Judul Buku : Dokter Zaini Abdullah Pejuang Rakyat Aceh
Penulis : Murizal Hamzah
Penerbit : Pale Media Prima
Tempat Terbit : Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun : 2016
Jumlah Halaman : 122
Resiator : Husaini Muzakir Algayoni*
DARI tahun 1976 ia bergerilya di Hutan Aceh bersama Gerakan Aceh Merdeka dan pada tahun 1981 ia melanjutkan perjuangan dari luar negeri dengan membangun diplomasi Internasioanl serta mengkampanyekan pelanggaran HAM yang dilakuan oleh Indonesia di Aceh, telah lama ia meninggalkan tanah Aceh sejak tahun 1981 dan ketika konflik antara Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintah Republik Indonesia usai dengan ditandatanganinya MoU Helsinki tahun 2005, maka ia pun pulang ke tanah rencong dengan membawa harapan baru buat Aceh bahwa Aceh harus berubah dan berbenah menuju ke arah yang lebih maju dan sejahtera. Seorang dokter yang mengabdikan dirinya untuk rakyat Aceh dalam berjuang bersama Gerakan Aceh Merdeka (GAM), kini ia berjuang dan memikirkan rakyat Aceh bersama birokrasi pemerintahan yakni menjadi seorang pemimpin Aceh nomor 1; beliau adalah dr. Zaini Abdullah yang berpasangan bersama Muzakir Manaf dalam Pilkada 2012 dan kini Pilkada 2017 ia berpasangan bersama putra daerah Gayo (Mantan Bupati Aceh Tengah) Ir. H. Nasaruddin.
Dalam judul buku yang telah ditulis diatas, disini resiator ingin mengulas secara singkat tentang isi dari buku biografi sang gerilyawan ini dalam berjuang bersama Gerakan Aceh Merdeka dan berjuang sebagai seorang pemimpin nomor 1 di provinsi yang pernah mengalami peristiwa perang yang maha dahsyat. Buku biografi dr. Zaini Abdullah ini yang ditulis oleh Amrizal Hamzah secara umum mengisahkan perjuangan beliau dari awal hingga akhir (dari pejuang GAM hingga menjadi seorang pemimpin).
Buku ini terdiri dari empat bab, yang mana setiap bab mempunyai sub-sub judul yang menjelaskan lebih spesifik lagi tentang kehidupan Doto Zaini. Dalam bab pertama dengan judul besarnya ialah “Doter Gerilyawan” yang mana dalam bab ini terdiri dari empat sub-bahasan yaitu: Anak Ulama dan Anak Guru, Bergerilya di Halimon, Dosen University of Atjeh dan Berlayar ke Singapura. Doto Zaini Abdullah kelahiran 24 April 1940 ini ternyata adalah anak dari seorang Ulama kharismatik yang bernama Teungku Abdullah Hanafiah dikenal dengan nama Abu Teureubeu, ayah dari Doto Zaini ini adalah salah satu pengikut Abu Beureueh di DI/TII tahun 1953. Masa pendidikannya dimulai dari tahun 1947 (sekolah rakyat di Beureunuen) hingga meraih titel dokter pada tahun 1972. Kemudian beliau menjadi seorang dokter di Kuala Simpang (Aceh Tamiang), dan pada tahun 1974 datang Hasan Tiro menemui dr. Zaini dan dari sinilah gaung suara Gerakan Aceh Merdeka telah didengungkan walaupu secara bisik-bisik.
Dalam bergerilya di Gunung Halimon dimulai pada tahun 1976, yang mana bergerilya dalam hutan kata Doto Zaini tidak ada kepastian. Dalam sehari bisa berpindah-pindah lokasi menghidari serbuan tentara, makan tidak jelas, berhari-hari nasi tidak masuk perut, Sebagai pengganjal lambung, umbi-umbian, rebung atau buah-buahan hutan dipaksa masuk ke kanal mulut dan tidur berteman dengan nyamuk hutan yang ganas. Di gunung Halimon ini juga dr. Zaini Abdullah diambil sumpah sebagai menteri kesehatan bersama tokoh-tokoh yang lain, satu persatu mereka diambil sumpah pelantikan Kabinet Aceh Merdeka dan yang mengambil sumpah pelantikan ini ialah Teungku Ilyas Leube sebagai Menteri Kehakiman selain menteri kehakiman Tgk. Ilyas Leube juga sebagai Dewan Syuran dan Gubernur Wilayah Linge-Gayo yang disaksikan oleh Hasan Tiro kemudian terakhir Teungku Ilyas Leube disumpah oleh Hasan Tiro. (Tabel Daftar Menteri Aceh Merdeka ada di halaman 21-22).
