Bahasa Politik Pengabdian Calon Pemimpin Aceh Tengah

oleh
Ilustrasi (doc. LintasGayo.co)

Al Misry Al Isaqi*

Al Misri

TIDAK seorangpun mampu menahan laju perputaran waktu, dan tahun 2016 akan segera berakhir, memasuki tahun baru 2017 dengan agenda besar yaitu Pemilihan Kepala Daerah secara serentak tahap II tanggal 15 Februari 2017 di sejumlah Provinsi dan Kabupaten di Indonesia.

Masyarakat Aceh Tengah pun kembali mendapatkan momentum untuk memilih pemimpin lima tahun kedepan, akankah daur ulang demokrasi 2017 mengurangi catatan buruk demokrasi 2012 lima tahun yang lalu.

Dua priode pemilihan secara demokrasi yang telah kita laksanakan masih ada permasalahan yang perlu di pikirkan bersama, demokrasi yang tidak jarang melahirkan pemimpin tanpa gagasan. Mengutip kata Bung Karno jangan sekali kali melupakan sejarah (JASMERAH), hari ini mari kita melirik sejarah dedikasi politik pendiri bangsa kita sejenak untuk membaca dan menjalankan politik pengabdian untuk mencerdaskan masyarakat Aceh Tengah ke depan.

Bung Sukarno dan Bung Hatta dalam sejarah mereka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sampai pada akhirnya rakyat mengamanahkan mereka menjadi presiden dan wakil presiden RI dan sebenarnya mesti kita sadari banyak dari kita tidak pernah melakukan apapun untuk daerah ini tapi meminta kepada masyarakat untuk memberikan amanah (kekuasaan) kepada kita.

Sering kita membaca, diskusi baik di warung kopi maupun di dunia maya politisi tahun 70-80an di penjara dan diasingkan dulu baru kemudian memimpin, sementara hari ini politisi (maaf tidak semuanya) berkuasa dahulu baru kemudian dipenjarakan.

Artinya politisi dahulu mengajarkan kepada kita bahwa kekuasaan yang diamanahkan pada mereka adalah perpanjangan tangan dari pengabdian dan perjuangan mereka selama ini, maka kita tidak perlu menghabiskan banyak dana dan memberikan janji-janji politik kepada masyarakat untuk dipilih sebagai pemimpin karena mereka sudah melakukannya dan rakyat melihat itu.

Tahun ini muncul 6 pasangan kandidat Calon Bupati Wakil Bupati Aceh Tengah 2017-2022, mereka semua adalah putra-putri terbaik Negeri Diatas Awan, harapan kita dalam bahasa orasinya bisa memberi pencerdasan kepada masyarakat katakan “Mari kita lanjutkan untuk memperjuangkan program sudah dilakukan selama ini yang bermanfaat untuk masyarakat dan mengkaji ulang program yang gagal dalam mewujudkan kemaslahatan masyarakat”.

Mmemperhatikan budaya bahasa politik dan politisi Aceh Tengah hari ini sepertinya kita akrab dengan Bahasa Politik ”Jika saya, andai saya, kalau saya jadi akan, akan, dan akan”. Ini yang sering kita dengar dari para kandidat yang (maaf) mengemis suara kepada rakyat.

Bahasa politik ini sepertinya akan kita dengarkan kembali di penghujung tahun 2016 dan awal 2017, mereka akan muncul dan turun ke bawah mempermak dirinya sebagai figur yang akan jadi pahlawan dan pejuang yang dermawan dan baik hati.

Itulah wajah dan budaya politik kita hari ini. Bahasa politik yang jauh dari semangat pengabdian dan perjuangan, melainkan kerakusan untuk mendapatkan kekuasaan.

Harapan kita dalam bahasa politik para calon Kepala Daerah Aceh Tengah mereka tidak mengatakan saya akan, akan, dan akan. Namun, mereka mengatakan saya sudah melakukan perjuangan itu dan pemerintah sebelumnya telah melakukan ini, hari ini marilah kita lanjutkan perjuangan mereka program yang bermanfaat untuk masyarakat umum, untuk yang lebih besar dengan dukungan masyarakat Aceh Tengah tentunya.

Itulah Bahasa Politik pengabdian politik untuk perjuangan, bukan perdagangan.

Malulah meminta dukungan politik kepada masyarakat Aceh Tengah kalau kita belum melakukan apapun untuk negeri Gayo Antara ini tapi menyalahkan pemerintah sebelumnya yang lebih baik dari kita.

Pergerakan Umat

Pergerakan umat dan organisasi masyarakat lainnya, punya tugas untuk melahirkan dan memunculkan pemimpin yang penuh dengan pengabdian.

Pemimpin yang memiliki rekam jejak pengabdian dan perjuangan untuk masyarakat serta mempunyai gagasan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kehidupan masyarakat Aceh Tengah.

Pada sisi yang lain pergerakan umat sangat penting dan perlu untuk melakukan pendidikan politik kepada seluruh masyarakat Aceh Tengah agar menjadi pemilih yang cerdas.bukan pemilih yang mudah terbuai janji-janji politik.

Ada pepatah mengatakan bahwa pemimpin adalah cerminan dari masyarakatnya. Oleh karena itu, untuk dapat melahirkan pemimpin yang penuh dengan pengabdian, masyarakat cerdas adalah solusinya.

Kita masih meyakini bahwa pemilih yang cerdas akan melahirkan pemimpin yang cerdas, pemimpin yang bervisi keumatan.

Mari kita semua mendidik masyarakat untuk cerdas dalam berpartisipasi pada ajang daur ulang demokrasi di Aceh Tengah, terutama menjelang 15 Pebruari tahun 2017.

Tugas kita semua hari ini adalah kampanye untuk politik pengabdian dan pemilih cerdas di Negeri Antara!. []

*Penulis adalah Sekum Forum Silaturahmi Alumni Dayah Darul Mukhlisin Burni Jimet Aceh Tengah, 1990-2016

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.