KEBERADAAN sosok misterius Manti di Tanoh Gayo dipercaya hidup di tengah pedalaman hutan. Tak sedikit pengakuan orang-orang yang pernah berjumpa dengan sosok yang memiliki tubuh kecil, berbulu halus yang jarang, dan memiliki ruas badan ke kepala sama dengan ruas badan ke kaki.
Berdasarkan cerita yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Gayo, sosok Manti juga pernah terperangkap di ranjau hingga meninggal dunia.
Tak hanya itu, ada juga yang rela menghabiskan waktu untuk berburu Manti. Adalah Mauhalizar, yang selama beberapa tahun ke belakang menjadi seorang sosok pemburu Manti.
pendapat Mauhalizar tentang keberadaan Manti?. Darmawan Masri dan Khalisuddin LintasGAYO mencoba menggali keterangan dari sosok yang juga mantan jurnalis ini, dalam satu wawancara khusus di kediamannya di Timangan Gading Takengon Aceh Tengah. Berikut petikannya
LG: Apa pendapat anda tentang Manti? Mauhalizar: Keberadaan Manti sebenarnya ada ditengah-tengah manusia sekarang. Jauh-jauh hari sebelum kehidupan generasi urang Gayo saat ini, Manti sangat familiar di tengah masyarakat Gayo.
Dari beberapa kali wawancara yang saya lakukan dengan orang yang pernah melihat sosok Manti ini di daerah-daerah pedalaman yang dekat dengan hutan, seperti di Samar Kilang, Jamat, Linge dan sebagainya pernah diceritakan bahwa pada puluhan tahun silam Manti itu sering datang ke pinggiran kampung mereka. Manti datang bergerombolan, disitu Manti mandi bergembira ria, kehidupan manti dengan manusia pada saat itu cukup harmonis, bisa hidup berdampingan.
LG: Nama Tempat di Gayo Berkaitan Dengan Manti? Mauhalizar: Beberapa tempat di Gayo ada yang berkaitan dengan Manti, seperti di Bintang ada Rebe Manti begitu juga di Samar Kilang.
Rebe itu bahasa Gayo yang artinya kebun, sebelum berburu Manti saya kumpulkan dulu informasi-informasi dari orang yang pernah meilihat sosok misterius ini. Dikatakan bahwa Manti itu sering datang ke perkebunan, dan banyak yang mengatakan bahwa Rebe-Rebe merupakan daerah perlintasan Manti, dan nama Rebe Manti ada disejumlah daerah.
LG: Dimana Habitat Manti Hidup? Mauhalizar: Manti hidup di lembah-lembah (Gayo:Arul-red) hutan di Gayo, dimana disana terdapat makanan Manti berupa ikan-ikan kecil, kumer (sejenis buah salak hutan yang sangat asam), buah-buahan seperti durian dan sebagainya.
Manti hidup secara bergerombolan, makanan favorit mereka adalah kumer tadi, sosok Manti berbeda dengan Kumen, dimana Kumen merupakan sosok yang mirip dengan manusia, badanya bisa lebih besar dari manusia, dengan rambut yang panjang dan tidak terurus sehingga terkesan menyeramkan, hidup tidak berkelompok melainkan sendiri-sendiri, hanya disaat kawin saja mereka berkumpul.
LG: Apa Bedanya dengan Kumen? Mauhalizar: Manti yang hidup di Arul-Arul, Kumen hidup di Pematang (pundak gunung). Dari fisik, pola makan dan sebagainya Manti jauh berbeda dengan Kumen.
LG: Apa Kesukaan Manti? Mauhalizar: Dulu Manti sering mencuri padi-padi yang dipotong oleh petani yang masih belum dirontokkan di tengah sawah. Dan menurut Mauhalizar bahwa manti memiliki sifat yang agak tamak.
Mereka (Manti) mengambil padi-padi petani, bukan hanya sekedar dimakan di tengah sawah pada malam hari, melainkan para Manti itu juga sering membawa habis tanpa sisa padi yang belum dirontokkan dalam satu petak sawah.
Manti di Wih ni Roket Selama melakoni perburuan, Mauhalizar tak henti bertanya-tanya kepada orang yang pernah bertemu dengan sosok Manti. Dan itu dia dapatkan, menariknya dari cerita orang tersebut, Mauhalizar mendapat semangat baru dalam misi perburuannya.
LG: Adakan Pengalaman Menarik anda tentang Manti? Mauhalizar: Menurut cerita yang didengarnya dari salah seorang warga Lukup Sabun bernama Aji, saat itu dirinya pergi ke daerah Geumpang (Hutan dikawasan Kabupaten Pidie yang tembus dari hutan Aceh Tengah) untuk menangkap ikan menelusuri sungai besar.
