Oleh : Fauzan Azima
Sebagai mana kita tahu bahwa bangsa yang kuat, pinter dan berumur panjang adalah bangsa Aria yang bermukim di Eropa Utara, yaitu; negara-negara Skandinavia dan Jerman. Mereka menjadi “bangsa super” karena minum air murni.
Ratusan tahun lalu, Jerman sudah memikirkan rakyatnya harus minum air murni. Pengelolaan air minum yang benar-benar langsung bisa diminum. Jadi air mereka standar “air minum” karena air minum sudah pasti bersih, tetapi air bersih belum tentu bisa diminum.
Pada abad ke-15, Jerman melindungi rakyatnya supaya menjadi “manusia lebih” dari bangsa lain dengan membuat “Undang-Undang Kemurnian Air” (Reinheitsgebut). Awalnya undang-undang tersebut untuk membuat bir supaya berkualitas harus dicampur dengan air benar-benar murni.
Dalam perkembangannya, “Undang-undang Kemurnian Air Minum” tersebut dirubah menurut situasi zaman tidak saja kewajiban air murni untuk campuran bir, tetapi juga untuk sarana dan prasarana serta kebutuhan air minum secara luas; sumber air, teknologi dan pengelolaan air minum yang benar.
Negara Scandinavia dan Jerman sudah memikirkan kebutuhan dasar yakni air minum rakyatnya sejak ratusan tahun lalu. Pelayanan dan kepedulian negara terhadap rakyatnya luar biasa yang membuat nasionalisme mereka tinggi.
Berkaca pada Bangsa Aria, Indonesia kalau mau berkualitas Sumber Daya Manusia (SDM)-nya, mulailah dengan meningkatkan kualitas air minumnya dengan membuat “Undang-undang Kemurnian Air Minum”. Karena Kita tahu negera kita adalah negara yang paling tidak peduli dengan kemurnian air minum rakyatnya.
Di negeri kita bukan saja air murni saja yang melimpah, tetapi juga “air keramat” seperti air zam zam pun banyak di tiap tempat. Sumur-sumur di Lombok Timur, NTB, Air sumur Buntul Linge, Aceh Tengah dan air sumur Mesjid Asal Penampaan, Gayo Lues adalah air sumur yang diberkati.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” demikian ayat yang diulang-ulang Surat Ar-Rahman di dalam Al-Qur’an. Kenikmatan yang mana lagi yang kurang pada negeri kita sehingga kita tidak mengelolanya dengan benar sebagai wujud syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala.
(Mendale, 15 September 2018)