[Puisi Lirik] Purnama Empat Belas
Subhan Gayo
Bulat penuh
Seperti pecahan uang logam yang kau sambit ke langit
Jatuh kembali dekat kakimu
Tetaplah masih sekeping saja
Tidak ada hujan uang seperti yang kau dendangkan
Kau memang si penghayal nomor satu yang pernah kukenal
Meski diam-diam akupun berharap koin-koin berjatuhan
Menimpuk kepalaku agar rasa papa terusir selamanya
Hujan duit…
Hujan duit…
Lirih kuikuti nyanyianmu
Kau selalu pandai menghibur
Bulan empat belas
Warna perak seperti kepingan logam
Penghuni terakhir sakumu
Yang kau tukarkan dengan sebungkus nasi berlauk tempe
Tetap saja itu adalah satu bungkus kecil
Apapun dalihmu itu tak sepadan dengan kegagahan
Memaksaku untuk menyantapnya berdua
“Ini dari koki terbaik di negeri ini “
Separuh hadiahmu nikmatnya setengah mati
Bukan karena campuran lauk bernama lapar
Yang kubawa sejak kemarin pagi
Tapi juga oleh kuah asin air mataku
Bulan empat belas
Benderang sejernih parasmu
Hidup kau tampung dalam ringkih
Aku tidak habis mengerti
Mengapa engkau lebih memilih mati kelaparan
Dari pada menyuapi mulutmu dengan pemberian orang-orang narsis
Yang mendagangkan kemiskinan kita
Atau mengapa kau begitu kalap
Ketika tahu nasi bungkus yang kubagi untukmu
Adalah hasil copetan di pasar kampung
Kau memang si lugu, kawan
Apa kau tidak mengerti, di negeri sarang penyamun ini
Teman dan musuh adalah para pencuri?
Apa kau sanggup menahan lapar?
Bulan empat belas
Cahaya merona
Angin lirih menerpa
Sepi terasa memekik
Sepinya sepi
Kesedihanku tumpah di batu nisanmu?
Toh kau kini merdeka
Seperti saat hidupmu
Bulan empat belas
Aku menggigil mengenangmu
[SY]
Lhokseumawe, Mei 2014