Pak Aji ini masuk dari daerah Aceh Tengah tak jauh dari tempat tinggalnya, dihari ketiga dia sampai di Wih Ni Roket (air terjun di kawasan Semelit, Aceh Tengah yang jarak jatuh airnya mencapai lebih dari 300 meter), air terjun ini jarang terpublikasi oleh media dan bahkan tidak banyak yang tau, ini hal yang sangat menarik.
Sesampai di Wih Ni Roket, Pak Aji tersebut melihat arah angin yang datangnya berlawanan ke arah Air terjun tersebut. Tak diduga, setelah melirik ke arah berawang (tempat jatuhnya air terjun yang kemudian mengalir melalui sungai), Pak Aji melihat puluhan Manti tengah mandi, disana Manti-manti itu bergembira, bersenang-senang bercanda dan lainnya. Ada sekitar 15 menit Manti-manti itu berada dalam berawang tersebut.
LG: Apa reaksi Pak Aji Melihat Manti? Mauhalizar: Pak Aji saat itu tak mau mengganggu para Manti tersebut. Terakhir, saat arah angin berubah, ada satu Manti yang melihatnya, kemudian mengeluarkan suara sepeti mendengung. Secepat kilat Manti-Manti itu masuk kedalam air, Pak Aji menunggu selama beberapa menit, namun Manti tersebut tidak keluar lagi, Manti penyelam handal.
Manti dapat bertahan hidup di air selama belasan menit. Karena kepiawaiannya menyenum (menyelam-red), tak jarang Manti-Manti itu terperangkap di perangkap Ikan yang dipasang oleh manusia di aliran sungai tersebut.
Manti-manti itu pernah terperangkap di Luni dan Sarilen milik warga, hal ini sering terjadi di daerah Lokop Serbejadi, Blangkejeren dan Samar Kilang. Manti juga sering tertangkap di perangkap binatang (ontang-Gayo)
Seperti yang terjadi di Penaron, Aceh Tengah, beberapa waktu lalu. Warga sekitar berburu kijang (akang : Gayo), satu orang menjaga di perangkap tersebut. Bukan akang yang kena, melainkan Manti. Menurut pengakuan orang tersebut kepada saya lima tahun lalu, dia seorang pawang, akhirnya Manti yang terkena ke ontang tadi dipukulnya, kemudian meninggal dunia. Karena meraka tidak suka, lain yang diburu lain yang tertangkap.
LG: Mengapa anda tertarik berburu Manti? Maauhalizar: Saya telah melakukan perburuan Manti ke berbagai hutan di tanoh Gayo. Dasarnya memburu sosok misterius tersebut dikarenakan, dirinya yang pernah mengelola kebun binatang mini di kawasan Tami Delem, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah sudah tak menghasilkan lagi.
Kebun binatang yang saya kelola sudah stagnan, muncul pikiran seandainya saya memiliki dua sosok Manti yang berhasil saya tangkap dan di kunjungi oleh orang-orang dari seluruh pelosok negeri pasti akan heboh. Selanjutnya, bisa dilakukan penelitian terhadap sosok Manti tersebut.
Wujud dari Manti tersebut jarang ada yang melihat, jika itu sudah dilakukannya dan manti itu berhasil di tangkap, pasti semua orang berduyun-duyun datang kemari melihat sosok yang dianggap misterius ini.
LG: Apa sudah pernah ketemu Manti secara langsung? Mauhalizar: Selama berburu Manti selama bertahun-tahun ini, saya belum pernah bertemu dengan sosok Manti. Keluar masuk hutan sudah dilakoninya, namun hanya menemukan bekas-bekasnya saja.
Bekasnya pernah saya lihat di Samar Kilang, Karang Ampar, Bruksyah dan Pantan Nangka, sekira lima tahun lalu. Bekas kaki Manti sama dengan bekas kaki anak-anak. Memiliki lima jari-jari. Bekas-bekas tersebut, biasanya dapat terlihat saat hujan. Tidak hanya satu atau dua bekas saja yang terlihat, tapi banyak. Saya menduga Manti itu berjalan secara bersama-sama.
LG: Apakah anda putus asa belum bisa menangkap Manti? Mauhalizar: Walau belum pernah bertemu dengan sosok Manti, saya belum memutuskan untuk mengakhiri perburuannya. Saat ini hanya ingin beristrahat sejenak.
Selama bertahun-tahun, sudah banyak tenaga, pikiran dan uang di keluarkan untuk berburu Manti. kita harus membiayai penduduk setempat yang pernah melihat jejak atau bahkan sosok Manti untuk menemaninya ke tengah hutan.
Suatu saat saya yakin, akan bisa bertemu dengan Manti dan menangkapnya. Ada umur, ada rejeki. Saya yakin bisa melihat sosok misterius tersebut. Sudah bertahun-tahun saya memburu sosok misterius tersebut, hanya bekasnya yang masih saya lihat dengan nyata.[]
*Sudah terbit di Tabloid LintasGAYO edisi 25, Oktober 2015