Oleh : Darmawan Masri*
JOKOWI, Presiden Republik Indonesia akhirnya menyempatkan diri menjenguk kampung keduanya di dataran tinggi Gayo pada Rabu 2 Maret 2016, dalam rangka meresmikan Bandara Kelas 3 Rembele. Kunjungan Presiden ke-7 Republik Indonesia ini ibarat pulang kampung, karena pada tahun 1986-1988 Jokowi sempat bekerja di lembah Burni Telong sebagai Kepala Kontruksi di PT Kertas Kraft Aceh (KKA).
Berbagai media di tanoh Gayo, mulai membomingkan kalimat Jokowi Pulang Kampung sejak sebulan sebelum Jokowi mengunjungi kampung keduanya ini. Namun, siapakah pencetus kata Jokowi Pulang Kampung tersebut.
Adalah Kabag Humas dan Protokoler Setdakab Bener Meriah, Irmansyah, S.STP. Kalimat Jokowi Pulang Kampung dideklarasikan setelah dirinya dilantik seminggu menjadi Kabag Humas dan Protokoler. Ia mengundang belasan wartawan untuk sekedar ngopi cantik dan makan bersama dilingkungan kantor Bupati Bener Meriah. Tentunya tema ini ada dasarnya, setelah mempelajari isi buku Jejak Jokowi di Gayo yang ditulis Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bener Meriah, Khalisuddin dan Murizal Hamzah, seorang wartawan di Jakarta.
Irmansyah mencetuskan kalimat tersebut bukan sendirian, melainkan dibantu oleh dua orang sahabatnya Dedi Satria dan Muslim Ibrahim, S.STP. Selaku Kabag Humas, kejelian melihat moment patut diacungi jempol. Sejak sebulan sebelum Bandara Rembele diresmikan, kondisinya hampir rampung, tinggal finishingnya saja.
Kabar mengenai Presiden Jokowi yang akan meresmikan langsung terdengar di telinga Irmansyah. Oleh karenanya, dia ingin membuat sebuah tema dalam rangka menyambut kedatangan orang nomor 1 di Indonesia ini. Disebuah coffee shop dibilangan jalan Soekarno Hatta bernama TKJ, Takengon, Irman bersama Dedi dan owner TKJ Muslim Ibrahim melakukan bincang-bincang kecil. Disinilah tercetus kalimat Jokowi Pulang Kampung, hingga akhirnya Irmansyah mengharapkan semua wartawan untuk membantu menyukseskan kedatangan Presiden ke tanoh Gayo.
Menurut Irmansyah beberapa waktu lalu, kedatangan Presiden Jokowi sudah diagendakan akhir Maret atau awal April 2016. Namun, instingnya berkata lain. Ditengah padatnya agenda kunjungan Presiden ke Sumatera bulan April ini, dirinya berinisiatif memberitahukan kepada Pimpinan Daerah untuk segera membuat rapat terkait peresmian Bandara Rembele.
“Setelah digelar rapat, akhirnya saya berangkat ke Jakarta beraudiensi dengan protokoler istana, disana mendengar kabar bahwa kunjungan Presiden dipercepat, pada tanggal 29 Februari 2016,” kata Irman.
Sempat terjadi kegalauan dalam hati seorang Irmansyah, mengingat 29 Februari tinggal menghitung hari saja. Segera dia terbang kembali ke Banda Aceh, dan menemui Biro Humas Provinsi Aceh ditemani Khalisuddin, Irman mengabarkan bahwa kunjungan Presiden ke kampung halaman keduanya pada tanggal 29.
“Hingga akhirnya saya kembali ke Bener Meriah. Pimpinan Daerah sudah menunggu saya, untuk mengetahui informasi secara terperinci. Langkah persiapan pun mulai kita lakukan,” ujarnya.
Selang sehari dari kabar tersebut, Irman kembali menerima informasi bahwa kedatangan Jokowi ditunda ke tanggal 2-3 Maret 2016. Sedikit bisa bernafas lega, mengingat waktu persiapan ada beberapa hari lagi. Segela sesuatunya kembali diatur.
Irman mengaku kelabakan mengurusinya. Ia pun ditunjuk sebagai Sekretaris Panitia penyambutan Presiden ke Bener Meriah, dimana ketua dijabat oleh Sekda, Drs. Ismarisiska. Meski mengaku kelabakan, Irman tak pantang menyerah, walau baru kali pertama menyambut kedatangan Presiden, baginya bukan menjadi masalah berarti.
Irman segera menghubungi Biro Humas Provinsi, menanyakan hal-hal yang perlu dipersiapakan, begitu juga dengan tata cara dan hal teknis lainnya termasuk undangan. Dalam waktu singkat, Irman bisa melahap semua informasi yang dia dapatkan itu, termasuk rumah makan yang akan dijadikan sebagai tempat makan siang Jokowi saat berkunjung ke Bener Meriah. “Pihak Protokoler Istana menanyakan itu kepada saya. Dan saya segera menghubungi, rumah makan Putri Simpang Tiga yang lokasinya tak jauh dari Bandara,” ujarnya.
