Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[i]
Keberhasilan Presenter
Menjadi presenter atau pembawa acara secara autodidact atau alami banyak pengalaman yang menyenangkan atau juga tidak menyenangkan, diantara pengalaman tersebut disini saya sebutkan tidak secara sistematis. Pada awal-awal menjadi presenter sangat terasa kalau durasi waktu satu jam untuk live itu sangat lama karena sering kehabisan pertanyaan dan tidak tau lagi apa yang mau ditanyakan apalagi narasumber yang dihadirkan sangat terikat dan terpaku dengan apa yang ditanyakan dan kalau tidak ada pertanyaan dia juga tidak tau mau menjelaskan apa.
Pernah satu kali ketika narasumber yang dihadirkan adalah Jhon Bowwen (antropolog yang pernah tinggal di Gayo selama tiga tahun), beliau pada saat berbicara tentang “menggali jati diri orang Gayo”. Dalam dialog yang sedang berlangsung saya kehabisan pertanyaan sehingga pada saat itu saya masih teringat beliau menyapa pemirsa dengan ucapan “penonton si umah tolong telpon kati enti kami gere mu bahan”, ini artinya dia tau betul pada saat itu bahwa saya kehabisan pertanyaan dan dialog sebenarnya tidak menarik lagi, tapi karena narasumbernya Jhon Bowwen maka banyak orang yang ingin tau tentang Gayo dari beliau sehingga pada saat itu dibantu oleh penanya dari pemirsa melalui telepon dan akhirnya durasi satu jam terselesaikan.
Pengalaman seperti itu sering terjadi ketika berdialog dengan narasumber lain sehingga apabila kejadian seperti itu berulang maka beban mental bahkan badan terasa sakit, dan tidak akan bisa terobati dalam waktu satu atau dua hari bahkan sampai kepada minggu selanjutnya. Namun jika dialog berjalan lancar ditambah dengan aktifnya pemirsa yang di rumah menelpon maka kepuasan dan kebanggaan muncul seolah minggu depan terlalu lama untuk tampil kembali.
Waktu berjalan pada batasan 7 tahun beriring bertambahnya pengalaman dan ilmu pengetahuan yang digali dari narasumber dengan beragam ilmu pengetahuan dan pengalaman, membuat satu falsafah”tidak puasnya narasumber karena terbatasnya waktu merupakan keberhasilan pembawa acara”. Sekarang banyak narasumber merasa kalau dialog di Aceh TV sangat menarik bahkan ilmu yang tersimpan di alam bawah sadar akan terungkap tanpa keterpaksaan, karena sebagaimana yang telah disebutkan bahwa narasumber Aceh TV adalah akademisi dan pelaku profesi yang berpengalaman, sehingga tidak sulit menggalinya.
Keharusan mempunyai pola pikir yang logis serta sistematis ditambah lagi dengan pengetauan dasar tentang tema yang dibicarakan bagi presenter sangat menentukan jalannya dialog, karena sering ketidak logisan meyusahkan narasumber untuk memahami pertanyaan yang diajukan dan ketidak sistematisan membuat materi diskusi tidak runtut dan berbolak-balik sehingga waktu yang disediakan didak dapat diselesaikan dengan baik.
Kenapa Harus Berbahasa Gayo
Pertanyaan karena apa acara Keberni Gayo harus menggunakan bahasa Gayo sangat sulit untuk dijawab, pertanyaan ini tidak hanya dari pemirsa yang tidak mengerti bahasa Gayo tetapi juga berasal dari orang Gayo. Alasan mereka mempertanyakan bahasa sangat masuk akal, karena dengan menggunakan bahasa Gayo maka pesan yang akan disampaikan tidak dapat dimengerti oleh kebanyakan pemirsa sedangkan pemirsa yang menontoh Aceh TV lebih banyak mereka yang bukan orang Gayo dan tidak mengerti bahasa Gayo, sebagian orang Gayo juga pernah mengatakan kalau acara Keberni Gayo ditayangkan dengan bahasa Gayo berarti pesan-pesan yang disampaikan kepada kami yang berasal dari Gayo dan itu tidak penting.
Terlepas dari ketidak setujuan tersebut Aceh TV punya misi dalam penyiarannya, dimana mereka ingin mengangkat khazanah budaya Aceh dan punya ciri khas ke-Acehan yang berbeda dengan stasiun televisi yang lain yang ada di Indonesia, itulah salah satu alasan kenapa Keberni Gayo itu berbahasa Gayo. Alasan lain dengan pertanyaan yang sama diajukan sebagian orang-orang yang pernah menonton acara Keberni Gayo, saya menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa kalau acara dibawakan dengan bahasa Gayo berarti pesan atau kebar berita tentang Gayo bisa disampaikan oleh mereka yang bukan orang Gayo dan acara tersebut akan lebih sering diselangi dengan berita dari yang bukan Gayo. Tetapi secara seloro atau bercanda dengan kawan-kawan sering juga saya jawab, kalau Keberni Gayo tidak disampaikan dengan Bahasa Gayo berarti yang membawa acaranya bukan saya.
Pernah ada upaya untuk kita coba untuk menayangkan Keberni Gayo dengan bahasa Indonesia, pada waktu kita ingin mengevalusi acara Keberni Gayo dan ingin tau bagaimana pendapat orang lain tentang Gayo. Setelah dua orang narasumber (satu orang dari Aceh Selatan dan satu lagi dari Aceh Utara) telah diundang dan keduanya telah bersedia tiba-tiba jam yang seharusnya untuk Keberni Gayo dipakai untuk acara lain, karena acara yang tersebut ada sponsor. Dan akhirnya acara tersebut batal dan kita harus minta maaf kepada narasumber yang telah meluangkan waktunya, syukurlah pada saat itu kita beri tau ketidak jadian acara sebelum maghrib sedangkan acara biasa live pada jam 21.00 WIB.
Sejak itu sampai sekarang ini tidak lagi ada rencana untuk mengisi acara Keberni Gayo dengan Bahasa Indonesia atau bahasa lain selain dari bahasa Gayo. Alasan lain yang kita gunakan untuk selalu mempertahankan bahasa Gayo dalam Acara Keberni Gayo karena semua masarakat yang menjadi pemirsa pada saat ini sudah tau dan mengingat bahwa bahasa yang digunakan dalam acara Keberni Gayo adalag bahasa Gayo, ini terbukti dari ucapan kawan-kawan yang sering menonton mengatakan “Pak Jamhuri walaupun saya tidak tau arti bahasa Gayo tetapi saya suka menonton acara Bapak”. Disamping juga bahasa yang digunakan di media elevisi dapat merubah pola pikir budaya masyarakat pemirsa.
Kalau sebelum ada acara Keberni Gayo kosa kata yang diketahui oleh masyarakat di luar Gayo sangat sedikit, diantaranya yang sering kita dengar : gere-gere, kusi beluh (Aceh : beluh lam paya) atau kata lain yang susah kita dengan, karena hanya itu yang mereka tau. Tetapi kini dengan seringnya mereka mendengar ungkapan dengan berbahasa Gayo di media mereka tidak lagi mengucapkan kata yang terkesan mengejek, dan kalaupun mereka tidak tau mereka leih suka tidak menyebut kecuali “Keberni Gayo”.
[i] Presenter dan Pembawa Acara Keberni Gayo di Aceh TV salah satu televisi swasta yang ada di Banda Aceh.