Kala Pinang; Pesona Alam dan Citarasa Lemang

oleh
Lemang Kala Pinang buatan Aman Khalidin

Khalisuddin

Aman Khalidin
Aman Khalidin

Keindahan panorama alam Kala Pinang tentu tak asing lagi bagi warga Negeri Seribu Bukit julukan Kabupaten Gayo Lues. Kawasan wisata ini berada sekira 5 kilometer di lintasan jalan Blangkejeren-Takengon, di bantaran sungai disisi jalan ini selalu ramai dikunjungi warga Gayo Lues serta kerap disinggahi para pengguna jalan lintas Gayo dari arah Aceh Tengah atau dari Kutacane Aceh Tenggara dan Blangkejeren.

Kala Pinang bukan saja menyuguhkan indahnya panorama alam, aliran sungai dan perbukitan ditumbuhi pinus merkusii. Ada penganan khas Gayo racikan Muhammad Alamsyah Aman Khalidin (62).

Dalam sejarahnya, Kala Pinang melekat dengan lokasi pabrik penderesan getah pinus yang diawali pada tahun 1969 oleh PT. Bengawan hingga tahun 1978. Getah itu dibawa ke Medan Sumatera Utara melalui Kutacane Aceh Tenggara, pemiliknya beretnis China yang berdomisili di Jakarta. Setelah itu diaanjutkan oleh seorang pengusaha beretnis Arab dari Jakarta namun tidak berhasil.

Selanjutnya dilanjutkan oleh Armen Desky, sayangnya tidak berkelanjutan, juga oleh pengusaha Gayo lainnya, Hasan Leman yang berprofesi sebagai pengusaha di Jakarta. Periode selanjutnya kawasan ini jadi sarang ular karena terbengkalai, hingga muncul gagasan yang diutarakan oleh salah seorang anggota DPRK setempat saat itu, Arifin kepada Aman Khalidin.

“Kamu pindah saja ke Kala Pinang, buka usaha disana karena di Meloak juga lahanmu sering terkena bencana alam banjir, begitu kata Arifin kepada saya di tahun 2007 silam,” kenang Aman Khalidin yang sebelumnya sebagai warga kampung Meloak di Kecamatan Putri Betung.

Lemang Kala Pinang buatan Aman Khalidin
Lemang Kala Pinang buatan Aman Khalidin

Awalnya, Aman Khalidin mencoba bercocok tanam cabe, saat itu dia masih sendiri di Kala Pinang tanpa menyertakan sang istri serta anak-anaknya. Karena tuntutan ekonomi, di benak Aman Alamsyah muncul gagasan membuka lokasi wisata dan menyediakan penganan khas Gayo, Lemang dan ikan bakar.

“Kawasan ini banyak didatangi wisatawan lokal, dan disinggahi wisatawan atau pengguna jalan dari arah Takengon atau Blangkejeren, saya terpikir membuka lokasi wisata dan persinggahan dengan menyediakan Lemang dan ikan bakar,” ungkap Aman Khalidin.

Sejak itu, dia mulai membuat Lemang di bawah naungan gubuk sangat sederhana. Awalnya Aman Khalidin membuat Lemang di hari minggu atau libur saja, hanya 2 bambu beras ketan (pulut-Gayo:red).

“Beberapa kali saya buat dua bambu, ternyata habis terjual, selanjutnya saya rutin membuatnya dengan jumlah lebih banyak, istri dan beberapa orang anak saya juga akhirnya pindah ke sini membantu saya mengelola tempat ini, membuat Lemang sekaligus bercocok tanam,” terang Aman Khalidin.

Beberapa bangunan tempat bersantaipun mulai dibangun, dan kini setiap hari dibuka untuk dikunjungi, juga Lemang makin banyak terjual hingga 18 bambu beras ketan setiap harinya yang jika dikemas menjadi 70-an bungkus Lemang, harga perbungkusnya dibandrol Rp. 18.000 saja.

“Banyak yang sengaja membeli Lemang kesini, bahkan ada yang mengirim atau membawanya hingga ke Banda Aceh, Medan dan Jakarta, Lemang buatan saya tahan hingga seminggu,” kata Aman Khalidin yang mengaku mulai membuat Lemang sejak masa mudanya.

Bahan membuat Lemang sangat sederhana, ungkap Aman Khalidin, beras ketan, kelapa dan sedikit bawang putih. Dibungkus dengan daun pisang dan dimasukkan ke bambu “biang” sebelum dipanggang di bara api.

“Bambu ‘biang’ saya pesan dari Meloak, Terangun atau dari Ise-Ise,” kata ayah 10 orang anak yang membuka usaha dari pagi.

Tak hanya itu, Aman Khalidin juga kerap membuat Lemang bercampur daging ikan, ayam dan itik. “Wisatawan mancanegara sangat suka Lemang yang diracik khusus ini, turis-turis sering kesini hanya untuk menikmati Lemang racikan saya,” kata Aman Khalidin sambil tertawa menutup keterangannya.[]

Pesona alam Kala Pinang Gayo Lues. (LGco_Khalisuddin)
Pesona alam Kala Pinang Gayo Lues. (LGco_Khalisuddin)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.