
“Genap Mupakat itu kini hanya tinggal slogan dan hanya menjadi lambang tiga daerah di bumi Gayo yakni Kabupaten Bener Meriah (Genap Mupakat), Gayo Lues (Musara), Aceh Tengah (Keramat Mupakat) dan Aceh Tenggara (Sepakat Segenep). Padahal kata-kata Mupakat sebenarnya telah menjadi budaya Urang Gayo untuk menentukan sesuatu persoalan baik ditatanan penyelesaian terkait adat maupun di pemerintahan,” ungkap Dusky.
Namun, kata Dusky, dalam prakteknya Genap Mupakat atau musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kemaslahatan ummat saat ini kian raib ditelan kepentingan atau ego yang berpatrun kepada ajaran barat.
Menurutnya, bila saat ini mau melestarikan budaya maka diperlukan keseriusan dan komitmen dari pemimpinnya, stakeholder hingga lapisan masyarakat dan unsur pemerintahan terendah.
“Jika tidak, budaya kita akan karam dan hilang tanpa bekas. Pemerintah daerah harus lebih serius dan fokus dalam melestarikan adat istiadat ini, bukan hanya dibukukan, dipahami namun wajib dilaksanakan,” tandas Dusky. (Rahman | Kha)