Hasil penelitian ICO: Suhu meningkat, tanaman kopi Gayo bisa punah

oleh
Kopi Arabika Gayo di tepi danau Lut Tawar. (LGco-Kha A Zaghlul)
Kebun kopi Banaran berlatar panorama Rawa Pening
Kebun kopi Banaran berlatar panorama Rawa Pening

Takengon – Akibat suhu udara yang semakin meningkat, tanaman kopi di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah dikhawatirkan akan punah. Penelitian International Coffe Organization (ICO) mengungkapkan suhu udara di daerah yang dikenal dengan sebutan Gayo tersebut saat ini mencapai 22 derajat celsius.

“Kondisi itu tentu sangat memprihatinkan karena kualitas kopi arabika di dua kabupaten itu akan menurun. Bahkan tidak menutup kemungkinan tanaman kopi akan mati,” ujar Kepala Bappeda Kabupaten Aceh Tengah, Yahya Kobat, pada acara seminar sehari  di Takengon, Aceh, Kamis, 5 Maret 2015.

Menurutnya kondisi ini dapat mengancam hilangnya sumber mata pencarian masyarakat Gayo. Sudah bertahun-bertahun lamanya, kopi menjadi andalan pendapatan utama masyarakat Gayo. Kopi Gayo saat ini sudah dikenal dimana dan Gayo menjadi salah satu daerah produksi kopi terbesar di Indoensia.

Ia menambahkan, suhu yang semakin meningkat tersebut diakibatkan oleh aktivitas penebangan hutan secara liar. Penebangan liar yang terjadi di Aceh semakin merajalela. Kondisi ini terjadi hampir di seluruh hutan yang ada di Aceh.

“Akhirnya suhu semakin panas,” katanya.

Tanaman kopi merupakan jenis tanaman yang membutuhkan suhu rendah. Untuk kopi jenis arabika membutuhkan suhu sekitar 16 hingga 22 derajat celsius, sementara robusta mampu beradaptasi dengan suhu sekitar 20 sampai 28 derajat celsius.

Yahya menambahkan, jika penebangan liar terus terjadi maka suhu udara di Gayo akan semakin meningkat. Ia berharap seluruh masyarakat dan instansi terkait dapat menjaga kelestarian hutan agar kekhawatiran akan punahnya tanaman kopi yang gaungnya sudah mendunia itu tidak terjadi. (viva.co.id)

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.