Takengon-LintasGayo.co : Berbagai jenis senjata yang dimiliki Gayo sudah sangat sulit didapatkan, malah hampir sebahagian besar masyarakat Gayo tidak lagi mengenal maupun mengetahui pemanfaatan dari alat atau senjata tersebut.
Menurut salah seorang tokoh Gayo yang saat ini berdomisli di Kampung Kemili Takengon, M. Thaib, KB yang dikenal masyarakat setempat dengan panggilan Aman Fauzan, secara diam-diam mengoleksi beberapa jenis senjata yang digunakan oleh pendahulu Urang Gayo seperti pedang kul, kunyur gagang mano, pedang temor, parang berowe, pedang penggeleh koro, kuyur temor, kuyur uluh, lapan sagi, tikon guru kampung, Aci-aci, rudus, tikon ni Reje, rudus kucak, tikon bemata, lopah penike dan bawar.
Namun, karena berbagai jenis senjata tersebut saat ini tidak lagi dimanfaatkan oleh Urang Gayo, satu persatu tidak dikenali lagi oleh generasi sekarang. Bahkan wujudnya pun sudah sangat langka, terlebih Bawar, alat tajam sejenis Rencong yang sebenarnya bukan digunakan sesuai bentuknya seperti pisau. Namun lebih sebagai tanda kekuasaan. Dulu Reje-reje di Gayo absah sebagai raja jika mewarisi Bawar.
Keinginan melestarikan benda-benda yang bernilai sejarah itu, Aman Fauzan sejak beberapa tahun silam mengumpulkan, bahkan membuat serta menyimpannya sebagai koleksi pribadi. “Beberapa senjata masih saya simpan, namun ada beberapa benda atau senjata tajam itu sudah raib entah kemana,” kata M. Thaib.
Di lain sisi ungkap Aman Fauzan, terhadap benda yang bernilai sejarah itu tidak membuahkan hasil secara ekonomi, lagi pula tidak lagi ada yang menggunakannya. “Benda itu saya simpan takut lagi hilang,” ungkapnya.
Kecuali itu, kenang M. Thaib, ada yang bertanya keberadaan senjata-senjata hasil koleksi saya, dia peneliti dari Badan Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Banda Aceh, namanya Agung Suryo yang ditemani Khalisuddin, wartawan LintasGayo, mereka mencatat nama-nama senjata koleksi saya.
Menurut M. Thaib Aman Fauzan, seharusnya pemerintah melalui instansi terkait hendaknya membuat museum yang dapat menyimpan barang-barang bernilai sejarah mengumpulkannya. Bila perlu dibuat semacam perlombaan barang siapa yang memiliki senjata atau barang-barang bernilai sejarah maka kepada mereka akan diberi penghargaan atau hadiah yang dapat bernilai ekonomi sehingga dapat dimanfaatkan oleh empunya.
“Sebuah penghargaan tentu tidak sulit diberikan oleh Pemerintah atas upaya yang dilakukan masyarakat menjaga peralatan bernilai sejarah Gayo,’ tukas Aman Fauzan.
Terkait penghargaan dari pemkab Aceh Tengah terhadap warga yang berjasa sudah pernah dilakukan tahun 2013 silam dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Takengon ke-436 tanggal 17 Februari 2013. Saat itu ada event Takengon Award dimana diserahkan penghargaan kepada 17 tokoh atau lembaga non pemerintah yang dinilai berjasa terhadap pembangunan berbagai sektor di daerah ini. Entah kenapa tahun 2014 ini event serupa tidak digelar lagi. (Rahman)