Kiprah Komunitas Enti Gaboxs Membangun Pertanian di Gayo

oleh

Oleh : Fathan Muhammad Taufiq*

Salah satu tolok ukur keberhasilan kegiatan pembinaan dan penyuluhan pertanian adalah adanya sinergi yang kuat antara pelaku utama (petani), pelaku usaha (pedagang,pengusaha) dengan pera penyuluh pertanian. Sinergi yang baik antara ketiga unsur pertanian tersebut, akan memudahkan proses interaksi, sharing informasi dan transformasi teknologi pertanian. Melalui sinergi ini, peningkatan produksi maupun pemasaran hasil pertanian juga akan lebih mudah, sehingga kesejahteraan petani sebagai tujuan dari kegiatan penyuluhan ini dapat tercapai.

Contoh sinergi yang baik dari ketiga unsur utama pertanian tersebut, telah ditunjukkan oleh komunitas yang menamakan dirinya ‘Enti Gaboxs’, nama yang agak unik dan kedengaran aneh. Komunitas yang beranggotakan puluhan penyuluh pertanian, petani dan pelaku usaha pertanian ini mulai eksis sejak pertengahan tahun 2017 yang lalu, persisnya terbentuk pasca pelaksanaan Penas Petani Nelayan ke XV di Aceh. Sebagian besar anggota komunitas ini memang merupakan para pihak yang terlibat langsung dalam kontingen kabupaten Aceh Tengah dalam even nasinonal tersebut. Komunitas tersebut telah menunjukkan eksistensinya dalam ajang Penas 2017 itu dengan menyabet berbagai gelar juara dalam even tersebut, diantaranya juara pertama stand expo Penas, beberapa gelar juara dalam kontes hortikultura dan beberapa gelar juara dalam expo ternak. Bukan hanya dalam ajang Penas saja, komunitas Enti Gaboxs kemudian juga bersinergi dengan Kepolisian Resort (Polres) 107 Aceh Tengah, turut menyukseskan even “Aceh Police Expo” pada tahun yang sama.

Tak ingin hanya menunjukkan prestasi dalam berbagai even, komunitas yang ‘digawangi’ oleh Safrin Zailani, penyuluh pertanian yang sarat prestasi, Safriga, petani muda yang eksis dalam menggerakkan pertanian organik dan Irwandi, seorang pelaku usaha bidang pertanian, komunitas ini kemudian melanjutkan eksistensinya di lapangan. Memanfaatkan lahan sewa di kawasan agrowisata Pantan Terong, komunitas Enti Gaboxs kemudian menjadikan lahan tersebut sebagai pusat kegiatan kelompok sekaligus sebagai wahana percontohan dan pembelajaran bagi petani.

“Sebuah contoh yang baik, lebih berharga dari seribu nasehat”, pepatah itulah yang mengilhami komunitas ini intuk berkiprah langsung di lapangan dengan menunjukkan karya nyata yang bisa dilihat langsung dan dicontoh oleh para petani. Melihat potensi pengembangan hortikultura khususnya kentang yang sangat bagus di kawasan ini, komunitas yang sebagian besar aaggotanya adalah penyuluh dan petani berusia muda ini, kemudian berupaya untun menjadikan lahan usaha mereka sebagai lahan percontohan budidaya dan pengembangan varietas kentang. Tapi meski terfokus pada komoditi kentang, namun mereka juga tidak melupakan komoditi hortikultura potensial lainnya seperti cabe, tomat, kol dan wortel, kebetulan lahan usaha mereka memiliki kesesuain agroklimat untuk pengembangan berbagai komoditi hortikultura, utamanya jenis sayuran dataran tinggi.

Bergerak secara swadaya dan swadana, komunitas yang kini sudah meiliki badan usaha dalam bentuk koperasi pertanian (koptan) ini terus menggeliat. Meski usianya masih ‘seumur jagung’ namun sudah mampu menunjukkan kiprah yang sangat bermanfaat bagi petani. Beberapa kali panen kentang dengan hasil yang cukup memusakan, komunitas ini makin eksis untuk terus mengembangka komoditi ini sebagai usaha utama mereka, apalagi dari aspek bisnis, komoditi ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, karena harganya relatif stabil dan permintaan pasar terus mengalami peningkatan.

Apalagi salah seorang anggota komunitas ini, Irwandi adalah sosok pelaku usaha hasil pertanian yang sudah cukup lama berkecimpung dalam usaha ini, dia akan siap membantu pemasaran hasil pertanian yang dihasilkan oleh komunitas ini maupun yang dihasilkan oleh petani lainnya.

Tak hanya bidang hortikultura saja yang mereka geluti, komunitas ini juga memiliki usaha budidaya perikanan darat. Beberapa petak kolam milik salah seorang anggota, kini menjadi lahan budidaya ikan mujahir, nila dan ikan mas bagi kelmpok ini. Kedepan, kolam yang mereka usahakan ini akan dijadikan sebagai kolam pemancingan yang dibuka untuk umum, karena bisnis pemancingan ikan, prospeknya juga cukup baik.

Lakukan uji varietas kentang

Namun meski orientasi mereka adalah agribisnis sebagai upaya menningkatkan kesejahteraan anggotanya, namun aspek penyuluhan tetap menjadi prioritas utama. Itulah sebabnya selain terus melakukan usaha tani yang berorientasi agribisnis, mereka tetap mengedepankan sisi pembelajaran yang bisa dimanfaatkan oleh petani sebagai bentuk sumbangsih mereka terhadap kemajuan pembangunan pertanian di daerah mereka. Di awal tahun 2018 ini, komunitas yang beranggotakan 15 penyuluh pertanian, 15 petani dan 5 pelaku usaha agribisnis ini, mulai melakukan upaya pengujian berbagai viarietas kentang yang berasal dari berbagai daerah penghasil kentang di Indonesia seperti Pengalengan, Bandung dan Berastagi, Sumatera Utara. Ada beberapa varietas yang dijadikan sebagai obyek pengujian ini, seperti varietas Sangkuraing, Dayang Sumbi, Hertha, Mamamia dan Granola serta beberapa varietas lokal yang sudah berkembang di dataran tinggi Gayo (Aceh Tengah dan Bener Meriah).

