Bapak Pemersatu, Sultan Ali Mughayat Syah Urang Gayo Yang Dilupakan di Aceh

oleh

nazaruddinBanda Aceh-LintasGayo.co : Banyak orang Aceh yang belum merasa menjadi Aceh. Bahkan, sebagian orang masih mau mengkotak-kotakkan Aceh. Aceh yang sudah kecil begini, dikotak-kotakan lagi menjadi pesisir barat, pesisir timur, dan pedalaman. Padahal, endatu kita, pendiri Kesultanan Aceh, Sultan Alaidin Johan Syah (1205-1234) dan Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530) berasal dari Gayo. Tetapi, melepas diri dari sekat-sekat yang demikian. Padahal, mereka hidup sekian ratus tahun sebelum kita. Bila dibandingkan dengan para leluhur, cara berpikir kita jauh tertinggal. Demikian kata Prof. Nazaruddin Syamsuddin, saat menyampaikan orasi peradaban pada Prakongres Peradaban Aceh di salah satu hotel di Banda Aceh, Sabtu (26/9/2015)

Menurut Guru Besar Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia itu, penghargaan kepada Sultan Ali Mughayat Syah yang telah memersatukan Aceh tidak sebanding dengan penghargaan yang telah diberikan kepada Sultan Iskandar Muda. “Agar kita dipandang lebih beradab oleh anak cucu kita di kemudian hari, maka sangatlah perlu kita berikan penghargaan yang memadai dan lebih pantas bagi Bapak Pemersatu Aceh itu (Sultan Ali Mughayat Syah). Pada kesempatan ini, saya mengusulkan agar jalan yang mengelilingi Aceh, mulai dari perbatasan Sumatera Utara di spanjang pantai barat dan pantai timur, seluruhnya kita namai Jalan Raya Sultan Alimughayat Suah,” tegasnya.

Penamaan jalan itu, sambungnya, bertujuan untuk mengenang jasa Sultan Alimughayat Syah. Juga, sebagai rasa syukur masyarakat Aceh akan simbol persatuan Aceh, sebagaimana yang diwariskan almarhum masyarakat Aceh sekarang ini.

“Orang Aceh sekarang memang mustahil meniru Sultan Ali Mughayat Syah, tetapi kita boleh belajar dan mengambil suri tauladan dari Sultan Aceh ini. Lihatlah, bagaiman dia berhasil menebar dan menebar pengaruh di Sumatera dan Semenanjung Melayu, dan menjadikan Aceh sebagai sebuah Negara besar ketika itu,” sebutnya.

Dipaparkan penerima Monash Distinguished Alumni Award 2004 itu, dalam bidang militer, Aceh mempunyai pasukan dalam jumlah besar yang tersebar di daerah-daerah sepanjang pantai timur. Armada lautnya menguasai garis pantai barat dan timur Aceh. Para perwiranya terlatih di akademi angkatan laut yang terletak di Krueng (Sungai) Aceh. Mereka tidak hanya menguasai ilmu perang, tetapi juga dilengkapi dengan persenjataan yang memadai.

“Ketika itu, Aceh memang telah menguasai teknologi persenjataan mutakhir, termasuk pembuatan meriam, berkat bantuan ahli-ahli dari Turki. “Kalau tidak demikian, manalah mungkin Aceh mampu bertarung dengan Belanda dan Portugis di Selat Malaka selama beberapa ratus tahun,” katanya.

Dengan kemampuan bertarung seperti itu, sambungnya, tidak perlu diragukan bahwa Kesultan Aceh Darussalam adalah sebuah Negara besar. Untuk mendukung kekuatan militernya yang besar, dengan sendirinya jumlah penduduk Aceh harus besar pula. Perekonomian Kesultanan Aceh juga kuat. “Kalau tidak kuat, mana mampu membiayai kekuatan militer yang besar,” sebutnya.

Perekonomian yang kuat itu, terang Guru Besar Internasional Monash University Australia itu, ditunjang oleh penguasaan perdagangan rempah-rempah yang sangat diminati pasar Eropa, melalui Selat Melaka. Saat itu, Banda Aceh menjadi sebuah pusat perdadangan penting di Asia Tenggara, yang ramai didatangi para pedagang dari India, Arab, Eropa, dan Cina. Perdagangan dilakukan dengan menggunakan mata uang dirham dan dinar. Mata uang emas dan perak memang sudah dikenal, bahkan sejak kerajaan Samudra Pasai. Kuatnya ekonomi Aceh tercermin juga dari kemampuan Kesultanan Aceh Darussalam untuk mencetak uang dinar dan dirham sendiri. Ini berarti Aceh sudah menguasai teknologi pembuatan koin dan pengolahan emas serta perak.

“Kalau kita mau Aceh bangkit kembali, silahkan belajar dan tiru apa yang telah dilakukan oleh semua leluhur kita, dan itu tidak terbatas pada para sultan saja,” tegas Prof. Nazaruddin Syamsuddin.

(Yusradi Usman al-Gayoni)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.