Saving Kemiskinan dan Kebodohan Untuk Meraih Kemajuan

oleh

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[*]

Tahapan kehidupan manusia telah berjalan jauh melewati sejarah yang panjang, mulai dari zaman nomaden ketika masyarakat tidak mau menetap di satu walayah dilanjutkan dengan kehidupan  bertani yang mengharuskan mereka tinggal di suatu tempat sambil menunggu tanaman dapat dipanen, dan selanjutnya mereka tidak lagi mungkin bepergian atau berpindah dari satu daerah ke daerah lain karena terlalu susah mengangkat hasil pertanian yang mereka dapat. Pada masa ini lahan pertanian yang mereka miliki sangat luas, sangat tergantung kepada kesanggupan untuk mengolahnya. Ini melahirkan peta kepemilikan wilayah suatu daerah demikian juga dengan mereka yang lain juga melahirkan kepemilikan wilayah tersendiri

Yang jelas, kepemilikan wilayah pada mulanya sangat ditentukan oleh kesanggupan mengelola suatu daerah, setelah memunculkan kepemilikan maka diperlukan adanya upaya mempertahankan kepemilikan, ketika  masa mempertahankan kepemilikan terjadi maka diperlukan adanya kekuasaan dari mereka yang mempunyai kuasa dan mereka yang mempuanyai kuasa adalah mereka yang mempunyai kekuatan fisik dan juga mempunyai kesatuan kelompok yang kokoh. Mereka yang mempunyai kekuatan fisik dan dapat mengalah orang atau kelompok yang lain maka secara pasti mempunyai wilayah kepemilikan yang lebih luas.

Sejarah manusia yang mengedepankan kuatnya  fisik dan luasnya harta yang dilmiliki sudah mulai berlalu dari sejarah peradaban manusia disamping karena banyaknya jumlah manusia dan semakin menyempitnya lahan yang tersedia juga disebabkan oleh datangnya peradaban modern yang tidak mengutamakan kekuatan fisik dan dapat memaksimalkan hasil dari lahan yang tidak perlua luas. Di mana pada zaman ini orang akan merasa heran kepada seseorang bila sering bercerita kalau dirinya adalah orang yang mempunyai kekuatan secara fisik dan tidak tidak terkalahkan. Sebaliknya orang akan merasa kagum kepada seseorang yang mampu berkata dan bercerita tentang sesuatu permasalahan secara ilmiah dan semua orang dapat menerima kebenaran dari apa yang dipikirkan dan dengan gaya penyampaian yang menarik.

Masih banyak orang yang merasa nikmat dan menikmati kehidupan tradisional pada zaman modern, malah mereka tidak mau beranjak dari kenikmatan yang dirasakan, malahan ia mengajak orang lain untuk hidup bersama secara tradisional dalam zaman yang sudah modern ini. Namun juga tidak bisa dipungkiri bahwasanya tidak semua orang mampu berpindah dari satu tradisi kepada tradisi yang lain terlebih bila sebuah doktrin yang mengajarkan mereka bahwa sesuatu yang baru itu tidak baik dan yang paling baik adalah kehidupan sebagaimana digambarkan dalam sejarah, karena kebenaran kehidupan dalam sejarah sudah terbukti sedangkan kehidupan yang baru belum terbukti kebenarannya.

Haruskah semua orang berpindah dari kehidupan tradisional yang sudah memberi kenikmatan kepada kehidupan yang baru, kendati menurut sebagian orang bahwa kehidupan yang baru tersebut lebih dapat memberi kenikmatan. Tentu saja tidak, karena perpindahan dari satu masa ke masa yang lain, dari satu bentuk tradisi ke tradisi yang lain dan dari satu bentuk profesi ke profesi yang lain memerlukan kesiapan dan persiapan yang matang. Lalu ketika masih banyak mereka yang tidak siap untuk berpindah, apakah mereka yang sudah siap harus menunggu. Jawabannya, tentu saja juga tidak. Karena kalau mereka yang sudah siap untuk maju lalu menunggu yang belum siap, biasanya akan membuat orang yang belum siap akan hidup terjajah dan tidak mempunyai kreatifatas, demikian juga dengan mereka yang sudah siap akan merasa hidupnya tidak dapat memberi makna untuk kehidupan orang lain.

Kita atau orang lain akan melihat kemajuan suatu daerah tergantung kepada promosi atau pemberitaan suatu daerah, dan pemberitaan biasa sangat berhubungan dengan pola pikir pemimpin yang berkuasa di suatu wilayah. Apabila suatu daerah mengharap adanya bantuan dari pihak lain pasti ia akan memberitakan atau memberi tau kalau daerah mereka masih banyak penduduknya yang miskin dan hidup dalam kebodohan supaya ada yang membantu mengentaskan kemiskinan dan adanya bantuan pendidikan untuk menghilangkan kebodohan, tapi kalau suatu daerah ingin menampakkan dirinya adalah daerah yang hebat tentu saja mereka akan mensaving berita tentang kemiskinan dan kebodohan dan akan menjadikan pemberitaan yang berorientasi kepada kemajuan pembangunan, orang-orang (SDM) yang memiliki pengetahuan dan penguasaan teknologi baik.

Pola pikir seperti ini bukan berarti pemerintah membiarkan kemiskinan dan memelihara adanya kebodohan, tetapi pola pikir seperti ini adalah membalik sistem berpikir dari pemberian volume perhatian yang selama ini lebih kepada mereka yang berekonomi lemah dan mereka yang tidak atau kurang mendapat pendidikan menjadi memperbesar perhatian untuk mendorong kemajuan yang lebih cepat dengan menambah volume perhatian kepada mereka yang mempunyai modal dan/atau mereka memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi menjadi orang terdepan dan mempebanyak pemberitaan tentang mereka. Karena kita yakin kalau kemajuan lebuh diutamakan maka mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kebodohan akan lebih mudah dibina untuk keluar dari kondisi yang mereka alami.


[*] Dosen Ushul Fiqh (dalam upaya dekonstruksi pemikiran Mashlahah) pada Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.