Kisah 4 Juli di Kabupaten Bener Meriah Memang Meriah

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

“Kisah 4 Juli di kabupaten Bener Meriah hitam kehitaman dalam rona merah” (Husaini Algayoni)

Malam pekat telah masuk membawa angin malam yang sejuk meninggalkan senja eksotis di bawah kaki gunung Burni Telong, senja eksotis di sore hari itu berubah menjadi malam yang kelam.

Angin malam yang dingin tidak lagi dingin menjelang pertandingan kolombia versus Inggris dibabak 16 besar 4 Juli dini hari karena dihebohkan dengan berita kurang sedap didengar telinga masyarakat kabupaten Bener Meriah yang baru saja pemimpinya terciduk oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di kabupaten Aceh Tengah.

KPK bukan hanya menangkap pemimpin kabupaten penghasil kopi tapi juga Gubernur Aceh Irawandi Yusuf. Kasus ini tiba-tiba menjadi pembahasan meriah di kalangan pengguna media sosial, di satu sisi ada yang menyayangkan atas kejadian ini karena belum genap satu tahun menjabat sebagai bupati sudah berurusan dengan KPK (dilantik 14 Juli 2017, ditangkap 3 Juli 2018) dan di sisi lain ada yang mengapresiasi keberhasilan KPK dalam memberantas korupsi di Aceh. Kemudian dilihat dari segi politiknya, para lawan politik tertawa dan mengolok-olok dua kepala daerah ini sebagai sindiran dalam dunia politik.

Kisah 4 Juli menjadi duka bagi Kabupeten Bener Meriah namun tetap meriah dalam pemberitaan dan dunia maya (medsos), kemudian kemeriahan dari alam maya dilanjutkan ke alam nyata dalam mengenang dan fungsi Radio Rimba Raya sebagai radio perjuangan dalam agresi Belanda di kawasan tugu Radio Rimba Raya yang dihadiri Wakil Bupati Bener Meriah, Bupati Aceh Tengah, petinggi dari kalangan insan informasi dan komunikasi, polisi, tentara juga disemarakkan oleh masyarakat serta dimeriahkan oleh penampilan seniman Gayo, drama teater dari siswa SMA 1 Bandar yang berkolaborasi dengan penyair Gayo Fikar W Eda.

Tgk. H. Abuya Syarkawi dalam kata sambutannya mengatakan Radio Rimba Raya situs bukan sembarang situs tapi situs paling fenomental bagi Republik Indonesia.

Beliau juga mengatakan belum sampai ke Gayo kalau belum ke tugu Radio Rimba Raya. Senada dengan Wakil Bupati Bener Meriah, Direktur Utama (Dirut) Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) M. Rohanuddin mengatakan bahwa Radio Rimba Raya hidup diempat generasi yakni hidup di zaman penjajahan, orde lama, zaman Soeharto dan hidup di zaman demokratis.

Mengenang peran dan fungsi Radio Rimba Raya sebagai radio perjuangan M. Rohanudin membacakan puisi tentang Radio Rimba Raya bahwa dari dari sinilah Indonesia masih ada “Radio Rimba Raya suaramu begitu dekat, agresi kedua tahun 1948 Belanda mengumumkan keseluruh antero dunia bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi. Begitulah kejahatan demi kejahatan Belanda diulang-ulang disampaikan di negeri kita ini, pengumuman ini disampaikan bertubi-tubi sebagai strategi licik Belanda yang mencoba ingin mengulang sejarah buruk mereka di perut bumi pertiwi dengan satu alasan Indonesia memang kaya raya dan tak akan pernah miskin, karena di rahim Indonesia tumbuh satu beribu-ribu benih menyebar di manapun kita bernafas dan tak akan pernah sirna. Radio Rimba Raya di tempat ini, tiba-tiba secara mengejutkan dengan suara lantang dan juga bertubi-tubi mengalirkan keseluruh pembuluh darah dan isi perut bumi Indonesia dengan mengatakan dari sini Indonesia masih ada, dari sini Indonesia masih ada, dari sini Indonesia masih ada.”

Sebagaimana yang kita ketahui bersama-sama bahwa Radio Rimba Raya adalah radio yang mengudara ke angkasa memberitakan bahwa Indonesia masih ada dan Revolusi 1945 masih tetap menyala pada 20 Desember 1948, karena sebelumnya, pada 19 Desember 1948 Belanda melalui Radio Hilversun secara lantang menyiarkan bahwa Republik Indonesia sudah hancur. Sebagian dunia mempercayai berita itu.

Sebelum matahari terbenam di ufuk barat, lagi-lagi terjadi kemeriahan di kabupaten Bener Meriah dengan hadirnya penceramah kondang yang namanya tak asing lagi di telinga yaitu Ustad Abdul Somad (UAS)

Kehadiran penceramah UAS di Masjid Babussalam Simpang Tiga Redelong dalam rangka Tabligh Akbar, ceramah yang disampaikan oleh UAS diapresiasi oleh masayarakat Gayo dengan datang berduyun-duyun mulai dari orang tua hingga anak-anak memenuhi lapangan Masjid Babussalam dan ini menurut penulis merupakan rekor terbanyak dalam mendengar ceramah yang diikuti oleh masyarakat Gayo.

Datang berduyun-duyun ke lapangan sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat Gayo karena setiap ada event pacuan kuda pasti mayarakat Gayo sudah berada di lapangan pacuan kuda sebagai tradisi budaya Gayo namun mendengar ceramah menjadi hal yang tidak biasa di lapangan, lihat saja pada bulan Ramadhan berapa orang yang mendengar ceramah setelah selesai shalat tarawih dan mendengar ceramah tersebut hanya orang-orang tua.

Kehadiran UAS semoga menjadi langkah awal bagi masyarakat Gayo untuk terus menghadiri acara-acara keagamaan khususnya dalam mendengar ceramah dari kalangan ulama dan mudah-mudahan pemerintah kabupaten Bener Meriah dan juga kabupaten Aceh Tengah terus menggalakkan tabligh-tabligh akbar untuk mendekatkan masyarakat kepada ajaran Islam penuh rahmat, damai dan cinta kasih.

*Penulis: Kolumnis LintasGAYO.co

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.