Jakarta-LintasGayo.co : Festival Kampung Kopi dan Kakao 2015 oleh Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Senayan Jakarta merupakan ajang “unjuk gigi” bagi sejumlah kabupaten dari 10 provinsi di tanah air untuk mempromosikan kopi dan kakao sekaligus membuka berbagai kemungkinan ekspansi pasar.
Namun bagi Aceh Tengah, festival tahunan tersebut merupakan ajang pembuktian bahwa pengelolaan komoditas kopi di Dataran Tinggi Gayo telah memasuki tahap “advanced”, dimana pengelolaan di segala lini telah dilakukan dengan baik.
Bupati Aceh Tengah Nasaruddin secara gamblang memaparkan perihal pengelolaan kopi milik rakyat Gayo, termasuk kabupaten yang ia pimpin.
“Kita punya lahan seluas 48 ribu hektar dengan poduktivitas yang masih dapat ditingkatkan. Kita juga punya koperasi yang mewadahi para petani. Bahkan pemerintah daerah telah meluncurkan semacam jaminan bagi petani, yaitu resi gudang”, ujar Nasaruddin di hadapan perwakilan Kadin Inggris dan Aljazair, Sabtu, 7 Nopember 2015.
Nasaruddin kemudian menjelaskan bagaimana program resi gudang bekerja, dimana petani mendapat keuntungan saat harga turun karena dapat menjaminkan resi ke Bank.
Menyikapi penjelasan itu, sejumlah kepala daerah pun angkat bicara.”Kami ingin seperti Gayo, dimana mereka sudah menangani setiap lini dengan baik,” ujar Bupati Merangin, Provinsi Jambi.
Bahkan salah seorang wartawan TV swasta mengacungi jempol dengan pengelolaan kopi di Aceh Tengah. “Luar biasa. Menurut saya pengelolaan kopi di sana (Aceh Tengah, red) sudah cukup baik, bahkan mungkin yang terbaik di Indonesia”, ujar Wartawan yang meminta identitasnya tidak dipublikasikan.
Indonesia Berpeluang Jadi Produsen Kopi Terbesar di Dunia
Posisi Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Kolombia dan Vietnam masih berpeluang untuk ditingkatkan, setidaknya menggeser Kolombia dan Vietnam. Bupati Aceh Tengah Nasaruddin mengungkapkan optimisme.
Mewakili ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi), Nasaruddin mengatakan peringkat Indonesia sebagai negara penghasil kopi bisa merangkak naik. “Kita bisa menjadi negara eksportir kopi terbesar di dunia, setidaknya berada di peringkat kedua,” ujarnya.
Optimisme ketua bidang pelatihan dan pendidikan Apkasi itu beralasan bahwa sebenarnya Indonesia memenuhi syarat untuk mendongkrak ekspor kopi ke berbagai negara.
“Tidak semua negara punya potensi dan peluang seperti kita. Jika semua daerah dapat mengoptimalkan kuantitas dan kualitas produksi, tidak lama lagi kita bisa menjadi produsen kopi terbesar,” ujar Pak Nas.
“Apalagi permintaan akan kopi secara global menunjukkan trend meningkat. Adanya Indikasi Geografis (IG) memungkinkan kopi asal Indonesia lebih mudah untuk dipasarkan,” demikian Nasaruddin menimpali.
(MF | DM)