Oleh : Fauzan Azima*
Antara ya dan tidak, belum pasti, apakah dosa saya yang 1 prosen termasuk mengkritisi Pemerintahan Shafda, terutama terhadap Wakil Bupati, Firdaus SKM agar “ditendang saja ke laut,” karena dianggap terlalu banyak di Aceh Tengah.
Awalnya saya sedikit menyesal dengan pernyataan tersebut. Mungkin “penyesalan” saya itu yang menjadikan saya berdosa 1 prosen karena bagaimanapun bupati dan wakil bupati adalah jabatan publik yang harus siap dikritik kapan saja dan di manapun.
Sesungguhnya apa yang terjadi pada Pemerintah Shafda, khususnya pilihan rakyat yang salah, terutama pemilihan wakil bupati seperti Firdaus AN adalah termasuk dalam ayat tarikhiyah yaitu kenyataan sejarah Aceh Tengah yang jangan sampai terulang pada masa yang akan datang.
Kita perlu punya pemimpin yang cerdas dan berempati kepada rakyatnya. Kalau rakyat kurang gizi, maka penuhilah gizinya. Andai badannya kecil-kecil berilah asupan vitamin sehingga badannya memenuhi standar atlit dan kalau mau berprestasi maka berilah fasilitas tempat mereka untuk berlatih.
Pemimpin itu yang dipegang adalah kata-katanya. Bukan pistol di pinggangnya atau bilangan bodyguard yang mengawalnya. Memang benar asal bukan monyet saja yang menjadi pemimpin, tetapi di antara seratus ribu lebih rakyat Aceh Tengah pasti banyak orang pinter yang pantas jadi pemimpin.
Mudah-mudahan dengan masukan ini hapuslah dosa saya yang 1 prosen. Harapan kita memang tidak ingin berdosa, tetapi yang lebih penting adalah takutlah dari berbuat salah.
(Mendale, 28 November 2018)