Berbagi Solusi Buat Petani Lewat KUR BRI

oleh

Catatan Fathan Muhammad Taufiq*

KUR BRISeminggu belakangan ini, aku kembali mendapatkan “kesibukan” baru, meski sebenarnya ini juga merupakan bagian dari tugasku sebagai pelayan masyarakat. Yang tidak aku duga adalah ternyata kesibukan itu akhirnya cukup menyita tenaga dan waktuku. Berangkat dari rumah seperti biasa jam 7.30, kalo hanya ke kantor biasanya jam 14.30 sudah beranjak pulang, tapi kali ini terkadang aku pulang nyaris menjelang magrib, pasalnya aku harus “turun” ke lapangan dari satu tempat ke tempat lain.

Kesibukanku kali ini berawal dari pertemuanku secara tidak sengaja dengan Kepala Cabang Bank BRI Takengon, Empu Helmi, SE yang membawahi dua kabupaten yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Dari bincang-bincang biasa, kemudian beralih dengan program baru dari Bank plat merah tersebut untuk meberdayakan petani dan mendukung ketahanan pangan masyarakat. Pimpinan Cabang Bank BRI yang dalam dua bulan terakhir gencar melakukan sosialisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diperuntukkan bagi para petani kecil itu memintaku untuk “menjembatani” pertemuan antara pihak BRI den gan para petani di Dataran Tinggi Gayo.

Karena masalah pembinaan petani dan kelompok tani memang menjadi bagian dari ranah tugasku, akupun segera menyatakan kesanggupanku untuk membentu sosialisasi KUR tersebut kepada para petani.

Mulailah aku “bergerilya” ke lapangan untuk menentukan titik-titik lokasi yang memungkinkan untuk melaksanakan pertemuan dengan jumlah peserta antara 50 – 100 orang. Beruntung hubunganku dengan teman-teman penyuluh di lapangan selama ini sangat baik, sehingga dapat dengan mudah aku meminta bantuan mereka untuk memfasilitasi pertemuan tersebut, dan sebelum libur Idul Adha, aku sudah bisa menyusun jadwal pertemuan tersebut dan menyampaikannya kepada ihak BRI.

Jadwal sudah tersusun, titik-titik lokasi pertemuan juga sudah disiapkan oleh teman-teman penyuluh di lapangan, dan pasca liburan Idul Adha kemarin, aku mulai kegiatan “road show” mendampingi Kepala Cabang BRI bersama timnya untuk keliling di semua kecamatan yang ada di wilayah kabupaten Aceh Tengah. Awalnya aku masih “buta” tentang program kredit lunak KUR BRI ini, tapi setelah beberapa kali “turun” ersama mereka, akhirnya aku jadi semakin paham dengan program yang menurutku sangat bermanfaat untuk membantu para petani kecil itu.

Dari penjelasan Empu, Kredit Usaha Rakyat yang ditawarkan oleh Bank BRI ini merupakan pinjaman modal usaha bagi para petani kecil yang selama ini kesulitas untuk mendapatkan akses pelayanan bank. Kredit rakyat dengan plafond maksimal 25 juta rupiah itu ditawarkan kepada para petani dengan persyaratan yang sangat mudah dan bunga pinjaman yang sangat murah. Pihak BRI hanya mematok bunga pinjaman sebesar 0,54% saja, sementara syarat pengajuan kredit cukup melampirkan focopi kartu identitas, kartu keluarga dan surat keterangan usaha dari kepala desa, sementara agunan yang selama ini menjadi “momok” bagi para petani kecil itu bukanlah persyaratan utama.

Setelah mendengar penjelasan dari Empu, aku semakin tertarik untuk membantu mensosialisasikan program ini kepada para petani, karena menurutku layanan kredit murah ini akan sangat membantu para petani yang sema ini selalu mengeluhkan sulitnya memperoleh modal usaha. Tanpa fikir panjang lagi, akupun langsung melibatkan diri dalam pertemuan-pertemuan dengan para petani itu, kebetulan aku memang sering turun untuk melakukan pembinaan kepada mereka, jadi sama sekali tidak ada kendala ketika aku harus turun bersama orang-orang bank tersebut.

Memang aku harus rela “mengorbankan” tenaga dan waktuku untuk mendukung kegiatan ini, tapi melihat antusiasme para petani “menyahuti” tawaran program ini, aku mersa bahagia, karena meski sangat kecil, setidaknya aku sudah ikut andil untuk memberi solusi modal usaha pagi para petani yang meamng selama ini menjadi mitra kerjaku.

Alhamdulillah, selama lima hari ini, sudah delapan dari empat belas kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Tengah yang sudah “tersentuh” sosialisasi KUR ini, enam kecamatan lagi sudah kujadwalkan pada minggu depan. Selalu menjadi “opening ceremony’ dalam setiap pertemuan dengan para petani itu, membuatku jadi “fasih” menyampaikan program kredit rakyat ini, tapi tetap saja aku membatasi diri sebagai petugas penyuluhan, untuk urusan penjelasan tentang teknis tetap kuserahkan kepada orang-orang BRI.

Menjejak satu lokasi ke lokasi lain yang erjauhan memang cukup melelahkan, tapi ada “kepuasan batin” tersendiri, ketia apa yang kami sampaikan mendapat respon psitif dari masyarakat. Para petani kecil yang selama ini terkendala ketika ingin mengakses pinjaman kredit dari bank, seperti terfailitasi dengan adanya program KUR ini.

Sebenarnya Kredit Usaha Rakyat ini bukanlah produk baru dari bank BRI, karena program ini sudah diluncurkan beerapa tahun yang lalu, tidak saja oleh Bank BRI tapi juga oleh bank-bank BUMN lainnya. Tapi karena KUR pola lama ini menggunakan skema pinjaman komersial, akhirnya pinjaman KUR ini haya bisa dinikmati oleh mereka yang sanggup menyediakan agunan untuk pinjaman tersebut, sehingga para petani kecil nyaris tidak “tersentuh” dengan program tersebut. Kalo programnya masih seperti itu, mungkin aku sama sekali tidak tertarik untuk membantu BRI untuk melakukan sosialisasi.

Seiring dengan program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan, maka pola KUR kemudian berubah drastis, persyaratan dipermudah dan bunga pinjaman juga ikut “dikerdilkan”, dari awalnya 1 – 1,2 persen perbulan menjadi hanya 0,54 persen per bulannya. Ini membuka peluang bagi petani kecil untuk bisa mengakses pinjaman modal untuk menjalankan usaha tani mereka, itulah yang membuatku tertarik untuk kemudian terlibat langsung dalam soialisasi KUR ini.

Kalau program ini nentinya bisa berjalan seseuai dengan skema, sudah dapat kuprediksi akan terjadi peningkatan kesejahteraan bagi petani-petani kecil, karena usaha tani mereka tidak lagi terkendala masalah modal usaha. Dan melihat para petani bisa hidup sejahtera, memang selalu menjadi obesiku sebagai seorang pelayan masyarakat yang selama ini memang selalu berkecimpung dan bersentuhan langsung dengan para petani kecil itu.

Sebuah “peran” kecil memang, tapi ada kebahagiaan tersendiri ketika peran kecilku akhirnya bisa membawa manfaat bagi saudara-saudaraku para petani kecil di Tanoh Gayo.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.