Surga dan Neraka itu Pilihan

oleh

Oleh Drs. Jamhuri Ungel, MA

PERJALANAN hidup manusia dijalani dengan penuh perjuangan, perjuangan untuk memilih antara yang baik dan buruk, antara yang disukai dan dibenci, antara yang dikehendaki oleh Allah dan yang tidak dikehendaki Allah. Banyak manusia yang memilih sesuai dengan kehendak dirinya dan sesuai juga dengan kehendak Allah sebagai pencipta dirinya. Namun tidak sedikit juga diantara manusia salah dalam memilih padahal ia sendiri tidak menyukai pilihannya, tetapi karena ketidak mampuan memahami apa yang ia butuhkan maka ia salah memilih. Ketidaksesuaian pilihan itu berakhir dengan ketidaksesuaian dengan kehendak dirinya dan juga tidak sesuai dengan kehendak Tuhan Sang Khaliq.

Kita bisa buat satu contoh sederhana ketika kita memilih suatu makanan, kita sering tidak mampu memilih makanan, apakah kita harus memilih makanan (makanan apa saja yang penting dimakan), atau makanan yang bergizi (sesuai dengan kebutuhan badan) atau juga makanan enak (yang hanya sebagai penambah selera padahal manfaatnya tidak begitu banyak, sedangkan makanan itu tidak ada menfaat untuk tubuh). Kebanyakan orang lebih memilih makanan enak, dia tidak mau tau apakah makanan itu bermanfaat untuk dirinya atau malah merugikan dirinya. Itu semua diantara pilihan untuk diri kita, sehingga banyak orang yang sakit disebabkan karena salah memilih dalam makanan.

Demikian juga dengan ibadah. Allah sebagai Khaliq yang menciptakan manusia tentu Allah lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan manusia baik dalam hubungan dengan sesama manusia dan alam sekitarnya maupun dalam hubungan kita sebagai makhluk dengan Sang Khaliq yang Maha Pencipta. Allah menyatakan dalam al-Qur’an yang maknanya “Tidak Ku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”. Ini merupakan pernyataan Allah dalam mengemukakan apa yang menjadi mau-Nya terhadap jin dan manusia, dan pelaksanaan apa yang Dia kehendaki merupakan rasa syukur kita atas penciptaan-Nya.

Kembali kepada apa yang dikatakan sebelumnya bahwa melaksanakan ibadah atau tidak melaksanakannya keduanya merupakan pilihan, kalau kita memilih beribadah berarti kita telah memenuhi keinginan Sang Khaliq dan kalau kita memilih untuk tidak beribadah maka berarti kita tidak mematuhi apa yang menjadi kehendak Sang Kaliq. Tidak memadai dengan itu, kalau kita memilih untuk beribadah kepada-Nya, ia memberi panduan dalam pelaksanaannya. Ini berarti Allah tidak mau kalau manusia itu beribadah sesuai dengan kehendak manusia itu tetapi Allah menghendaki hamba-Nya beribadah sesuai dengan kehendak-Nya.

Allah tidak menghendaki adanya kesia-siaan dalam setiap apa yang dikerjakan oleh manusia, karena itu sebelum manusia dilahirkan kedunia sebagaimana kehidupan hari ini. Allah telah mengumpulkan ruh manusia pada zaman ajali, dimana pada saat itu sudah ada pernyataan “Allah sebagai Khalik dan manusia sebagai makhluk”. Sejak saat itulah manusia sudah mengikat diri dengan Allah sebagai Khaliq, namun juga ada ruh-ruh yang ketika dilahirkan kedunia ini mengingkari ikatan tersebut, orang yang mengingkari ikatan tersebut dinamakan oleh Allah dengan kafir yaitu orang yang mengingkari janjinya dengan Allah. Secara otomatis mereka yang mengingkari ikatan (aqidah) dengan Allah maka seluruh amalannya tidak digolongkan dalam catatan amal yang mempunyai nilai baik dan buruk di Sisi Allah, dan kalaupun baik apa yang mereka kerjakan itu hanyalah batasan baik antar sesama makhluk demikian juga dengan perbuatan buruk yang mereka lakukan itu hanya dalam batasan atau lingkup sesama makhluk.

Jadi kitab pedoman yaitu al-Qur’an hanyalah pedoman bagi mereka yang sudah menyatakan dirinya sebagai muslim atau mukmin yaitu orang yang setia selalu beraqidah dengan aqidah tauhid sebagaimana janji pada zaman ajali sebagaimana disebutkan di atas. Karena ikatan tersebut maka berani kita katakan kalau semua kebaikan yang dilakukan oleh muslim mendapat nilai baik dari Allah demikian juga dengan nilai jahat yang dilakukan akan mendapat nilai jahat dari Allah. Karena kebebasan memilih antara perbuatan yang bernilai baik dan bernilai bernilai buruk, maka Allah menyiapkan bagi mereka yang mau memilih sesuai dengan petunjuk (al-Qur’an) yaitu surga yang penuh dengan keindahan dan kenyamanan dan menyediakan neraka bagi mereka yang tidak mau patuh atau mengikuti petunjuk al-Qur’an.

Perlu kita ketahui bahwa surga dan neraka adalah tempat yang disediakan oleh Allah bagi mereka yang sudah memilih antara baik dan buruk dalam hidupnya, baik dan buruknya pilihan mempunyai standar sesuai dengan ketentuan dalam al-Qur’an dan hadis Nabi. Dalam hal ini kita bisa katakan kalau manusia mempunyai kemampuan untuk memilih apakan nanti di hari kiamat mereka masuk kedalam surga atau neraka, dan pilihan itu dilakukan bukan pada saat datangnya hari qiamat, tetapi pilihan itu adalah pilihan dari sekarang ketika masih hidup di dunia ini.

Lalu yang menjadi pertanyaan akhir apakah tempat yang merupakan pilihan ini menjadi tempat bagi mereka yang tidak mempunyai hak untuk memilih, karena mereka sejak awal sudah mengatakan tidak beraqidah kepada Allah atau kufur.[]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.