Memahami Orang Lain

oleh

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[*]

Menyadari sebuah pengalaman ketika berkunjung ketempat saudara dekat yang hidup agak jauh dari keramaian kehidupan modern dan berpendidikan, dimana mereka hidup penuh dengan kesederhanaan seolah tanpa beban. Mereka hanya mencari makan untuk  dimakan sebagai kebutuhan sehari-hari, tidak pernah berharap banyak apalagi melebihi kemampuan, mereka selalu makan apa adanya tanpa meminta dan menuntut yang tidak ada apa lagi itu di luar pengetahuan mereka. Sebagai orang yang pernah hidup dalam keadaan dan kondisi seperti mereka terkadang kita masing sering lupa dan salah dalam memahami apa sebenarnya yang mereka inginkan.

Menganggap nyaman dengan keadaannya dimana mereka tidak banyak menuntut, seolah pasrah dan rela dengan keberadaannya. Lalu ketika kita hendak masuk kedalam kehidupan mereka sering kita menjadi diri mereka dengan tanpa memahami bagaimana mereka sebenarnya, sehingga akhirnya harapan perubahan agar mereka keluar dari keadaan tidak akan terjadi, karena boleh jadi pada akhirnya mereka berkesimpulan bahwa orang yang telah keluar dari kondisi dan lingkungan mereka juga tetap sama dan tidak pernah berubah.

Dengan penuh penyesalan pernah satu ketika saya mencoba menjadi diri mereka karena saya membayangkan bahwa kehidupan mereka sangat nyaman, tapi kemudian setelah saya masuk kedalam kehidupan mereka ternyata mereka tidak merasa nyaman dan sebenarnya mereka juga ingin keluar dari keadaan dan kondisi yang mereka alami. Cara yang saya kerjakan untuk masuk menjadi bagian diri mereka sebenarnya tidaklah sulit, hanya pada saat saya berkunjung ke rumah mereka saya membawa “ikan asin”, karena saya membayangkan betapa enaknya ketika sampai di kampung dimana mereka tinggal dengan dikelilingi oleh kebun kopi dan udaranya sangat dingin. Cuaca seperti ini biasanya  sangat enak untuk makan dan lebih spesial lagi bila makanannya adalah nasi putih dengan sayur rebus ditambah sambal cabe/terasi dan dengan ikan asin sebagai ikannya, karena saya membayangkan makan seperti itu enak maka saya membawa ikan asin ketika berkunjung kerumah mereka.

 Pada awalnya saya tidak merasa bersalah dengan apa yang saya lakukan malah saya sangat menikmatinya, tetapi tiba-tiba salah seorang anak dari keluarga yang saya kunjungi menelpoh dan bertanya kepada saya, apakah abang (panggilan beliau kepada saya) ada bawa ikan ? Saya tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan kepada saya, namun dalam hati saya terus terbayang seharusnnya saya tidak membawa ikan asin, paling kurang yang saya bawa adalah ikan bandeng, tongkol atau ikan lain kalaupun tidak harus daging atau ayam.

Itulah sebuah pengalaman dan pengetahuan yang salan yang pernah saya lakukan, dimana pada saat itu ketika saya hendak berkunjung kerumah keluarga atau orang lain saya selalu membayangkan bagaimana enaknya saya ketika sampai di tempat tersebut dan saya tidak pernah berpikir bagaimana bangganya mereka dengan kedatangan saya.

Dari pengalaman tersebut penulis mencoba menyadari bahwa setiap orang sebenarnya ingin keluar dari semua kondisi yang sedang dialaminya, baik dari kondisi kesusahan ingin berpindah pada kesenangan, dari kondisi kesempitan ingin menuju pada kelapangan atau juga dari kesenangan yang dialamami ingin berpindah kepada kesenangan yang lain yang lebih baik. Jadi standar kesenangan, kelapangan atau apapun yang ingin dicapai hanya dengan melihat orang lain, karena itu kita mau katakan bahwa kita ingin berpindah dari satu keadaan kepada keadaan lain haruslah ada orang lain yang sudah berada pada keadaan tersebut, kendati pada saatnya nanti kita bisa mendapatkan lebih dari yang orang pernah dapatkan.

Menjadikan orang lain tetap sebagai mana kondisi awalnya bukanlah sebuah penghargaan tetapi lebih kepada sebuah pembiaran, untuk itu langkah yang harus dikerjakan adalah memberi contoh kepada orang yang tersebut tentang konsisi setelah perubahan karena kondisi sesudah perubahan itu lebih indah. Contoh yang paling sederhana adalah jangan menyuruh orang yang tinggal dipinggir laut untuk menikmati ikan dan jangan pula menyuruh orang dipergunungan untuk menikmati sayuran, tetapi berilah orang yang hidup dipantai itu makanan selain ikan dan orang yang dipergunungan selain sayur-sayuran.



[*] Dosen Fak. Syari’ah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.