Redelong-LintasGayo.co : Sulitnya mendapatkan darah di wilayah tengah Aceh, membuat beberapa elemen sipil di daerah ini menyayangkan kebijakan pemerintah. Padahal jika semua pihak peka utamanya pemerintah (eksekutif dan legislatif), mereka bisa saja mengalokasikan anggaran untuk pengadaan bank darah.
“Ini merupakan kebutuhan yang bersifat mendesak di daerah ini, apakah pemerintah daerah ini tuli, informasi banyaknya pasien meninggal akibat pendarahan, berapa orang pasien butuh darah keluarganya pontang-panting cari darah, rumah sakit sering kehabisan stok. Kemana naluri mereka,” tanya Fakhruddin, salah seorang aktivis LSM The Redelong Institute.
Hal yang sama disampaikan Armizan, SE, yang juga pengurus Ormas Nasional Demokrat (Nasdem) Bener Meriah, menurutnya keberadaan bank darah di daerah ini, merupakan kebutuhan dalam rangka mendukung MDGs seperti yang di cabang langkah oleh pemerintah.
“Saya minta pemerintah kabupaten khusunya di wilayah tengah Aceh membuat pengadaan bank darah ini, jika daerah tidak mampu, minta ke provinsi jika itupun tidak sanggup upayakan ke APBN,” jelasnya .
Sementara Ketua PMI Bener Meriah, Abu Bakar saat dikonfirmasi, membenarkan belum adanya bank darah di daerah ini, sangat menyulitkan pihaknya untuk melaksanakan kegiatan donor darah.
Selama ini ungkap, Bakar, masyarakat sering menghubunginya untuk minta darah. “Namun jika stok ada pasti kita berikan, jika tidak biasanya kita sarankan ke Batalyon, Kodim atau ke Polres, karena disanalah biasanya ada yang mau langsung mendonorkan darahnya,” ucap Bakar.
“Namun jika ditempat yang telah direkomendasikan pun darah tidak dijumpai, alternatif terakhir harus ke Banda Aceh, Lhokseumawe atau ke daerah Aceh Timur. Daerah itu sudah memiliki bank darah,” timpalnya.
Disinggung berapa biaya pengadaan bank darah jika harus diadakan, Abu Bakar mengatakan “tidak lebih dari Rp. 2 Milyar,” katanya sembari mengatakan hal tersebut belum termasuk biaya bangunan.
(Man)
