Berok jadi Gagang Cincin Giok ada di Ponok Baru

oleh
Gagang Cincin Berok karya Syaifuddin. (LGco_Khalis)
Syaifuddin
Syaifuddin

Batok kelapa (Berok-Gayo:red) dijadikan bahan utama kerajinan tentu sudah biasa, namun jika jadi gagang cincin mungkin masih sangat asing di telinga. Penasaran?, mari temui Syaifuddin (38) warga Kampung Bahgie Bertona Ponok Baru Kecamatan Bandar, Bener Meriah.

Belum lama, persis di hari pertama tahun 2015, 1 Januari, Syafuddin yang sehari-hari sebagai petani kopi ini iseng-iseng mencoba membuat gagang cincin berbahan batok kelapa untuk batu mulia yang dikoleksinya.

“Saya sudah lama pehobi batu mulia, giok malah masih belum dikenal saat itu di tahun 1994,” kata Syaifuddin yang punya koleksi beberapa batu mata cincin saat ditemui LintasGayo.co dirumahnya, Selasa 13 Januari 2015.

Karya gagang cincin Syaifuddin ternyata diminati teman-teman yang melihatnya dan langsung minta dibuatkan. Hingga pertengahan Januari 2015, hampir setiap hari Syaifuddin membuat gagang cincin, seiring dengan makin meluasnya demam “giok” di kalangan masyarakat Gayo khususnya.

“Pekerjaannya rumit, saya hanya mampu membuat dua gagang perharinya,” ujar Syaifuddin yang membandrol per buahnya Rp. 50.000,-

“Satu gagang cincin harganya Rp50 ribu dan bila ada yang berminat harus antri karena telah banyak pesanan orang, apalagi dalam satu hari saya hanya bisa mengolah dua gagang cincin”, sebut Syaifuddin.

Dikatakan Syaifuddin, berbeda dengan gagang cincin lain yang terbuat dari logam, memasang batu cincin di gagang batok kelapa mesti ditanam permanen. apabila sudah di pasang batu tidak dapat dibuka lagi kecuali merusak gagangnya.

Dan jika berminat dibuatkan gagang cincin, maka batunya mesti dibawa serta diberikan kepada Syaifuddin. “Syarat pembuatan gagang cincin batok kelapa kepada saya adalah jadwal rampung pembuatannya tergantung saya, jadi mesti sabar,” ujar Syaifuddin sambil tertawa.

Dia juga mengaku tidak khawatir jika pesanan tidak diambil oleh pemesan. “Kan batu cincinnya sama saya, jadi mau tak mau mesti diambil jika pembuatannya sudah selesai,” kata sosok yang terlihat peramah ini.

Ditanya sejak kapan dia mengenal batok kelapa sebagai bahan kerajinan, dia mengaku saat diberangkatkan ke Banda Aceh oleh Pemerintah Bener Meriah tahun 2012 silam. “Di pelatihan tersebut saya tidak tertarik dengan kerajinan berbahan batok kelapa, namun saat demam giok saya coba ide pembuatan gagang cincin, dan inilah hasilnya,” ujar Syaifuddin.

Peralatan milik Syaifuddin juga sangat sederhana, meja kecil, gergaji bermata kecil manual, kertas pasir (amplas), lem dan cat clear.

Soal kerajinan tangan, nama Syaifuddin memang tidak asing lagi, beberapa karyanya berupa miniatur kerap dipamerkan baik di Bener Meriah maupun di Aceh Tengah dan baru-baru ini pihak Museum Takengon membeli miniatur Roda (peralatan menumbuk padi dengan kincir air) darinya. Syaifuddin yang juga mahir melukis ini sering diminta membuat kaligrafi dan bingkai foto dan lukisan berbahan kayu. (Zul, Kh)

Gagang Cincin Berok karya Syaifuddin. (LGco_Khalis)
Gagang Cincin Berok karya Syaifuddin. (LGco_Khalis)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.