HARI Kopi Gayo, kapan?, demikian pertanyaan yang dilontarkan netizen, Syukri Muhammad Syukri, warga Takengon dalam status akun facebooknya, Sabtu 1 Oktober 2016 bertepatan dengan diperingatinya hari kopi internasional.
Pertanyaan berikutnya, kapan tanggal yang tepat untuk memperingati Hari Kopi Gayo?
Bagaimana kalau tanggal 28 April? Itu tanggal yang diusulkan penulis buku Hikayat Negeri Kopi ini.
Soalnya, sertifikat Indikasi Geografis (IG) No ID G 000000005 untuk kopi arabika Gayo diterbitkan oleh Menkum HAM RI tanggal 28 April 2010.
Status ini ditanggapai beragam oleh netizen lain. Asisten 2 Pemkab Aceh Tengah, Amir Hamzah, merespon positif gagasan ini.
“Sangat setuju pak Syukri Muhammad Syukri, kesepakatan tertulis tentang Hari Kopi Gayo sebaiknya segera dilaksanakan, usul kami acara tersebut diprakarsai oleh MPKG (Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo-red),” tulis Amir Hamzah.

Pernyataan setuju diutarakan oleh Betty Mohd Asyek. “Sy setuju pak Syukri Muhammad Syukri.. hr diterbitkan sertifikasi indikasi geografis.. pernuh sejarah.. ini alasan sy.. bgmn perjuangan panjang kopi gayo bs merebut kembali nama ‘Gayo’ stlh dipatenkan oleh Belanda…,” tulis staf Dinas Perkebunan Aceh ini.
Sementara pemilik Seladang Coffee, cafe yang dibangun di tengah kebun kopi di lintasan Takengon-Bireuen, Sadikin Gembel menegaskan selaku penghasil kopi terbaik dunia Gayo harus punya hari besar terkait kopi.
“Harus ada hari kopi Gayo, usul saya bulan November berbarengan dengan musim panen kopi,” ujar Sadikin, Sabtu 1 Oktober 2016.
Malah, menurut aktivis lingkungan ini, kopi harus dimasukkan dalam kurikulum muatan lokal siswa di Gayo.

Usulan kurikulum pelajaran kopi ini sangat patut diaktualisasikan, seperti halnya profesi penduduknya, para siswa di Aceh Tengah dan Bener Meriah umumnya adalah anak petani kopi. Keseharian selain belajar di sekolah adalah di kebun kopi.
Sangat positif menjadi salahsatu solusi persoalan rendahnya kuantitas dan kualitas produksi kopi Gayo. Generasi petani kopi harus faham kopi, dari hulu hingga hilir. Dari sisi teknik budidaya, teknik penanganan pasca panen hingga pemasaran kopi.
Pertanyaan kapan Hari Kopi Gayo, gagasan dimasukkannya kopi dalam kurikulum muatan lokal dan sederetan gagasan lainnya sangat mungkin hanya akan jadi wacana, entah kapan terwujud. Dari pengalaman sangat sulit menyatukan persepsi dalam sesuatu urusan.
Gelombang pesimis lebih besar ketimbang optimis. Contohnya gagasan dibangunnya museum kopi dan tugu kopi yang sempat gencar disuarakan ternyata hilang begitu saja tanpa ada kejelasan kapan terwujudnya. (Khalis)