Catatan Perjalanan : Ahmad Dardiri*
Dalam perjalanan pulang dari Medan (8/3/2016) usai mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi kepala sekolah/madrasah tingkat SMP/MTs yang di fasilitasi oleh pemerintah Australia melalui kegiatan Pengembangan Keprofesian Tenaga Kependidikan (Professional Development for Education Personnel/ProDEP) penulis mengajak teman-teman pelatihan sesama kepala MTs untuk pulang melalui Kabupaten Aceh Tenggara. Ada satu alasan penulis yang menjadi keinginan lewat jalur Aceh Tenggara, yaitu sebagai warga Aceh Tengah belum pernah melihat kabupaten yang dulu merupakan wilayah dari Kabupaten Aceh Tengah. Dan ternyata Ketua rombongan Drs. Nopia Dorsain yang juga pengawas madrasah dan Drs. Riswan Basri Kepala MTsN Bintang yang paham rute perjalanan menyetujui, klop jadinya.
Begitu masuk Kutacane yang merupakan ibu kota Aceh Tenggara, penulis terus memperhatikan situasi kota, sebagai orang yang baru pertama kali melihat Kutacane, penulis hanya ingin melihat seperti apa Kutacane itu, selama ini hanya tahu dari cerita. Kalau teman seperjalanan penulis, Pak Nopia Dorsain, Riswan Basri, Yulia, dan Tasbihan pada tahun 2012 sempat satu minggu di kota ini mengikuti acara Porseni Kementerian Agama Provinsi Aceh ke-13 yang acaranya dibuka oleh wakil Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar. Menurut mereka banyak sekali perubahan pada kota ini, semakin ramai dan banyak pembangunan.
Saat asyik menikmati indahnya perkotaan, penulis dikejutkan oleh Pak Yulia, “Pak Ahmad, itu masjid Agung Kutacane,” ujarnya sambil asyik menyupir. “Yah indahnya, kita ke situ Pak Yulia, foto-foto dulu,” penulis memohon. Pak Yulia yang terlanjur melampaui jalan masuk ke arah masjid terpaksa harus mencari jalan untuk memutar balik ke arah masjid.
Benar madjid agung Kutacane yang bernama Masjid At Taqwa ini sangat indah dan membuat hati terkagum, karena masjid ini memiliki arsitektur yang bernuansa Turki Eropa dan Kultur Budaya Lokal. Menurut berbagai sumber yang sempat penulis telusuri melalui google, Masjid Agung At-Taqwa Kutacane dirancang untuk mampu bertahan dari guncangan gempa kuat, 9,0 SR. masjid ini mempunyai luas 2.500 meter berkapasitas 4.000 jamaah dan menelan biaya yang ditaksir mencapai Rp 65 miliar dan mampu bertahan sampai 300 tahun.
Masjid ini juga dilengkapi rumah kenajiran untuk 4 Kepala Keluarga (KK), terdiri dari Imam Masjid, muazin, penjaga masjid dan teknisi. Selain itu TPA, tempat wudhuk, koperasi, kantin, gerbang dua unit, dan areal parkir luas.
Masjid Alternatif Wisata Religi di Aceh

Riduwan Piliang seorang warga Kutacane pernah menulis di Lintasgayo.co, ia menuliskan bahwa Masjid Agung At-Taqwa Kutacane Aceh Tenggara (Agara) yang di bangun berdekatan dengan markas Kodim 0108/Agara, telah menjadi objek wisata primadona baru di lembah Leuser.
Memang Masjid Agung At Taqwa Kutacane sangat menggoda untuk dikunjungi, setidaknya itu menurut penulis. Makanya penulis mohon untuk membalikkan arah mobil saat diberi tahu masjid ini. Dan penulis pun mengabadikan dengan berfoto di halaman sekitar masjid begitu juga teman-teman.
Usai berfoto penulis share melalui akun facebook, ternyata cukup banyak yang mengklik suka, dan bahkan merasa tergoda untuk berkomentar dengan mengungkapkan kekagumannya dan keindahan Masjid Agung Kutacane ini, diantara mereka ada yang bertanya di mana keberadaannya. Padahal penulis sudah menuliskan tempat chek in pada foto itu. Barangkali mereka fokus pada melihat keindahan masjidnya, sehingga tidak perhatian pada keterangan tempat di chek in foto.
*Warga Takengon, Tinggal di Jagong Jeget