MAHYUDIN, mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Syiah Kuala asal Gayo Lues patut diapresiasi. Demi mengapai masa depan, dia rela menjadi kuli bangunan di Banda Aceh.
Semangat juangnya untuk menggapai masa depan lebih berat dari mahasiswa kebanyakan. Disela kesibukan kuliah, para mahasiswa umumnya beristirahat atau berleha-leha di . Namun Mahyudin justru peras keringat banting tulang mencari biaya kuliah dan kehidupannya sehari-hari.
Anak dari Hasim dan Nur yang berasal dari Desa Tungel Baru, Kecamatan Rikit Gaib, Kabupaten Gayo Lues ini bekerja sebagai kuli bangunan untuk meringankan beban biaya kuliahnya, yang saat ini masih ditanggung oleh kedua orang tuanya. Dia mengaku tidak setiap bulannya menerima kiriman uang dari orang tuanya.
Meskipun dia sendiri sebagai mahasiswa penerima beasiswa Bidikimisi Unsyiah, tidak membuatnya berbesar kepala. Beasiswa Bidikmisi tidak diberikan setiap bulannya, dan jika pun direalisasikan, dia menggunakannya untuk keperluan yang lebih besar misalnya membayar kontrakan kosnya ataupun membeli perlengkapan kuliah.
Kebutuhan demi kebutuhan akan terus meningkat di setiap harinya. Membuat dia mengerti bagaimana sebenarnya arti kehidupan.
“Setelah pulang kuliah saya langsung bekerja, tidak ada kata lelah dalam kamus saya,” ungkap Mahyudin.
Alumni SMA N 1 Rikit Gaib lulusan tahun 2015 ini menerima lebih kurang sekitar Rp. 70.000-‘ perhari, dengan upah sebesar itu tentunya Mahyudin bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari bahkan dia juga bisa memenuhi kebutuhannya untuk beberapa hari kedepan.
Anak ke 3 dari 6 bersaudara ini kini duduk di semester 3, mengatakan tujuannya kuliah tidak hanya sekedar meraih gelar sarjana atau hanya memperoleh ilmu yang banyak, melainkan juga untuk membahagiakan dan meringankan beban kedua orang tua dan keluarganya. (Munzirta)