Oleh Ansar Salihin, S.Sn*
Kriya merupakan istilah baru dan masih belum fenomenal di kalangan masyarakat pada umumnya namun sebenarnya produk ini ada di tengah-tengah masyarakat. Istilah kriya awalnya diperkenalkan di kalangan akademik perguruan tinggi seni, sebagai salah satu cabang seni rupa.
Secara keilmuan, seni rupa dibagi menjadi tiga yaitu seni rupa murni, seni kriya dan desain. Tiga cabang ilmu inipun masih diperdebatkan oleh kalangan seniman untuk membedakan secara spesifik ketiga karya seni tersebut.
Seni murni atau seni rupa murni merupakan karya seni yang mengutamakan nilai-nilai ekspresi seperti lukisan, patung dan grafis. Sedankan seni kriya mengacu pada keterampilan (craft) dan keahlian (skill) disamping itu tidak meninggalkan nilai keindahan. Lain halnya dengan desain yaitu perencaan atau rancangan dalam pembuatan suatu objek atau produk seni, seperti desain grafis, desain komunikasi visual, desain interior dan sebagainya.
Seni kriya atau kriya seni merupakan disiplin ilmu seni rupa yang pada dasarnya berangkat dari nilai-nilai tradisi dalam masyarakat, karena produk kriya merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia yang berhubungan dengan perlengkapan hidup, seperti pakaian, peralatan rumah tangga, senjata dan produk lainnya.
Masyarakat mengenalnya dengan nama kerajinan, hanya saja perbedaan kriya dengan kerajinan terletak pada nilai estetis dan fungsinya masing-masing. Perkembangan kriya semakin pesat sejak perguruan tinggi seni di Indonesia membuka program studi seni kriya atau kriya seni.
Salah satunya pada kampus baru di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh sejak tahun 2014 telah mendapat ijin membuka program studi kriya seni. Setiap tahunnya sejak angkatan pertama proses berkarya telah berjalan dengan fasilitas yang tidak memadai, namun mahasiswa terus malukukan perubahan dalam peningkatan proses berkarya. Menilik eksplorasi mahasiswa dalam proses berkarya pada tahun 2017.
Memperingati Dies Natalis ISBI Aceh ke-3 Jurusan Seni Rupa dan Desain menggelar pameran karya mahasiswa. Pada Program Studi Kriya karya yang dipamerkan didominasi oleh karya mahasiswa semester 3. Karya yang dipamerkan berupa karya cinderamata dua dimensi dan tiga dimensi dengan media tekstil dan kayu. Karya tersebut merupakan hasil tugas salah satu mata kuliah juga karya dibuat secara pribadi di luar perkulihan.

Karya-karya tersebut diantaranya Kriya Kayu seperti Exotic Bird (Willi Miftahus Kuju), Zaman Now (Hasanun), Cerek Tempurung Kelapa (Mukramatun), Alat Lukis (Chairun Nisa), Penghargaan Speaker (Muhammad Aulia), Kenapa Harus Begini dan Tanks Form Mom (Teuku Sabir), Remember tha Tsunami (Rahmad Alfajrianur). Kemudian pada karya Kriya Tekstil seperti Mumpa (Mukramatun), Bunga Matahari (Rauzatun Magfirah), Merak (Intan Marta Raja), Sepeda Kenangan (Nur Haliza), Sadhy Tree (Mailani), Bantal Pengantin (Oktaviani), Kjn (Pepi Handayani).
Karya-karya tersebut tergolong pada karya cinderamata yaitu karya yang berfungsi sebagai hiasan direproduksi dari bentuk alam, hewan, tumbuhan, ornamen tradisi dan bentuk lainnya. Karya cinderamata memiliki ukuran yang kecil, mudah dibawa, dan bentuk tidak terlalu rumit sehingga dapat diproduksi secara massal. Oleh karena itu karya cinderamata biasanya diproduksi dan dipasarkan mencirikhaskan suatu daerah, tempat, agama, etnis, bangsa dan sebagainya.
