Laporan Win Wan Nur dari Nusa Dua Bali
Bali-LintasGayo.co : Kongres IV PAN 2015 di Nusa Dua, Bali baru-baru ini diikuti oleh Kader PAN dari seluruh Indonesia. Salah satunya Syirajuddin AB, politisi asal Gayo yang saat ini duduk sebagai anggota DPRK Aceh Tengah.
Di sela-sela padatnya acara Kongres, LintasGayo.co mewawancarai anggota dewan asal Kebayakan ini, untuk mengetahui pandangannya terhadap politik dan kebijakan pembangunan di Aceh Tengah.
Banyak hal yang disoroti oleh anggota dewan yang kali ini adalah periode keduanya duduk di kursi parlemen ini. Di antaranya adalah banyaknya kebijakan yang dilakukan oleh Pemda Aceh Tengah yang tidak didasari oleh riset yang mendalam. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan terkesan asal-asalan dan proyeknya juga asal jadi. Alhasil dari sekian banyak uang rakyat yang dihamburkan, tidak ada manfaat yang bisa dinikmati.
Syirajuddin mencontohkan proyek ambisius peternakan Sapi Ketapang, yang akibat kurangnya riset dan pertimbangan ilmiah saat proyek ini diluncurkan. Saat ini proyek yang menelan anggaran sangat besar ini menjadi proyek mubazir. Begitu juga dengan proyek pembuatan tanggul dan tugu nenas di Simpang Lima. Yang tidak jelas apa maksud pembuatannya. Kesan yang mencolok, proyek ini dipaksakan agar lingkaran pendukung Bupati ‘dapat kerjaan’.
Di samping semua proyek di atas, isu yang paling berat disoroti oleh saudara kandung Zulfikar AB yang juga anggota DPRK dari Gerindra ini adalah masalah penanganan bencana Gempa Gayo yang amburadul.
Syirajuddin menyatakan sangat kecewa dengan kinerja pemerintah dalam menangani bencana ini. Sebagaimana mengerjakan proyek lain. Ada banyak sekali manipulasi data dalam penanganan bencana ini. Ada yang rumahnya rusak ringan dikatakan berat, ada yang berat dikategorikan ringan. Dari data yang masih mentah, Pemda dengan cepat mencari muka, sehingga menimbulkan kekacauan di lapangan.
Dilihat dari cara pengananganan gempa ini, terindikasi kuat kalau ada permainan di sini. Dan ini sangat disayangkan oleh politisi PAN ini, karena dalam pandangannya gempa ini adalah sebuah musibah, sebuah ujian dari Tuhan. Kalau benar di sini ada permainan, maka pemerintah benar-benar sangat keterlaluan. Ujian Tuhan pun mereka mainkan.
Secara pribadi, Syirajuddin juga sangat merasa kecewa karena dia merasa punya andil dalam pengalokasian dana untuk penanganan gempa ini. Sebab menurut pengakuannya, dia lah dulu yang mengajak Azwar Abubakar yang saat itu menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara meninjau lokasi gempa. Melalui lobi Azwar, status gempa yang tadinya merupakan bencana daerah ditingkatkan menjadi bencana nasional dan mendapatkan dana yang lebih besar.[]