Ahei wiiiw, ALA Hana Keber

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Tulisan ini sebenarnya akan dikirimkan sebelum hari tenang kampanye Pilkada namun melihat situasi dan kondisi tidak etis untuk dipublish sebelum hari pencoblosan, untuk lebih netral maka tulisan ini penulis kirim ke media Lintasgayo.co pasca pencoblosan 15 Februari 2017; jadi tidak ada kesannya untuk memojokkan pasangan tertentu atau mendukung pasangan yang lain karena penulis sendiri tidak ada calon favorit apalagi  sebagai tim sukses untuk calon bupati Aceh Tengah maupun Bener Meriah, oleh karena itu siapapun yang terpilih menjadi bupat/wakil bupati  dari suara rakyat harap untuk memenuhi amanahnya sebagai pemimpin.”

NAMA Provinsi ALA (Aceh Leuser Antara) tiga atau empat tahun silam begitu menggeliat di media masa, ditelinga maupun  spanduk-spanduk dipinggir jalan menghiasi pemandangan  dengan  tulisan ALA bahkan beberapa musisi dataran  tanah tinggi Gayo mengeluarkan single terbaiknya dengan lirik-lirik lagu yang seakan-akan ALA  akan lahir dengan segera, kini ditahun baru 2017 nama ALA seakan tenggelam dari pemberitaan maupun dari gosip-gosip yang sering membahas masalah ALA.

Salah seorang politisi yang ingin melahirkan ALA adalah  Armen Desky, beliau merupakan Ketua dewan pertimbangan Komite Pemuda Percepatan Pembentukan ALA (KP3 ALA) yang memberikan pernyataan pada tahun 2013 silam bahwa Provinsi ALA harus segera terbentuk bahkan paling lama sebelum akhir 2013 sudah terealisasi, “target kita bisa ikut pemilu legeslatif 2014”. Pernyataan ini beliau sampaikan pada saat pertemuan dengan tokoh ALA di Garuda Plaza Hotel (GPH) Medan, Rabu (5/2). (Serambi, 2/2013).

Selain Armen Desky ada sosok yang begitu populer dikalangan masyarakat dataran tanah tinggi Gayo, beliau adalah mantan Bupati Bener Meriah yang kemudian kembali maju untuk kedua kalinya sebagai calon petahana namun niat untuk menjadi bupati dua periode terhenti ditangan calon bupati lainnya dengan slogan R2; beliau juga merupakan kader Golkar yang katanya membesarkan nama Golkar di Kabupaten Aceh Tengah namun ketika menjadi Caleg DPR-RI berlayar bersama PDI-P, sosok tersebut siapa lagi kalau bukan Ir. Tagore Abu Bakar yang begitu getol memisahkan Gayo dari provinsi Aceh.

Para  mahasiswa dan para relawan juga yang PRO terhadap provinsi ALA tiga atau empat tahun silam begitu heboh dengan mengadakan berbagai macam diskusi publik atau dengan cara demo diberbagai macam tempat yang begitu nafsu ingin melahirkan provinsi ALA.

Kini ditahun 2017 sebahagian pembaca mungkin ada yang bertanya terutama bagi penulis sendiri: Kusi nge belohe  geral ni ALA, kune nge kebere geh ?.

Wahai para politisi yang merupakan tokoh-tokoh pejuang ALA maupun para mahasiswa beserta relawannya kemana sudah kalian pergi, apakah tidak lagi memperjuangkan ALA atau para tokoh ALA tersebut kini sudah mendapatkan jabatan  yang empuk ataupun para mahasiswa yang dulu suka demo berjuang untuk melahirkan ALA kini sudah menjadi kepala rumah tangga atau sudah mendapatkan pekerjaan dipemerintahan dengan gaji yang menggiurkan sehingga tak lagi memperjuangkan ALA. Kusi nge belohe geral ni ALA, kune nge kebere geh ?.

Penulis dari awal bukanlah orang yang PRO terhadap lahirnya provinsi ALA karena yang mencetuskan ide ALA itu lahir ialah orang-orang POLITISI, yang mana penulis secara pribadi memandang sebahagian politisi hanyalah mengejar jabatan semata, karena sudah banyak korban dari kalangan masyarakat tertimpa janji palsu dari seorang politisi. Coba lihat saja pernyataan Armen Desky  diatas bahwa target Provinsi ALA bisa ikut pemilu ditahun 2014, bukannya memikirkan nasib rakyat malah memikirkan pemilu begitukah sikap dari seorang tokoh ALA; memang betul apa kata Thomas Jefferson perbedaan seorang negarawan dengan seorang politisi itu adalah bahwa politisi itu hanya memikirkan pemilihan (pemilu) yang akan datang sedangkan negarawan memikirkan generasi yang akan datang. Oleh karena itu sekali lagi penulis bukan orang yang PRO terhadap lahirnya provinsi yang mereka perjuangkan.

Kenapa para politisi  tersebut begitu getol melahirkan provinsi ALA ?

Dari berbagai macam sumber disebutkan bahwa secara umum daerah Gayo didiskriminasi oleh pemerintah provinsi Aceh karena mereka tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat Gayo yang mereka perhatikan hanya masyarakat yang ada dipesisir Aceh saja. Atau apakah seperti yang ada dalam Novel “Samudra Pasai: Cinta dan Pengkhianatan” yang ditulis oleh Putra Gara: “Ketidak puasan bukan hanya berkaitan dengan  kebijakan. Keserakahan juga bisa melahirkan ketidakpuasan. Keserakahan itulah yang melahirkan tamak, dengki dan nafsu ingin berkuasa melebihi apa yang telah  diberi. Berhati-hatilah dengan  keserakahan, karena keserakahan itulah Yang melahirkan permusauhan”. Jadi ada dua alasan kenapa para politisi tersebut memperjuangkan ALA, pertama, karena masyarakat Gayo didiskrimansi. Dan yang kedua, karena keserakahan untuk mendapatkan jabatan  yang lebih tinggi.

Di sisi lain seandainya seluruh elemen masyarakat Gayo mendukung lahirnya ALA dan didukung juga oleh para Ulama, cendekiawan maupun akademisi, masyarakat Gayo yang ada dirantau juga mendukung dan tentu juga para politisi yang mahir dalam melobi mendukung lahirnya ALA maka hemat penulis tidak ada yang tidak mendukung lahirnya provinsi ALA dan tentunya juga sikap pemerintah yang ada dipusat sana akan menanggapi akan hal ini dan tentunya juga penulis disini mendukungnya juga namun disini sekali lagi bahwa yang mencetuskan ide ALA itu lahir dari para POLITISI.

Dalam tulisan singkat ini penulis hanya mempertanyakan saja kemana sudah pergi nama ALA yang mana beberapa tahun silam nama ALA begitu menggeliat ibarat artis dadakan yang setiap waktu diliput oleh awak media namun kini nama ALA tenggelam ibarat artis dadakan tersebut sudah tak lagi mempunyai pamor yang dibanggakan. Akhir tahun 2013 katanya ALA sudah lahir dan ditahun 2014 sudah bisa ikut pemilu namun sampai tahun 2017 ini nama itu tak pernah lagi terdengar gaungnya atau hanya janji-janji palsu saja dari seorang politisi untuk mendongkrak  popularitas dalam ranah politik.

ALA aheeiii wiiiww kusi nge belohe, kune nge keber ni ALA ?. Ini nge le tun 2017 nume neh tun 2014.[]

*Penulis: Mahasiswa Prodi Aqidah dan Filsafat Islam.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.