BANDA ACEH-LintasGAYO.co : “PKA 7 ini Anjungan Aceh Tengah minimalis,” kata pengamat budaya, Rahmat Sanjaya kepada LintasGAYO.co pada Minggu 12 Agustus 2018 di Taman Ratu Shafiatuddin Banda Aceh.
“Minim kegiatan budaya juga minim informasi akses menuju ke Takengon,” jelas Rahmat.
Ini bukti, di era teknologi kita masih kekurangan informasi. Kalah dengan zaman sebelum adanya teknologi. Maestro AR, Moese yang telah menjelaskan bagaimana jalan ke Gayo melalui syair lagu Lane.
“Kita hanya menjelaskan lokasi wisata di Gayo, tapi tidak menjelaskan cara menuju ke sana. Sekarang kendalanya bukan kondisi jalan ke Gayo tapi minimnya informasi yang kita berikan. Kondisi jalan sudah sangat memadai melalui Lhokseumawe, Bireuen, Betung atau alternatif jalan lainnya,” kata seniman asal Takengon ini.
“Saya tanya juga sama petugas di sana, jika saya jalan-jalan ke Takengon, di mana penginapan?. Mereka tidak menjelaskan secara rinci, dan berkilah hanya bertugas untuk menjelaskan barang yang dipamerkan di anjungan,” kata Rahmat kecewa.
Tidak hanya itu, Rahmat juga menilai, anjungan PKA minim kegiatan kebudayaan.
“Harusnya kita berkaca pada kemenangan sebagai juara umum pada PKA sebelumnya,” keluh dewan juri eksebisi PKA 7 ini sembari mengusulkan agar Aceh Tengah melakukan evaluasi.
Senada dengan Rahmat, Purnama K Ruskan juga mengeluhkan minimnya kegiatan budaya di Anjungan Aceh Tengah.
“Gayo ‘gudangnya’ seniman, namun anjungan kurang diwarnai kegiatan seni,” kata penyair ini.
Purnama K Ruslan juga sesalkan penggunaan cat orange di anjungan Aceh Tengah. Pasalnya menurut Purnama, orange bukanlah warna identitas Gayo.
“Ukiran kerawang di dinding juga ditutupi dengan cat orange. Harusnya kerawangnya jangan ditutup, inikan identitas,” pungkas Purnama K Ruslan. [Zuhra Ruhmi]
