Ketol, Kampung Asal dan Rekaman Sejarah Gayo

oleh
Pesona Kampung Ketol sebelum gempa.(LGco-Aman Renggali)

Khalisuddin

Nama salah satu kecamatan di Aceh Tengah sangat mudah di ingat bernama “Ketol” yang dalam bahasa Gayo berarti cacing. Ketol sangat dikenal dunia bukan saja karena goncangan Gempa 2 Juli 2013 silam, tapi juga karena sejarah kedatangan Batak Dua Tujuh, sejarah kehebatan Pang-Pang Gayo melawan Belanda, juga karena tempat asal ditemukannya varietas kopi Ateng serta hasil perkebunan tebu yang mendunia.

Ada sejumlah kampung yang tercatat dalam wilayah Ketol, diantaranya Bah, Belang Mancung, Bintang Pepara, Burlah, Buter, Cang Duri, Gelumpang Payung, Jaluk, Kala Ketol, Karang Ampar, Kekuyang, Kute Gelime, Pantan Penyo, Pantan Reduk, Ponok Balik, Rejewali dan Serempah.

Umar Dani, nara sumber legenda asal mula penamaan pemukiman Ketol. (LGco_Kha A Zaghlul)
Umar Dani, nara sumber legenda asal mula penamaan pemukiman Ketol. (LGco_Kha A Zaghlul)

Banyak yang bertanya-tanya kenapa diberi nama Ketol, asal muasalnya kenapa diberinama kawasan tersebut dengan nama “cacing” hewan mitra petani menyuburkan tanah.

Cerita Rakyat

Seorang warga Kampung Bukit Kecamatan Kebayakan yang mengaku berasal dari Ketol, bernama Umar Dani dalam sebuah kesempatan berkisah tentang asal muasal kampung asalnya itu diberinama Ketol yang kisahnya turun temurun.

Saat nenek moyang Batak Dua Tujuh datang ke Tanah Gayo, awalnya berkemah di hamparan yang sekarang disebut Ketol, persisnya di Kute Gelime saat ini.

Kala itu rombongan mengalami krisis perbekalan. Persediaan logistik menipis. Keadaan betul-betul sudah mengkhawatirkan.

Disaat-saat genting tersebut, suatu malam salah seorang dari rombongan bermimpi. Dalam mimpinya seseorang berkata kepadanya agar memasang Wau (sejenis bubu) di sungai Peusangan. ”Lang taman ko wau, ike sanah pe kona ayon ko kowan kuren roa are, renye ijerangen serlo sara ingi,” ucap sosok dalam mimpi tersebut. “Besok, kamu pasang bubu di sungai Peusangan, apapun yang masuk ke bubu tersebut harus kamu masukkan kedalam periuk berukuran dua bamboo, masaklah dan biarkan selama satu hari satu malam”.

Karena sudah kehabisan akal menghadapi kondisi genting tersebut. Saat pagi orang yang bermimpi ini langsung menuruti perintah yang diucapkan sosok dalam mimpinya.

Bubu ditaruh di sungai Peusangan selama sehari satu malam dan keesokan harinya orang ini sangat terkejut. Bubunya dipenuhi ribuan ekor cacing dengan warna yang mengkilap. Tanpa pikir panjang, orang ini langsung memasukkan cacing-cacing tersebut kedalam periuk. Dan ternyata cacing yang masuk kedalam perangkap bubunya setara dengan 2 bambu.

Orang ini lalu memasukkan cacing-caing tersebut kedalam periuk dan membiarkannya selama sehari semalam di tungku api. Dan ternyata saat dibuka cacing-caing itu berubah jadi emas.

Mersah Tue di Serempah dibangun degan kstruksi kayu nyaris tanpa paku. (LGco_Khalis)
Mersah Tue di Serempah dibangun degan kstruksi kayu nyaris tanpa paku. (LGco_Khalis)

Rombongan tentu sangat gembira dan langsung menukarnya dengan sejumlah perbekalan makanan dan sisanya untuk kebutuhan lainnya.“Saat kejadian tersebut seluruh anggota rombongan sudah beragama Islam dan sudah khitan,” tegas Umar Dani yang berprofesi sebagai petani juga sebagai pembuat dan penjual peralatan nelayan Danau Lut Tawar ini.

Beberapa kampung lain seperti Serempah, punya sejarah sendiri  yakni sewaktu terjadi perang saat itu. Rombongan Batak Dua Tujuh dikisahkan akan di serang oleh sebuah kekuatan besar. Karena jumlah mereka sedikit maka disiasati dengan taktik seolah-olah mereka banyak yakni dengan membuat sampah mangas (makan daun sirih) terlihat banyak.

Saat musuh tiba dilokasi Serempah, mereka tidak menemukan Batak Dua Tujuh karena telah bersembunyi, tapi menemukan sampah mangas yang sangat banyak. Mereka lalu urung menyerang.

Ada juga nama kampung yang tergolong baru seperti Cang Duri yang asal mulanya saat zaman Jepang. Saat itu orang Jepang membuang uang recehan ke rumpun bambu yang banyak tumbuh dilokasi tersebut. Lalu orang-orang setempat menebangi bambu-bambu tersebut untuk mendapatkan uang yang di buang sang Jepang sampai lokasi tersebut bersih dari bambu sehingga memungkinkan untuk ditempati.

