Karya Tiyara Yusma
Lembut hembusan angin disela pucuk-pucuk pinus yang menari-nari
Berdesir dan bergesek menimbulkan irama alam tersendiri
Hawa sejuk pun tak tertepis oleh cahaya matahari yang lembut
Tak banyak yang tau, betapa dalam dan megahnya maknamu bagi dunia
Angin terus berhembus menuruni lereng-lereng bukit
Menyampaikan pesan keagungan tanahmu
Menebarkan harumnya aroma alamMu
Menyelami segarnya air yang berkubang di danaumu
Yang menaungi ribuan makhluk kecil berenang lincah,
dalam damai arus peusangan
Tak luas memang, tapi mampu menyatukan asa dalam kawah kecil laut tawarmu
Tapi tak banyak yang tau, betapa dalam dan megahnya maknamu bagi dunia
Kau,
Hampir tak lagi terjamah oleh lajunya zaman
Kau ditinggalkan oleh bangsamu sendiri
Kau dikhianati oleh generasimu sendiri
Kau dibiarkan, seolah tak tau, betapa dalam dan megahnya maknamu bagi dunia
Angin terus berhembus tiada henti
Mencoba membuat riak dalam hempasan gelombang kecil nan apik di setiap pesisir laut tawarmu
Mengabarkan pada dunia
Darahmu masih mengalir dalam setiap urat para insan yang meringkuk di balik selimut kabutmu
Nadimu masih berdenyut, menyemangati setiap hembusan napas dan langkah kaki pejuang yang menginjak tanahmu
Kau masih hidup, dan kau masih asa untuk siapa saja yang membutuhkan tempat untuk bernaung
Kau buka pintu rimba dengan lebar, dan kau bentangkan seluruh hamparan alam
Untuk siapa saja yang membutuhkan penghidupan
Kau tetap tak menutup diri, meski generasimu mulai berpaling dan meninggalkanmu
Mereka tak tau, betapa dalam dan megahnya maknamu bagi dunia
Aku berdiri di sini, menatap bukit-bukit berdiri kokoh menantang langit
Menatap pucuk-pucuk pinus seakan berebut menjangkau awan
Menatap bentangan air yang menggenang menyimpan sejuta misteri alam
Menatap pantulan cahaya langit yang mengharu biru, membias dan mengguratkan lukisan indah
Tak ada yang tau, betapa dalam dan megahnya maknamu bagi dunia
Gayoku,
Kutundukkan wajahku,
Kupejamkan mataku,
Kudengarkan alunan iramamu,
Dalam hembusan angin yang tak berhenti bertiup mengabarkan keberadaanmu
Kurasakan belaian tangan-tangan muyang datuku menenangkan jiwa dan mensyairkan petuah-petuah bijak untuk menjagamu
Seketika angin pun berhenti berhembus,
Ia berhenti untuk sekedar mengamini do’a yang terucap dari bibirku
Dan hujan pun turun membasahi tanah dan menciptakan ke-khas-an aromamu
Gayoku, tak ada yang tau, betapa dalam dan megahnya maknamu bagi dunia
Tiyara Yusma, mahasiswa semester pertama di Banda Aceh