Dibantu team work, yang siap bekerja siang malam, menjadikan energi tersendiri baginya. Semua informasi kemudian bersumber darinya. Karena Irman aktif berkomunikasi dengan pihak Protokoler Istana dan Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres). Tanpa disadarinya, Irman menjadi orang yang memegang informasi penting menyambut kedatangan Presiden.
Banyak pihak yang akhirnya menghubunginya. Perannya pun sebagai orang yang paling mengetahui segala dan sesuatu hal terkait kunjungan Presiden menjadikannya berperan sangat aktif.
“Waktu itu, yang penting batre HP terisi terus. Tidak boleh kosong, karena bisa saja setiap saat Protokoler Istana dan Paspampres akan menghubungi saja. Menanyakan kesiapan, dan hal teknis lain sesuai dengan Prosedur Tetap (Protap) kedatangan RI satu ke daerah,” ujarnya.
Tak terkecuali juga masalah undangan yang harus diverifikasi di Korem 011/Lilawangsa. Pihaknya berperan sebagai pemerivikasi awal terkait hal ini, untuk kemudian diserahkan ke Korem.
Dengan tim yang solid, walau lelah dan rela tak tidur malam, energi positif dalam diri Irmansyah kembali muncul. Rasa lelah itu seolah terbayarkan dengan kesigapan tim yang solid. “Waktu sudah mepet saat itu, sering nada saya menghubungi tim agak tinggi, menyatakan itu perintah yang harus segera diselesaikan, walau sebenarnya itu hanyalah ekspresi, bukan yang sebenarnya. Dan alhamdulillah tim mengerti kondisi, walau dengan nada tinggi mereka memakluminya, tidak ambil hati,” kata Irmansyah.
Dengan keberadaannya di Humas dan Protokoler Setdakab Bener Meriah yang kurang dari dua bulan, Irman mengaku tak kesulitan mengkoordinir anggotanya walau dia dihadapkan dengan tim baru. Pria yang suka dengan tantangan ini selama bekerja menyiapkan kedatangan Presiden ke Bener Meriah mengaku saat itu memiliki tekanan yang cukup berat. Dia harus mengkoordinir 1500 undangan yang dipersiapkan, belum lagi persiapan lainnya.
“Tekanannya cukup berat, semua leading sektor termasuk informasinya ke saya. Walau begitu, saya cukup menikmatinya,” ujar Irman.
Sebagai salah seorang pencetus kalimat Jokowi Pulang Kampung, Irmansyah mengaku dilema. Dia menganggap kalimat tersebut sebagai bola liar. “Kenapa saya katakan demikian, pertama terkait kunjungan yang sewaktu-waktu bisa berubah. Kedua apa nantinya benar Jokowi masih ingat dengan Gayo. Itu yang saya takutkan waktu mencetuskan kalimat itu,” ungkapnya.
Namun hal tersebut sebua terjawab sudah. Kalimat Jokowi Pulang Kampung memang sudah tepat saat menyambut kedatangan Presiden Jokowi kemarin. Dihadapan seribuan undangan, diperkuat dengan tayangan di TV, Jokowi memang mengaku Orang Gayo, dan Gayo adalah Kampung kedua baginya.
“Alhamdulillah, ternyata kalimat yang terus kita boomingkan Jokowi Pulang Kampung terjawab sudah. Presiden sendiri mengatakan dia Orang Gayo dan ini Kampung keduanya,” kata Irman sumingrah.
Namun ditengah sibuknya pekerjaan yang dihadapi Irman saat itu, ada satuhal yang kurang baginya. Sebagai orang yang dalam bahasa Gayo dikatakan Poh Punoh, Irman tidak berkesempatan berfoto bareng Presiden. Namun, baginya itu tak mengapa. Alumnus, STPDN 2001 ini bekerja untuk Gayo adalah hal yang utama dari pada sekedar foto dengan Presiden. Dia mengaku tidak kecewa akan hal itu.
“Belum rejeki, bisa foto bersama dengan Presiden, walau jarak saya dengan dia waktu itu cukup dekat, cuman tidak berpikir kesitu lagi. Yang terpenting kita menyambut Jokowi dengan sukses, dan daerah ini bangga karena Jokowi mengaku orang Gayo,” kata Irman.
Ditambahkan, walau sukses menyambut kedatangan Jokowi Pulang Kampung, Irman mengatakan masih ada satu tugas yang belum terselesaikan, yakni pengantar langsung dari Jokowi terkait buku Jejak Jokowi di Gayo, yang lebih menguatkan lagi bahwa Jokowi memang menjadikan Gayo sebagai Kampung keduanya.
“Ini tugas yang belum selesai. InsyaAllah akan kita selesaikan secepatnya. Jika buku ini terbit, akan semakin menguatkan pernyataan Presiden, bahwa dia punya saudara di Gayo, buktinya ada di buku ini,” demikian Irmansyah, S.STP. []