Buku Menuju Kebangkitan Cahaya Senja; Suara Hati Gadis Berparas Optimis

oleh

Catatan: Husaini Muzakir Algayoni*

Penulis ternama Gola Gong suatu ketika pernah mengatakan “Jangan cerita kegalauan kalian disana (facebook) tapi buatlah tulisan yang bermanfaat bagi orang banyak, karena jika kita telah menulis sesuatu yang bermanfaat di media sosial tersebut maka kita akan punya pembaca yang akan selalu menantikan postingan-postingan tulisan kita.”

Media sosial (Facebook dan lain-lain) adalah tempat curahan hati kebanyakan orang, rasa bahagia maupun sedih ditumpahkan ke dinding facebook. Segala bentuk kata-kata bisa diciptakan untuk mencurahkan perasaan ke media sosial, dari tidak bisa membuat kata-kata puitis tiba-tiba berubah menjadi puitis tatkala hatinya terkoyak lantaran cintanya ditolak atau putus cinta. Dari tidak bisa membuat kata-kata bijak tiba-tiba merubah bagaikan motivator ulung hanya karena membuat status di dinding facebook.

Kata-kata lahir bak air mengalir biasanya datang ketika hati sedang dilanda pilu dan kesedihan mendalam, Kahlil Gibran dengan sayap-sayap patahnya mampu membius para pembacanya dengan sentuhan kata-kata cinta, Novel Habibie dan Ainun lahir dari kisah kehidupan BJ. Habibie tatkala sang istri tercinta harus pergi selama-lamanya. Begitu juga dengan buku “Menuju Kebangkitan Cahaya Senja (Bangkit, Bergerak dan Berlari Cepat)” karya Oktaviana Mayamin, saya melihatnya buku ini lahir dari rasa kesedihan yang pilu menimpa seorang gadis muda karena ditinggalkan oleh sosok seorang ayah.

Anak perempuan memang suka mengeluarkan curahan hati kepada teman-temannya atau ia tumpahkan ke dinding facebook, kalau saja kata-kata curahan tersebut bisa digunakan sebagai bahan tulisan bisa menjadi sebuah karya. Hal ini yang dilakukan oleh Oktaviana Mayamin dalam bukunya tersebut, isi perasaannya penuh dengan rasa sedih, emosi dan lain sebagainya setelah ayahnya meninggal ia tumpahkan dalam bentuk tulisan dan bisa ia rangkai dengan kalimat-kalimat yang dapat memotivasi bagi siapa yang membacanya.

“Suara Hati Gadis Berparas Optimis” begitu saya menyebutnya sosok penulis dalam buku ini, setelah ayahnya meninggal ia harus mendampingi adik-adiknya agar tidak merasakan kehilangan sosok ayah, cita-cita menjadi seorang dokter yang sedari kecil telah dicita-citakan kandas, gadis ini menikmati setiap ujian dengan berpikir positif dan mengeluarkan energi semangat untuk dirinya sendiri sehingga tidak jatuh dalam keterpurukan.

Gadis berparas optimis ini memandang bahwa optimis adalah mimpi terbaik yang aku punya sepanjang masa, belajar banyak hal dalam setiap lekuk kehidupan kesulitan adalah teman sejati perjuangan dan tantangan terkadang saling beradu untuk menyemangati, memompa kembali lelah kehidupan yang menyakiti.”

Buku setebal 134 ini memberikan cambuk untuk generasi muda di dataran tanah tinggi Gayo bahwa generasi Gayo harus bangkit dan tidak mudah menyerah dengan kondisi kehidupan apapun, terpuruk maka harus bangkit untuk menggapai impian dan cita-cita walaupun dalam prosesnya penuh dengan cucuran keringat dan cucuran air mata dalam menggapainya.

Generasi muda dataran tanah tinggi Gayo, pastikan anda membaca buku motivasi ini dari seorang gadis berparas optimis dan semoga kita juga dalam mengarungi kehidupan diwarnai dengan pikiran positif dan selalu optimis dalam menatap masa depan. “Berbungan seperti melati ibu pertiwi, seperti putihnya malaikat, harum semerbak bagai minyak wangi.” Menuju Kebangkitan Cahaya Senja; Menuju Kebangkitan Cahaya Generasi Muda Dataran Tanah Tinggi Gayo. []

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.