
Redelong–Lintas Gayo : Ratusan petani kopi dan warga Seni Antara Kecamatan Permata Bener Meriah mengamuk di perbatasan Bener Meriah- Aceh Utara lintasan jalan eks. PT. KKA, Minggu 21 Februari 2016.
Penyebabnya adalah salah satu koperasi dari Aceh Utara mengklaim beberapa perkebunan masyarakat yang ada disana menjadi milik koperasi tanpa memberitahukan kepada pemilik kebun.
“Pus ku pe nge ratan pakea urum kupi-kupie (kebun saya juga sudah di ratakan dengan kopi-kopinya), bahkan waktu itu yang memerintahkan dan yang datang langsung adalah bapak camat Nisam dari Aceh Utara,” ungkap M. Daud salah satu masyarakat dan petani setempat.
Warga lainnya Aman Zulfan menyatakan beberapa hari yang lalu pengurus koperasi melakukan pemancangan atau pemasangan patok sehingga beberapa warga merasa resah dan ketakutan, bahkan ada yang langsung pulang tidak jadi memetik kopinya yang sedang panen.
Namun berita dan informasi warga menyebar secara cepat sehingga beberapa tokoh dan aparat kampung dan reje Kampung Seni Antara, Yoga dengan  cepat mengambil inisiatif yaitu menjumpai Muspika kecamatan Permata melaporkan kondisi masyarakat yang sudah di caplok kebunnya oleh salah satu koperasi dari Aceh Utara.
Kepala dusun Penggalangan Aman Zulfan lalu menjumpai beberapa pemilik kebun dan para tokoh yang memahami keberadaan perkebunan masyarakat yang hampir puluhan tahun di garap oleh masyarakat.
Pada dasarnya, kata dia daerah yang di klaim adalah perkebunan LTA 77 atau Genap Mupakat, yang sudah di garap semenjak tahun 1980-an, namun di saat konflik ini ditinggalkan oleh warga karena ketakutan.
Pasca konflik warga kembali lagi membersihkan kebunnya bahkan saat ini perkebunan masyarakat sudah kembali normal seperti biasa, bahkan tahun ini masyarakat sudah panen raya.
“Jadi sangat keliru kalau koperasi ini mengklaim semena-mena kebun masyarakat,” ujar Aman Zulfan.
Lain itu, menurut Ir. Usman yang juga sebelumnya salah satu pegawai LTA 77, yang sangat memahami kondisi keberadaan kebun tersebut secara legalitas, dan sejarahnya.

Ketua Forsimagalus: Segera Selesaikan!
Seorang tokoh muda Bener Meriah yang ikut memfasilitasi pertemuan tersebut, Fakhruddin yang pernah dipercayakan Gubernur Aceh menjadi salah satu Tim Refitalisasi Genap Mupakat pada tahun 2014, mengatakan salah satu aset LTA Genap Mupakat adalah perkebunan yang berada di Kem yang saat ini berada di kawasan kampung Seni Antara bahkan asset ini belum diserahterimakan kepada pemerintah Bener Meriah.
“Seharusnya pemerintah Bener Meriah berkonsultasi dengan pemerintah Aceh Tengah terkait dengan keberadaan aset perkebunan LTA 77. Maka jika kita merujuk kepada aset ini tentunya tapal batas Aceh Utara-Bener Meriah akan semakin jelas,” ujar Fakhruddin.
Ditambahkan, pemerintah harus ambil bagian dalam menyelesaikan permasalahan ini karena ini sudah menyangkut tentang administrasi negara, “kita juga sempat melihat tadi bagaimana masyarakat mengamuk bahkan sudah membakar tugu yang di buat sepihak oleh pemerintah Aceh Utara,” ungkap Fakhruddin.
Massa membakarnya habis, kata dia. Dan ini adalah bentuk pelampiasan masyarakat ketika pemerintah terkesan tidak mampu menyelesaikan sengketa tapal batas ini.
“Saya yakin pemicu amarah warga hari ini bukan karena hanya pencamplokan koperasi terhadap kebun warga, tapi juga berawal dari ketidakseriusan pemerintah dalam penyelesaian tapal batas,” kata Fakhruddin.

Pihaknya berharap, kebanyakan warga tersebut berasal dari Gayo Lues, “saya tau betul karakter masyarakat disini karena saya juga hampir 25 tahun sudah berkebun dengan warga disini, kata ketua Forum Silaturrahmi Masyarakat Gayo Lues (FORSIMAGALUS) yang baru saja di lantik oleh Bupati Ruslan Abdul Gani.
Kedatangan Fakhruddin di tempat tersebut adalah bagian dari kepedulian terhadap masyarakat Seni Antara dan Rikit Indah yang dominan berasal dari Gayo Lues.
“Kita tidak ingin masyarakat kita menjadi bimbang dalam mengerjakan kebunnya tentunya akan berpengaruh terhadap perkembangan prekonomian keluarga, saya pikir bagi masyarakat hanya bisa nyaman dan aman dalam mengelola kebunnya tidak lebih dari itu,” simpul Fakhruddin. (WA)

													