Umah Ramong, konon merupakan peninggalan Belanda. (LGco_Khalis)
Umah Ramong, konon merupakan peninggalan Belanda. (LGco_Khalis)

Perang dengan Belanda
Menurut beberapa referensi, Ketol sangat melekat dalam sejarah perang perjuangan  kemerdekaan RI saat penjajah Belanda masuk ke Gayo. Ditulis browiez.blogspot.com dengan judul artikel Pembantaian di Aceh Saat Perang Melawan Belanda disebutkan pada tanggal 12 Februari 1904 pasukan Belanda telah tiba di daerah daerah Gayo Lut, kira-kira 50 kilometer dari Takengon. Saat Belanda menginjakkan kakinya di Ketol, disambut dengan pertempuran sengit untuk kali pertama di Gayo, pasukan Belanda mengalami korban, baik mati maupun luka-luka.

Sementara menurut Kurnia dari Forum Pake Gayo dalam tulisan berjudul “Pertempuran di Tanoh Gayo” yang diposting di www.lintasgayo.co disebutkan telah terjadi pertempuran sengit dipimpin  Pang Gembera dan Pang Putih  di Tenge Besi yang berlanjut di Bur Pante Ketol tahun 1901. Pertempuran di Bur Ni Pante sebelah timur Kampung Ketol kembali berulang di tahun 1905 yang dipimpin oleh Pang Ali.

Dalam periode selanjutnya menjelang tahun 1945, Belanda sempat berdiam beberapa tahun di Ketol menguras hasil hutan pinus di kawasan tersebut. Sejumlah peninggalan Belanda masih ada hingga sekarang seperti bangunan “Umah Ramung” di kampung Ponok Balik yang masih berdiri kokoh.

Pemberontakan DI/TII
Ketol juga tidak terlepas dari sejarah perjuangan DI/TII Aceh. Pada tahun 1953, setelah penyerangan kota Takengon pasukan DI/TII pimpinan Tgk. Ilyas Leube, seluruh pasukan membangun Camp di Berawang Gajah. Setelah sebulan berpindah ke Semelit hingga tahun 1955. Kala itu logistik pasukan DI/TII yang berkekuatan 350-an pasukan  dikoordinir oleh putra Ketol, Maun Jali. Demikian diutarakan peneliti sejarah Gayo, Salman Yoga. S.

Presiden SBY saat berkunjung ke Ketol pasca Gempa Gayo 2 Juli 2013. (LGco_Zulkarnain)
Presiden SBY saat berkunjung ke Ketol pasca Gempa Gayo 2 Juli 2013. (LGco_Zulkarnain)

2 kali dikunjungi RI 1
Ketol memang punya historis istimewa dibanding daerah lain di Gayo, Presiden RI sempat 2 kali menginjakkan kaki ke tanah Ketol.  Pertama presiden Soeharto, pada bulan Mei 1983 berkunjung ke Ketol dalam kaitan pembangunan Pabrik Gula Mini (PGM) di Buter Ketol.  Dari berbagai literature sejarah, Pabrik Gula Mini ini pernah beroperasi di era tahun 1970-an, namun rusak akibat konflik politik yang berkepanjangan.

Setelah 30 tahun dari kunjungan pak Harto, persisnya Selasa 9 Juli 2013 giliran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang ke Ketol meninjau ekses Gempa Gayo, yang terjadi Selasa 2 Juli 2013.

Tebu dan asal Kopi Ateng
Selain historis dan Bupati Aceh Tengah ke-4, Mude Sedang berasal dari Ketol, kawasan ini juga ternama hingga mendunia dengan hasil perkebunan tebunya. Sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari perkebunan tebu dan mengolahnya menjadi gula pasir yang berkualitas. Menurut seorang petani sekaligus pengusaha pengolahan tebu warga Buter, Hatta, perkebunan tebu di kawasan Ketol dimulai sejak tahun 1960.

Pabrik gula merah milik warga berlatar kebun tebu. (LGco_Kha A Zaghlul)
Pabrik gula merah milik warga berlatar kebun tebu. (LGco_Kha A Zaghlul)

Satu hal lagi, salah satu varietas kopi arabika Gayo yang sempat heboh beberapa tahun juga berasal dari ketol, persisnya dari kampung Jaluk. Tengku Ibrahim Aman Samsir menemukan  Kopi Ateng Jaluk yang sangat kesohor beberapa tahun sejak 1980.

Ateng Jaluk, dari jenis Arabika atau Catimor Jaluk ini menjadi sangat istimewa karena berbuah di usia satu tahun dengan kuantitas buah yang melimpah dengan tinggi batang yang relatif pendek. Bibit kopi ini selain menyebar secara merata di Gayo juga dibawa ke daerah lain di Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan bahkan hingga ke Belgia.

Proyek Raksasa Gagal
Catatan kelam kegagalan proyek berskala nasional juga tak dari lepas dari Ketol. Operasional Pabrik Gula Mini (PGM) di tahun 1983 yang sempat dicanangkan operasionalnya oleh Presiden Soeharto harus gagal.

Pabrik ethanol di Ketol. (ist)
Pabrik ethanol di Ketol. (ist)

Selanjutnya tahun 1987, lokasi pabrik Kertas Kraft Aceh (KKA) rencana awalnya berlokasi di Ketol namun kemudian gagal dan dipindahkan ke Aceh Utara.

Dari beberapa informasi, kegagalan itu disebabkan sempitnya akses jalan keluar masuk ke Ketol yang masih terjadi hingga saat ini. Termasuk jalan lintas kabupaten, khususnya dari dan ke pesisir utara Aceh.

Dan yang terakhir adalah dibangunnya pabrik Bio Ethanol dengan dana milyaran melalui Kementerian Perindustrian Republik Indonesia tahun anggaran 2009. Sayangnya hingga kini belum beroperasi sesuai harapan dikarenakan bahan baku berupa sorghum tidak tersedia, juga karena harga tebu yang masih lebih menggiurkan petani jika diolah menjadi gula merah.[]

(Tulisan ini sudah diterbitkan di tabloid LintasGAYO edisi 11, tanggal 22 Juni 2014)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.