Serpihan Emas di Linge, Berkah atau Bencana?

oleh

Catatan : Sertalia*

Hamparan dataran rendah di Gayo, Aceh Tengah terletak di Kecamatan Linge (350-700 Mdpl). Gayo, yang merupakan dataran tinggi di Provinsi Aceh terkenal dengan citarasa kopi terbaik. Namun, tak semua wilayahnya bagus ditanami kopi. Salah satunya adalah Kecamatan Linge. Di daerah ini, cocok untuk tempat peternakan di Gayo.

Namun, akhir-akhir ini daerah yang terkenal dengan hamparan pohon Pinus dan persawahan, muncul sumber penghasilan baru. Daerah yang juga, beberapa waktu lalu sempat dihebohkan dengan sumber penghasil batu mulia nomor dua terbaik di dunia, sempat dijuluki bumi berliannya Gayo.

Seakan, tak habis membuat kejutan lewat Sumber Daya Alam yang terkandung di perut bumi Linge, kini daerah ini muncul serpihan emas. Linge juga dialiri beberapa anak sungai yang semuanya bermuara ke sungai Jambo Aye dan langsung ke aliran terakhirnya di Arakundo, Kabupaten Aceh Timur.

Daerah yang menjadi penghasil emas di Linge, diawali dari Kampung Lumut. Dalam kurun empat tahun terakhir, kawasan ini dihebohkan dengan penambang emas tradisional yang memecah batu dan memisahkan biji emasnya. Kawasan penambangan ini, dilakukan di darat bukan di sungai.

Namun, dalam dua tahun terakhir. Masyarakat setempat mulai beralih ke sungai. Mereka (penambang tradisional) mendulang emas dengan cara yang masih sangat sederhana. Hal ini pun berlanjut hingga dari Sungai yang berada di Kampung Lumut, hingga ke Kala Ili, Kampung Owaq hingga ke Kemukiman Wih Ni Disun Jamat.

Salah seorang penambang, Aman Soherman (43), yang kini memiliki 3 mesin penyedot pasir untuk mendulang emas yang berlokasi di Ume Lakoten dan Kala Ili, saat ditanya LintasGAYO.co, mengatakan meski baru melakukan penambangan namun dirinya sudah menghasilkan emas dalam jumlah yang cukup lumayan.

Senada dengannnya, warga Kampung Lane, Aman Elpi juga membenarkan apa yang diutarakan aman Soherman. Ia baru menambang selama dua minggu terakhir, dan telah mendapatkan keuntungan. “Dua minggu ini sudah ada 90 gram emas yang saya dapat, dengan kadar emas mencapai 90-95 persen,” terang Aman Elpi.

Ia mengaku saat ini ada 17 warga yang melakukan penambangan di sungai Lumut hingga ke Kemukiman Wih Ni Dusun Jamat. Ia pun mengaku, penambangan yang dilakukan dengan cara ramah lingkungan.

“Kami tidak menggunakan zat kimia seperti merkuri atau air raksa sedikitpun dalam prosesnya. Yang kami lakukan hanyalah dengan menyedot pasir, disaring kemudian di dulang. Emas disini terpisah dari bebatuan. Jadi sangat mudah untuk menisahkan pasir dan serpihan emasnya,” katanya.

Penulis selaku putra Linge, mengaku terkesan dengan sumber daya alam yang tersimpan di daerah ini. Terlebih, ini menjadi sumber penghasilan baru bagi masyarakatnya. Namun, dari sisi lingkungan tentu penambangan akan berdampak meski dilakukan dengan cara tradisional.

Perlu ada kajian serius dari pihak terkait, agar terhindar dari bencana yang akan timbul dari dampak penambangan. Namun, apa yang dilakoni masyarakat saat ini jangan dicekoki oleh kepentingan serakah dari investor yang akan melirik potensi ini untuk kepentingan bisnisnya.

Pemerintah harus sigap, memberiman penyuluhan bagi penambang lokal dan tidak membiarkan investor luar masuk seenaknya mengeruk hasil bumi Gayo yang melimpah. Biarkan masyarakat lokal yang mengelolanya dengan cara tradisional, Pemerintah harus hadir memberi penyuluhan.  [DM]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.