[bagian 1]
Catatan : Khalisuddin*

BAGI masyarakat biasa duduk satu meja (se-meja) makan bersama Presiden Republik Indonesia, tentu momen langka, itu yang dialami penulis di rumah makan Putri Simpang Tige (PST) Bale Atu Redelong Bener Meriah Rabu 2 Maret 2016 usai peresmian Bandara Rembele bersama Joko Widodo (Jokowi). Dan menulis pengalaman ini semata-mata untuk berbagi informasi, pencatatan sejarah serta wujud terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu penulis hingga bisa menjadi bagian dari momen yang diangan-angankan jauh hari sebelumnya.
Awal cerita dimulai dengan pengumpulan data dan penulisan tentang Jokowi saat dia masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Data dan informasi yang dikumpulkan mencakup kiprahnya semasa bekerja di PT.KKA (Persero) di Divisi Hutan yang berpusat di kaki Burni Telong yang sebagian lokasinya saat ini masuk area Bandara Rembele.
Gagasan penulisan buku ini muncul dari senior saya semasa di The Globe Journal Murizal Hamzah, wartawan asal Aceh di Jakarta (penulis buku Hasan Tiro) yang meminta secara diam-diam melakukan pengumpulan data tentang Jokowi di Gayo. Saya menyanggupi dan sejak itu juga menetapkan judul buku yang akan terbit kelak berjudul “Jejak Jokowi di Gayo”. Saat itu Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Suka duka pencarian data tidak saya ungkap disini, tentu bisa dibayangkan bagaimana mencari orang-orang yang pernah berinteraksi langsung dengan Jokowi hampir 30 tahun silam. Terimakasih khusus kepada Rasyid, mantan karyawan PT. KKA (Persero) yang sangat berperan menyambungkan penulis dengan para rekan Jokowi yang berdomisili di seluruh penjuru mata angin dataran tinggi Gayo.

Tidak ada dukungan dana dari pihak manapun kecuali beberapa kali donasi Bahan Bakar Minyak (BBM) serta ajakan ngopi dari sahabat LintasGayo.co Munawardi, Darmawan Masri, Muzakir, Iranda Novandi, Joe Samalanga, Abdurrahman, dan lain-lain saat istirahat dalam perjalanan.
Aktivitas ini juga menjadi ujian dan pelajaran hidup berharga bagi penulis sebagai anak sulung dan satu-satunya laki-laki. Saat berbarengan, ayah penulis Djamaluddin yang sejak lama menderita diabetes akhirnya divonis gagal Ginjal yang mengharuskan cuci darah 2 kali dalam seminggu hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir Rabu, 24 September 2014. Lalu ibu Nuhajaty, tiba-tiba diserang stroke yang tentunya butuh penanganan khusus setidaknya untuk 3 bulan pertama.
Beberapa bulan melakukan penelusuran dengan menemui dan menggali informasi baik dari media maupun dari sejumlah rekan-rekan Jokowi saat bekerja di PT. KKA (Persero) akhirnya diperoleh informasi-informasi valid jika Jokowi memang pernah berada di Gayo pada tahun 1986-1988, persisnya di kaki Burni Telong, Kecamatan Bukit yang saat itu Kabupaten Bener Meriah masih tergabung dengan Aceh Tengah sebelum dimekarkan pada tahun 2004.
Sekitar 2 bulan sebelum hari pencoblosan Pemilihan Presiden, 22 Juli 2014, naskah buku ini sudah rampung dan rencananya akan dicetak sebelum Pilpres. Namun karena berbagai pertimbangan, termasuk politis karena menjelang Pilpres juga tidak tersedianya dana. Juga karena naskah belum sempat dibaca oleh Jokowi sendiri, niat ini urung.

Dalam prosesnya, aktivitas penyusunan buku ini dilakukan hanya beberapa orang yang tau. Hingga menjelang kunjungan Jokowi ke Gayo meresmikan Bandar Udara Rembele.
Tidak ada upaya “gila” menerobos istana agar naskah buku ini bisa sampai ke tangan Jokowi. Ada beberapa kesempatan seperti saat Jokowi bertatap muka dan mengobrol dengan beberapa Urang Gayo seperti tokoh mahasiswa asal Bintang Aceh Tengah, Safutra Rantona. Namun karena tidak terbangun komunikasi kesempatan ini lewat begitu saja.
Selanjutnya melalui Camat Putri Betung, Said Idris Wintareza yang dijadwal bertatap muka dengan Jokowi di Banda Aceh. Keinginan Camat teladan se-Indonesia tahun 2015 ini sangat luar biasa agar naskah buku ini segera diterima Jokowi, naskah dipaksa diprint out di kantor Camat Putri Betung dibantu stafnya Susi Susanti dan Muzakir dari LintasGayo.co. Sayangnya, Jokowi batal ke Banda Aceh dan digantikan Wakil Presiden, M. Jusuf Kalla.
Upaya ini juga dilakukan Murizal Hamzah saat kebetulan berpapasan dan bersalaman dengan Jokowi di restoran Medan Baru di Jakarta. Sialnya, senior saya ini tidak membawa naskah buku Jejak Jokowi di Gayo.
Pernah juga ada direncanakan penerobosan melalui Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti yang akan dibantu Ibrahim Khairul Iman saat menjabat Kepala Bandara Rembele. Rencana ini gagal sebelum dimulai karena berbagai pertimbangan.

Sinar terang datang juga, saat Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM secara tiba-tiba mengundang saya untuk mendiskusikan rencana penerbitan buku ini. Dia meminta penulis mengirimkan surat ke Presiden RI dan pihaknya selaku bupati turut memfasilitasinya dengan menyertakan surat pengantar melalui Menteri Sekretaris Kabinet tertanggal tanggal 7 Januari 2016. Dalam prosesnya sangat dibantu oleh Muhammad Syukri yang menjabat sebagai Staf Ahli di Setdakab Aceh Tengah serta Kabag Humas, Musfata Kamal,S.STP.
Komunikasi berbagai arah terus dibangun, termasuk dengan pihak Bandar Udara Rembele baik Kepala Bandara Syaifullah, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengembangan Bandara Rembele Yan Budiyanto serta Humas Bandara Iwan Mulya. Komunikasi intens juga dengan Bupati Kabupaten Bener Meriah Ruslan Abdul Gani.
Menjelang agenda kunjungan Jokowi ke Gayo, komunikasi tanpa henti dilakukan dengan Kabag Humas Setdakab Bener Meriah yang dijabat Irmansyah,S.STP seiring dengan wacana kehadiran Jokowi meresmikan Bandara tersebut yang rencana semula digadang-gadang di bulan April 2016.
Alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (
Rabu 2 Maret 2016, tema ini terbukti benar adanya. Jokowi menyebut Gayo sebagai kampung halamannya yang kedua setelah Solo. (Video Pidato Jokowi)
“Kenapa ini saya pakai terus? (sambil menunjukkan kain Ulen-Ulen bermotif Kerawang Gayo yang dipakainya). Biar rasanya sampai ke dalam bahwa saya ini orang Gayo, orang Aceh. Ini kampung halaman saya yang kedua,” kata Jokowi mengutip setkab.go.id.(bersambung)

*Ketua PWI Bener Meriah, salah satu dari dua penulis buku Jejak Jokowi di Gayo