
Miris memang, menjadi abdi negara, baik sebagai tenaga kesehatan, pendidik dan pemerintahan di pelosok negeri. Dengan kurangnya sarana dan prasarana, ditambah kondisi jalan yang rusak parah, seakan menambah derita bagi siapa saja yang menjalankan. Namun demikian, banyak yang ikhlas melakoninya.
Seperti halnya dilakoni Bidan Desa Delung Sekinel, Kecamatan Linge, Aceh Tengah, Anisah.
Anisah telah mendedikasikan diri mengabdi di Desa Delung Sekinel, sebagai tenaga honorer sejak 2014 silam. Ia pun menikah dengan putra setempat yang juga aktivis Generasi Asal Linge (Genali), Sertalia.
Kepada LintasGAYO.co, Rabu 24 Januari 2017, ibu satu anak ini mengaku betah bekerja di daerah terpencil tersebut. Meski tantangan yang ia hadapi cukup serius.
Sejak bertugas di pedalaman Linge itu, Anisah berkisah tentang suka duka selama menjadi pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekitar. Terutama bagi ibu-ibu hamil dan membantu persalinannya.
Anisah bercerita, hingga sekarang daerah itu masih belum terjangkau sinyal seluler. Hal ini mengakibatkan, komunikasi keluar sangat sulit. Menyebabkan, Kampung bersejarah di Gayo tersebut terisolir.
Ditambah lagi, akses jalan menuju kesana rusak parah. “Jalanannya tanah liat, saat hujan turun kenderaan roda 2 maupun 4 sulit lewat, bahkan tak bisa sama sekali. Selain licin, banyaknya kubangan menyebabkan kenderaan tersangkut,” kata Anisah.
Dengan kondisi jalan yang sedemikian, Anisah punya sedikit kendala saat hendak memberikan pelayanan kepada warga. Kampung Delung Sekinel, menurut Anisah punya wilayah yang cukup luas. Sehingga, untuk mencapai rumah warga dari satu dusun ke dusun lainnya cukup memakan waktu.
“Kalau hujan, saat melayani warga terpaksa jalan kaki sekira 2 KM dari tempat saya tinggal. Udah itu, jalannya terjal lagi. Jadi enggak bisa pakai sepeda motor,” cerita Anisah.
Ada kisah yang menengangkan sekaligus memilukan yang diceritakan Anisah. Saat itu, ia hendak merujuk seorang ibu yang akan melahirkan ke Pusat Kecamatan di Isaq. Jaraknya sekitar 70 KM. Karena terdesak, dengan kondisi jalan licin, akhirnya Anisah memutuskan untuk melakukan persalinan di tengah jalan.
“Kondisi sudah tak memungkinkan untuk sampai ke Isaq. Saat itu belum diresmikan Puskesmas Ketapang, yang notabennya lebih dekat dari wilayah tugas saya, kira-kira hanya 23 KM. Puskesmas ini kan baru saja diresmikan tahun lalu. Akhirnya, persalinan dilakukan ditengah jalan dengan dikelilingi hutan rimba, waktu itu hari sudah malam, Alhandulillah bayi yang dilahirkan selamat,” kenang Anisah.
Kenangan itu selalu membekas dihati ibu Bidan Anisah. Ia berharap, Pemkab Aceh Tengah dibawah komando kepemimpinan yang baru, bisa memperbaiki kondisi jalan menuju Delung Sekinel. Meski Anisah tidak lahir dan besar di Gayo, namun dalam darah anaknya kini mengalir darah bumi reje Linge.
“Saya sudah anggap diri sebagai orang Gayo. Untuk itu, kiranya Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar, bisa merespon keinginan masyarakat di pelosok negeri ini dengan segera. Akses jalan yang baik, sangat diharapkan masyarakat Delung Sekinel dan sekitarnya,” tandas Anisah.
[Darmawan Masri]