Dalam bab pertama ini, resiator tersentuh tentang kisah para pejuang Aceh Merdeka yang mereka lakukan di Hutan yaitu dalam sub bahasan Dosen University of Atjeh. Setelah pelantikan kabinet Hasan Tiro membangun kampus University of Atjeh di Gunung Halimon, yang mana kampus ini diikuti oleh 50 anggota Aceh Merdeka dan yang memberi kuliah di kampus ini yakni Teungku Ilyas Luebe, dr. Muchtar Hasbi, dr. Zubir Mahmud, dr. Zaini Abdullah, dr. Husaini Hasan, Ir. Teuku Asnawi, Amir Ishak dan Hasan Tiro sendiri. Kuliah dan belajar ditengah hutan belantara yang dilakukan pejuang GAM; inilah yang menjadi titik perhatian kita generasi Aceh sekarang bahwa pendidikan itu sangat penting dimanapun dan kapanpun. Kenapa harus kuliah ? Kata Hasan Tiro, pengikut adalah aset yang mesti diberikan asupan gizi pemikiran dan kata Doto Zaini juga bahwa Gerakan Aceh Merdeka adalah gerakan politis, bukan gerakan bersenjata. Jika akhirnya menjadi gerakan bersenjata karena itu kami mempertahankan diri.
Ketika tentara menyerang markas Aceh Merdeka di Halimon pada 1978, maka anggota Aceh Merdeka menyelamatkan diri dan bergerilya menguasai seluk-beluk hutan hingga tiba di Batee Iliek. Kemudian Hasan Tiro berlayar ke Singapura dari Kuala Jeunieb dengan boat ikan untuk mencari bala bantuan perjuangan, ketika tentara meningkatkan operasi kehutan-hutaan maka pada tahun 1981 dr. Zaini Abdullah juga hijrah keluar negeri untuk melanjutkan perjuangan dari luar negeri bersama Hasan Tiro.
Dalam bab pertama ini menarik untuk dibaca karena pejuang Aceh Merdeka sangat tangguh bergerilya dihutan kemudian dalam bab dua ini dengan judul besarnya “Meja Operasi ke Meja Bundar” tentang pertama kalinya dr. Zaini mendapatkan suaka politik di Swedia dan melanjutkan perjuangan Aceh Merdeka dan pada akhirnya ada kesepakatan antara GAM dan RI sehingga bertemu di meja perundingan dengan ditandatanganinya Mou Helsinki.
Bab ketiga “Pulang Merawat Damai”, dr. Zaini Abdullah akhirnya bisa merasakan desah nafas rakyat Aceh setelah 25 tahun menghirup udara empat musim di Eropa, dan pada tahun 2006 ia menginjak kaki di tanah kelahirannya. Begitu juga dengan Hasan Tiro pasca MoU Helsiniki, ia ingin pulang ke Aceh dan tahun 2008 Hasan Tiro juga bisa kembali menikmati desahan nafas rakyat Aceh dan udara segar di Bumi Serambi Mekkah ini.
GAM mengubah pola perjuangan dari gerakan bersenjata ke gerakan politik. Menutup kotak peluru mengisi kotak suara. Hingga pada Pilkada Gubernur tahun 2006 dimenangkan oleh mantan GAM yaitu Irwandi Yusuf-Muhammad Nazar dan Pada Pilkada 2012 dimenangkan oleh dr. Zaini Abdullah-Muzakir Manaf.
Buku ini ditutup dengan beberapa program yang telah berhasil Doto Zaini laksanakan selama ia menjadi orang nomor 1 di Aceh ini seperti membenah turunan UUPA, menemus 14 ruas jalan, beasiswa pendidikan, Regionalisasi rumah sakit, Bank Aceh ke Bank Aceh Syariah, mengoptimalkan Dayah dan salah satu program unggulan makan banyak dana dan ini akan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Aceh yaitu rekonstruksi Masjid Raya Baiturrahman.[]
*Penulis: Hobi dalam meresensi buku dan novel yang bersifat religi dan motivasi.