Tujuan uji varietas ini adalah untuk mengetahui varietas kentang yang palaing cocok dengan kondisi agroklimat kabupaten Aceh Tengah, memiliki produktivitas tinggi dan pangsa pasar yang baik. Selain itu, pengujian varietas ini juga sebagai upaya untuk penyediaan benih atau bibit kentang yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Selama ini sebagian besar kebutuhan benih kentang bagi petani di Aceh Tengah, masih bergantung pasokan dari luar daerah, ini yang menjadi salah satu keprihatinan komunitas ini, sehingga muncul ide untuk melakukan uji varietas ini.

Kebetulan beberapa anggota komunitas ini, seperti Athaullah, adalah penyuluh pertanian yang punya banyak pengalaman dalam pengembangan kentang ini, karena sebelumnya dia pernah bekerja pada Integrated Horticultural Project (IHP) yang merupakan prosek kerjasama pengembangan hortikultura antara pemerintah provinsi Aceh dengan pemerintah provinsi Antwerpen, Belgia pada era tahun 1990an. Meski akhirnya proyek ini ‘bubar’ akibat kondisi keamanan wilayah Aceh yang waktu itu terganggu oleh konflik berkepanjangan, namun ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh Athaullah, menjadi bekal yang sangat berharga untuk pengembangan hortikultura di daerah ini, termasuk ketika kominitas ini kemudian menggagas untuk melakukan pengujian berbagai varietas kentang. Begitu juga dengan anggota lainnya seperti Safrin Zailani, Safriga, Sadarmi dan Armia Putra, juga memiliki pengalaman yang sangat memadai dalam pengembangan komoditi kentang di beberapa wilayah dalam kabupaten Aceh Tengah. Otomatis, upaya uji varietas ini secara teknis tidak mengalami kendala. Kalaupun ada sedikit kendala, hanyalah masalah modal usaha, namun itupun dapat diatasi dengan cara ‘patungan’ oleh para anggota komunitas ini.

Jadi destinasi pembelajaran pertanian

Ada keinginan besar yang akan diwujudkan oleh komunitas Enti Gaboxs yang dalam bahsa daerah bermakna ‘jangan rebut-ribut’ ini, karena komunitas ini memang dibentuk tanpa banyak ‘ribut-ribut’ alias tanpa banyak bicara tapi langsung ‘eksyen’ di lapangan. Keinginan itu adalah menjadikan kawasan Pantan Terong yang menjadi lokasi kegiatan kelompok ini sebagai arela ‘integrated farming’ sekaligus pusat pelatihan dan pembelajaran hortikultura. Meski itu merupakan program jangka panjang, namun sejak dini komunitas ini mulai menjajaki kerjasama dengan para pihak untuk mewujudkan gagasan ‘besar’ ini. Sinyal positif sudah mereka dapatkan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, karena tim dari Kemenkop UKM ini pernah mengunjungi lokasi ini dan memberi respon yang baik atas upaya yang dilakukan oleh kelompok ‘anak muda’ kreatif dan inovatif ini. Dalam waktu dekat, mereka juga akan menjajaki peluang program dari Kementerian Pertanian maupun dengan Balai Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pertanian (BPPTP).

Sebuah keinginan yang realistis dan tidak berlebihan, karena belakangan lahan usaha mereka kerap menjadi destinasi kunjungan petani, peneliti maupun kalangan mahasiswa pertanian dari berbagai perguruan tinggi di Aceh. Berbagai instansi, mahsiswa sampai kelompok tani dari berbagai daerah, kini mulai menyambangi lokasi ini sebagai obyek study banding mereka. Pelayanan yang ramah dan bersahabat dari para anggota komunitas ini, menjadikan komunitas ini sebagai wahana diskusi yang cukup menarik minat siapa saja. Apalagi semua anggota komunitas ini meiliki skill yang sangat memadai di bidang pertanian, sehingga mampu memberikan penjelasan detil kepada setiap tamu yang mengunjungi lokasi mereka.
Untuk saat ini, komunitas ini memang hanya melakukan aktivitas selama dua hari dalam seminggu, yaitu pada hari Rabu dan Minggu, karena mereka juga harus berbagi waktu dengan aktivitas rutin mereka baik sebagai penyuluh, petani maupun pelaku usaha pertanian. Namun meski hanya dua hari, mereka tetap fokus dengan usaha yang tengah mereka lakukan ini, beberapa anggota secara bergantian melakukan ‘piket’ untuk mengawasai dan mengontrol lahan usaha mereka.

Belum banyak memang orang yang tau aktivitas mereka, namun secara perlahan tapi pasti, upaya mereka mulai menampakkan hasil yang signifikan. Sinergi dalam bentuk kelembagaan seperti ini mungkin belum pernah ada sebeluamnya di daerah manapun, dan Komunitas Enti Gaboxs sudah menunjukkan bahwa mereka adalah pelopor sinergi penyuluh, petani dan pelaku usaha, yang patut mendapatkan apresiasi. Bergerak tanpa bantuan fasilitas dari manapun, namun mereka mampu menunjukan eksistensi mereka, sebuah contoh kemandirian kelompok yang sangat baik untuk diadopsi pleh siapapun.

*) Staf Dinas Pertanian Aceh Tengah

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.