Politik, Agama dan Kekuasaan “Darurat Etika Politik Gayo Negeri Antara”

oleh

Oleh : Al-Misry Al Isaq

SECARA sadar konsorsium pengggunaan agama sebagai simbol politik elit membuncah dan menerangi pikiran-pikiran kaum akar rumput yang sebenarnya haus akan sentuhan tulus elit politik.

Rasionalnya kekuatan wacana politik lokal Gayo Negeri Antara stagnan pada eksistensi tahapan demokrasi yang kaku.

Publik pun dibuat terperangkap dalam skala dogmatis elit dalam memainkan wacana tersebut.

Dalam hal ini jalan keluar yang harus kaum intelegensia lakukan adalah mengubah paradigma tersebut. Rakyat sudah semakin terkesima dengan jargon kosong, janji dan output demokrasi yang fana.

Elit seakan tidak menampilkan empirisme masalah substansi Gayo Negeri Antara, Tetapi membalut dengan agenda politik yang semu demi kepentingan sesaat dan segelintir kelompok.

Tentunya secara normatif ini sah di alam demokrasi bercorak Liberalistik hari ini, tetapi harus di ingat bahwa Negeri Gayo tidak bisa dilihat secara praksis struktural. Ada benteng kultur adat, agama, etika dan moral dalam hierarki masyarakat yang harus dihormati dan dihargai.

Disini seharusnya lembaga adat secara sosial berhak mengeluarkan peringatan keras terhadap elit dan kelompok pada proses demokrasi yang kaku.

Kalau perlu dalam menghadapi salah satunya Pileg 2019, ulama dan dewan adat yang ada di Gayo ikut ambil bagian dalam tahapan pemilu. Untuk kemudian memberikan rekomendasi tentang rekam jejak Perwakilan Rakyat masa depan. Jangan hanya ulama dan dewan adat hanya dijadikan simbol penghargaan tapi tidak memberikan sanksi pada pelanggaran etika moral elit.

Ketika ini dijalankan saya yakin bahwa marwah Gayo Negeri Antara sebagai daerah yang mempunyai adat dapat terwujud, hal ini juga akan mempengaruhi kebijakan elit yang kini makin jauh dari esensinya.

Sudah cukup kita melihat dan merasakan permainan elit yang hanya mampu membayar suara demi kepentingan sesaat, mari kita bersatu untuk memberikan sanksi sosial kepada mereka yang pernah berjanji tapi belum sempat untuk menepatinya,

Dalam sebuah Sajak Hans Goerge Gadamer mengatakan ;

Kita harus melawan pepahaman dominan yang diciptakan oleh ketidakpahaman manusia yang gagal!

Secercah tulisan ini saya dedikasikan kepada daerah saya Takengon Gayo Negeri Antara, yang akan mengadakan perhelatan 5 tahunan salah satunya pemilihan caleg pada Tahun 2019 mendatang.

Semoga menjadi renungan kita bersama!. []

*Pengamat sosial politik

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.