang bumi Aceh 2004 lalu
Isak tangis tak lagi bersuara
Saksi sejarah Museum dan PLTD Apung tersisa
Pedih, pilu luka tangis sanak saudara
Tak piawai menahan duka, apalagi bercerita
Akan kusampaikan saja pada sekilas cahaya di langit kelam, dan membiarkan terbawa senja

Tiada tempat menyandarkan kepala
Hanya Tuhanlah tempat berdoa dan meneteskan air mata
Asoe Nanggroe yang loen cinta (bumi Aceh yang kucinta)
Mari bangkit dengan semangat Iskandar Muda
Menggalibkan Serambi Mekkah seperti sediakala [SY]

Banda Aceh, 2018

*Rahmadani, lahir di Takengon pada 27 Januari 1996. Anak keempat dari lima bersaudara dari ayah Mursalin dan Ibunda Salmiah. Pendidikan diawali Sekolah Dasar Negeri 10 Takengon, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Takengon dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Takengon. Pendidikan terakhir pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala pada tahun 2014-2018. Menulis merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik, karena dengan tulisan kita dapat menyapa, berkata dan mengisahkan cerita. Seseorang akan dikenal sampai semasa hidupnya tetapi penulis akan dikenang sepanjang masa.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.