Selain itu juga, cinderamata melambangkan ikon suatu objek atau benda yang berbentuk minimalis. Karya Exotic Bird karya idenya bersumber dari kepala burung berwarna hitam dan paruhnya merah dan kuning. “Zaman now” adalah ide bersumber dari mobil zaman penjajahan Belanda dengan teknik menyusun potongan kayu. Cerek tempurung kelapa karya yang dibuat dari tempurung kelapa berbentuk cerek yang dihiasi dengan motif Aceh. “Alat Lukis” merupakan karya potongan kayu yang tersusun berbentuk menjadi alat-alat lukis seperti kuas dengan berbagai model, palet dengan lubing diisi cat. “Penghargaan speaker” karya visualisasi seorang atlit sedang memukul bola volly berwarna emas. “Kenapa Harus Begini” karya berbentuk otak manusia ditutupi tempurung kelapa. “Tanks Form Mom” gambaran seorang perempuan yang digulung-gulung berbentuk pecahan motif. “Remember the Tsunami” karya berbentuk masjid digulung gelombang besar.
Kemudian karya tekstil diantaranya Mumpa berbentuk dua ulat bulu dengan gradasi warna biru, hijau, kuning, orange dan merah. Bunga Matahari karya berangkat dari bunga matahari berwarna orange dan kuning serta latar hitam. Merak berangkat dari bentuk burung merak berwana biru dan putih dengan latar sistem anyam warna abu-abu. Sepeda Kenangan karya bersumber dari sepeda berwana biru, pink dan hitam dengan hiasan balon. Sadhy Tree berbentuk linkaran di dalamnya terdapat sebatang pohon berwarna hijau. Bantal Pengantin susunan kain dengan berbagai warna mebentuk Bunga mawar. Dan Kjn berbentuk kepala hewan berwarna kuning.
Dari keseluruh karya tersebut memiliki berbagai macam ide yang merupakan ekspresi dari masing-masing pengkarya. Ada yang berangkat dari benda-benda atau objek kesukaannya sehari-hari, ada ekspresi pribadi yang curahkan dalam karya dan ada juga menggambarkan fenoman sehari-hari diterapkan dalam karya seni. Setiap karya tersebut memiliki makna tersendiri dengan konsep yang berbeda dari pengkarya dalam menggambarkannya. Tentunya makna tersebut juga berangkat dari bentuk yang diwujudkan, juga pengalaman estetis dan pengalaman emosial dalam kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa jenis konsep dalam pembuatan karya cinderamata yang dibuat oleh mahasiswa ISBI Aceh. Diantaranya konsep realise yaitu mewujudkan bentuk asli suatu objek atau benda tanpa mengurangi dan menambah bentuk lainnya. Kemudian konsep ekspresi merupakan ungkapan batin yang berangkat dari pengalaman estetis dan pengalaman pribadi pengkarya. Konsep suryalis mengubah suatu bentuk dengan cara memperindah pada suatu objek tertentu pada suatu karya. Konsep stilisasi perubahan bentuk dengan cara menggayakan suatu bentuk pada objek tertentu dalam karya dengan tujuan menyesuaikan bentuk artistik karya dengan fungsi karya. Dan konsep repreduski yaitu membuat kembali karya yang sudah ada sebelumnya berbentuk minimalis atau karya lebih kecil dari bentuk sebelumnya.
Karya-karya tersebut secara umum merupakan hasil eksplorasi (pencarian) ide dari fenomena alam, sosial dan pengalaman estetis pengkarya yang diwujudkan secara ekspresi dalam karya seni. Meskipun karya ini berupa karya cenderamata, namun beberapa diantaranya memiliki kandungan makna yang mendalam dalam kehidupan masyarakat, sebagian lagi hanya menghadirkan kembali objek atau benda tertentu dalam karya.
Suatu karya seni yang baik adalah karya seni yang mampu berkomunikasi dengan penikmatnya. Itulah yang ingin diungkapkan oleh pengkarya pada setiap karya yang diciptaan. Nilai-nilai dalam karya seni adalah nilai yang ada dalam masyarakat, itulah yang disebut dengan pengalaman estetis antara pengkarya dengan penikmat seni. Melalui hal tersebut komunikasi karya seni adalah salah satu komunikasi efektif dalam menyampaikan pesan-pesan tertentu yang bernilai dalam kehidupan masyarakat.
*) Penulis Mahasiswa Pascasarjana ISI Padangpanjang dan Dosen ISBI Aceh