Laporam: Fathan Muhammad Taufiq

SAREE-LintasGAYO.co: Ulama kharismatik Tgk Nuruzzahri atau yang lebih dikenal dengan panggilan Waled Nu menyambut baik pelaksanaan Diklat penyuluhan berbasis syariah ini yang diselenggarakan Balai Diklat Pertanian Aceh, Saree Aceh Besar.
Menurut pimpinan Sekolah Tinggi Tarbiyah Ummu Ayman, Meureudu, Pidie Jaya ini Aceh adalah daerah yang memiliki keistimewaan di bidang agama Islam, lebih-lebih setelah diterapkannya syariat Islam. Karenanya semua aspek kehidupan harus berorientasi dan bercirikan syariah, termasauk dalam bidang pembinaan dan penyuluhan pertanian.
“Penerapan sistem penyuluhan pertanian berbasis syariah ini merupakan terobosan yang sangat bagus,” ujar Waled Nu saat menghadiri pembukaan Diklat Penyuluhan Berbasis Syariah, Kamis (19/10/2017) di Balai Diklat Pertanian Aceh, Saree.
Waled Nu yang juga seorang pimpinan Himpuanan Ulama Dayah Aceh (HUDA) mengatakan, sistem penyuluhan pertanian di Aceh harus menunjukkan ciri khusus yang tidak terlepas dengan keistimewaan daerah ini di bidang agama.
Lebih lanjut ulama kharismatik yang juga berkesempatan menyampaikan tausiyahnya dihadapan para peserta diklat mengungkapkan, ciri khusus ini tidak dimiliki daerah lain. Upaya yang dilakukan Balai Diklat Pertanian Aceh yang secara intens menggelar Diklat penyuluhan berbasis syariah sangat baik untuk menyelaraskan peningkatan kesejahteraan petani yang tidak hanya berioentasi kesejahteraan duniawi tapi juga tidak melupakan bekal untuk kehidupan akhirat nanti.
Waled Nu mengatakan, kehidupan dunia hakikatnya adalah untuk mencari bekal untuk kehidupan akhirat. Untuk itu dalam mencari kehidupan dunia jangan sampai melupakan kehidupan akhirat. Harus ada keseimbangan atau keselarasan. Begitu juga penerapan sistem penyuluhan berbasis syariah ini adalah salah satu upaya menjaga keselarasan tersebut.
“Kami para ulama di Aceh sangat mengapresiasi dan mendukung sepenuhnya apa yang sudah di gagas oleh pak Agus Sabti dan pak Ahdar, semoga dengan penerapan system penyuluhan ini, masyarakat tani di Aceh semakin sejahtera namun tetap tidak melupakan kehidupan akhirat mereka” ungkap Waled Nu dalam tausiyahnya.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Dr Ir Agus Sabti MSi mengungkapkan, semua pihak termasuk para akademisi dan praktisi pertanian harus terlibat aktif dalam mensosialisasikan sistem penyuluhan, yang kini menjadi salah satu ciri khas para penyuluh di Aceh.
Diharapkan, semua peserta Diklat dapat mengimplemntasikan hasil diklat ini sekaligus sebagai pelopor penerapan sistem penyuluhan berbasis syariah di daerahnya masing-masing. Karena para penyuluh adalah ujung tombak pembangunan pertanian yang setiap hari bersentuhan dengan masyarakat.
Sistem yang dibangun ini, lanjut Agus, tidak akan efektif tanpa keterlibatan para penyuluh, karena penyuluh adalah ujung tombahk terdepan yang setiap hari bersentuhan langsung dengan masyarakat.
“Kami menganggap kehadiran teman-teman penyuluh disini sudah sangat tepat, dan sepulangnya dari dari mengikuti diklat ini, teman-teman bisa menjadi pelopor penarapan system penyuluhan berbasis syariah ini,” ungkap Agus Sabti yang menjadi nara sumber dalam diklat tersebut.
Lebih lanjut, penggagas sistem penyuluhan pertanian berbasis syariat ini mengungkapkan bahwa sistim penyuluhan berbasis syariah ini lahir di Aceh dan harus diimplementasikan di seluruh wilayah ini.
“Jangan sampai justru daerah lain yang antinya akan mengadopsi dan menerapkan sistem ini di daerah mereka, dan kita sebagai pemilik gagasan justru akan tertinggal terus,” ujarnya.
Menurutnya sistem ini sudah mendapat pengakuan dari Kementeraian Pertanian sebagai sistem penyuluhan terbaik dan beberapa daerah di luar Aceh juga sudah menyatakan keinginan mereka untuk mengadopsi sistem penyuluhan ini.
“Dari informasi yang saya terima dari pak Ahdar, sudah ada beberapa daerah di luar Aceh yang berkeinginan untuk mengadopsi system penyuluhan ini, jadi saya berharap kitalah yang harus memperkuat sistem ini, sebelum akhirnya mereka menagdopsi sistem ini, jangan sampai justru nanti mereka yang jadi lebih maju setelah mengadpsi sistem ini,” sambungnya.
Diklat penyuluhan berbasis syariah 2017 ini, menurut informasi dari pihak Balai Diklat Pertanian Aceh, digelar dalam beberapa angkatan sampai dengan kahir bulan November 2017. Para narasumber sebagian besar berasal dari kalangan akdemisi Fakultas Pertanian Unsyiah.
Kepala Balai Diklat Pertanian Aceh, drh Ahdar MP mengatakan, pihaknya juga melibatkan kalangan ulama untuk memberikan pembekalan kepada para peserta Diklat. Kehadiran para ulama dalam diklat semakin memperkuat dan mempertajam visi kesyariahan yang diusung sebagai tema utama dalam diklat ini.
“Secara teknis dan penerapan kurikulum, para akdemisi tentu yang paling paham, namun untuk visi kesyariahan, para ulama tentu lebih berkompeten, itulah sebabnya untuk diklat pada tahun ini, kami mencoba mensinergikan kedua unsur tesebut untuk lebih mengoptimalkan tujuan dari penerapan sistem penyuluhan ini,” pungkas Ahdar.[aZa]