Ahdar, Dokter Hewan yang Konsisten dalam Peningkatan SDM Pertanian (Bagian-I)

oleh
Adhar menerima Kunjungan Mensos Khofifah Indar Parawangsa
Ahdar bersama ulama Aceh

Catatan : Fathan Muhammad Taufiq

AKTIFITAS dokter hewan biasanya tak jauh-jauh dari urusan kesehatan hewan, teknis peternakan dan semua yang terkait dengan seluk beluk tentang hewan seperti vaksinasi, insemninasi buatan, peningkatan populasi ternak, pencegahan penyakit menular pada hewan dan sebagainya.

Kalaupun harus ‘berurusan” dengan manusia, umumnya hanya terbatas dengan masyarakat veteriner ataupun peternak, karena sesuai dengan bakcgroung pendidikan akdemisnya, seorang dokter hewan memang lebih sering berinteraksi dengan hewan, ternak atau orang-orang yang terkait dengan peternakan.

Tapi berbeda dengan yang dilakukan oleh dokter hewan yang satu ini, karena dalam aktifitas kesehariannya, dia justru lebih sering ‘bersentuhan’ degan manusia, khususnya dalam bidang peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian.

Sosok yang ‘berbeda’ ini, tidak lain adalah drh Ahdar MP yang saat ini menjabat sebagai Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Aceh. Pria peramah dan periang, kelahiran Tumpok Teungoh, Aceh Utara 1 Nopember 1971 ini, sejak menyelesaikan pendidikan kedokteran hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, nyaris tidak pernah melakukan aktifitas yang langsung berhubungan dengan latar belakang pendidikan akdemisnya.

Kalau dokter hewan lain langsung berkecimpung dengan aktifitas rutin yang terkait dengan kesehatan hewan dan teknis peternakan, Ahdar justru melakukan yang sebaliknya. Sejak di angkat sebagai pegawai negeri sipil pada bulan Maret 2000 yang lalu, dia tidak pernah ditugaskan pada bidang yang berkaitan dengan masalah kesehatan hewan atau peternakan, tapi justru mendapat tugas di bidang pengembangan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian, sesuatu yang nyaris ‘bertolak belakang’ dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.

Mengawali tugasnya pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh, Ahdar ditempatkan di bidang penyuluhan yang secara otomatis banyak berhubungan dengan sumberdaya manusia penyuluh pertanian. Namun itu bukanlah sebuah kendala bagi Ahdar, karena selain menyandang gelar dokter hewan, dia juga ‘menggenggam’ gelar Magister Pertanian yang diraihnya dari Universitas Andalas, Padang.

Satu hal lagi yang membuat Ahdar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja yang sebenarnya tidak sesai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya adalah kemauannya yang sangat kuat untuk terus belajar tentang hal-hal baru yang terkait dengan lingkup pekerjaannya.  Berbekal ilmu manajemen pertanian yang didapatkannya pada jenjang strata 2 (S2), menjadi lebih mudah baginya untuk menjalankan tugas membina dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, khususnya SDM pertanian, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi dimana dia bernaung.

Eksitensi Ahdar dalam pengembangan dan peningkatan SDM pertanian semakin terlihat saat dia kemudian diserahi tugas untuk memimpin Balai Diklat Pertanian Aceh, sebuah balai diklat yang khusus didirikan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan bagi SDM pertanian baik aparatur pertanian, penyuluh pertanian maupun pelaku usaha pertanian atau petani.

Menempati ‘pos’ barunya di awal 2010 yang lalu, Ahdar segera melakukan pembenahan-pembenahan di lembaga diklat yang dipimpinnya. Dia mulai melakukan perbaikan sistem, pola maupun sarana prasarana di balai Diklat yang terletak di Saree yang berada pada lintasan utama jarur Banda Aceh Medan itu. Yang terfikir dalam benaknya, bahwa sebuah Balai Diklat harus mampu memberikan pelayan terbaik bagi peserta Diklat, sehingga mereka merasa nyaman mengikuti berbagai kegiatan Diklat disana.

Hanya dalam beberapa tahun saja Ahdar memimpin bali diklat ini, sudah mulai terlihat perubahan signifikan. Para pengguna jasa diklat baik penyuluh pertanian maupun petani, mulai merasakan kenyamanan dan kepuasan saat mengikuti berbagai kegiatan diklat di tempat ini.

Keberhasilan Ahdar memimimpin dan memanage satu-satunya balai diklat pertanian di provinsi Aceh ini, membuat dia terus dipertahankan untuk memimpin balai Diklat yang sudah lebih dari tujuh tahun dipegangnya ini.

Eksistensi Balai Diklat Pertanian Aceh dibawah kepemimpinan Ahdar mulai mendapat perhatian dan pengakuan dari berbagai pihak terkait. Akreditasi pun berhasil diraih oleh balai ini pada tahun 2015 yang lalu, bahkan setahun berikutnya, Ahdar mampu membala balai diklat ini meraih Sertifikat ISO 9001 dari lembaga sertifikasi internasional (International Of Stadardization Organisation) yaitu URS (United Regristae of System Certification), sebuah lembaga sertifikasi internasional  yang berpusat di London.

Ini sekaligus membuktikan bahwa balai diklat yang dipimpinya ini sudah memiliki standar pelayanan internasional dibidang pelayanan publik. Perolehan sertifikat ISO 9001 ini tentu tidak terlepas dari kerja keras Ahdar selama dia memimpin balai diklat ini. Berbagai pembenahan dan perbaikan system, pola maupun sarana prasarana dib alai diklat ini, membua lembaga pelatihan ini eksistensinya semakin diakui. Bahkan belakangan sudah ada wacana untuk menjadikan balai diklat ini seagai Badan Usaha Layanan Daerah (BLUD) karena selama ini dinilai mempu mengembangkan kemandiriannya.

Dalam even akbar Pekan Nasional (Penas) Petani Nelayan ke XV dimana Aceh menjadi tuan rumah, Ahdar juga menjadi salah seorang sosok penentu suksesnya gelaran kabar petani dan nelayan seluruh Indonesia itu. Selain sebagai salah seorang ‘arsitek’ dan panitia PENAS, Ahdar juga berhasil menjadikan komplek balai diklat yang dipimpinnya sebagai salaha satu obyek kunjungan widya wisata bagi peserta Penas yang datang dari semua daerah di Indonesia.

Ahdar menerima Kunjungan Mensos Khofifah Indar Parawangsa

Dianggap sukses memimpin salah satu balai diklat pertanian milik daerah yang cukup berhasil, Ahdar juga sering menerima kunjungan benyak pejabat pusat baik dari Kementerian Pertanian maupun Kementerian/Lembaga non pertanian.

Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, adalah salah seorang pejabat dari Kabinet Jokowi-JK yang pernah menyambangi Balai Diklat Pertanian Aceh ini. Selain pejabat pusat, pejabat dari berbagai daerah di luar Aceh juga sering terlihat mengunjungi tempat ini, ini tidak terlepas dari keberhasilan manajemen yang direpakan Ahdar di balai Diklat ini. Bersambung…

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.