Puisi “Sebuku Kebun Kopi” Wiratmadinata

oleh

BAPAK, apa yang engkau minum pagi ini,
ku dengar kebun kopi kita terbakar?
Dan harapanmu melayang ke awan
seperti mendung kelam yang gelap,
seperti kopi pagiku di perantauan
yang tak pernah selezat kasih sayangmu?

Ibu, apa yang akan kau jual pagi ini
di pasar ketika musim bunga kopi tiba?
Sedangkan ladangmu hanya tinggal arang,
dibakar oleh perang yang tak berjiwa.

Di kebun kopi kita yang murung ini,
kita telah berkabung sekian lama
karena harga kehidupan kita
telah dirampas senjata kaum durjana.

CI, 14-1-12.
wiraWIRATMADINATA dikenal sebagai penyair, aktivis, dosen dan peneliti di bidang studi konflik. Mengawali karir diusia muda sebagai wartawan di berbagai media massa lokal dan nasional sejak tahun 1989 hingga 2005. Sekarang adalah dosen tetap Fakultas Hukum di universitas Abulyatama di Banda Aceh. Lulusan magister hukum Universitas Syiah Kuala ini pernah mengenyam pendidikan post graduate di bidang Conflict Management dari University of Maryland, Amerika Serikat (2008), serta bidang Hukum HAM Internasional dari University of New South Wales,Australia (2000). Meskipun kesibukan sehari-harinya meliputi kegiatan mengajar, menjadi narasumber dan meneliti, tapi menulis puisi tak pernah ditinggalkan. Pernah mendapat dua penghargaan nasional dalam bidang sastra, masing-masing dari Menteri Pendidikan RI (1989), dan Museum HB. Jassin (1993), serta Penghargaan Anugerah sastra dari Pemerintah Aceh (2013). Wira, panggilan akrabnya, lahir di Takengon, Aceh Tengah, tahun 1969, kini berdomisili di Banda Aceh. (tarina)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.