Kepala BP3A Aceh : Pasca Tsunami Maksiat Meningkat

oleh
Peserta pelatihan
Peserta pelatihan

Takengon-LintasGayo.co : Fakta yang mencengangkan paska tsunami Aceh beberapa tahun silam, ternyata tingkat maksiat masyarakat Aceh semakin meningkat. Demikian diutarakan kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) provinsi Aceh, Dra. Dahlia, M.Ag dihadapan peserta kegiatan pelatihan kepemimpinan perempuan yang digelar di Takengon, Rabu 23 April 2014.

“Agaknya tsunami tidak memberikan pembelajaran, ini terlihat dengan turunnya aqidah masyarakat. Bukan hanya kemiskinan harta, kini kemiskinan jiwa ikut melanda masyarakat kebanyakan,” ujar Dahlia.

Kaum perempuan pun banyak yang menyalahi penyelenggaraan syariat seperti dalam berpakaian. Jilbab yang digunakan banyak dijadikan sebagai kedok, seolah hanya untuk menutupi aqidah yang menurun. Kata dia.

Perempuan masih dinomorduakan

Pelatihan ini menurut Dahlia bertujuan memberikan penguatan kepada perempuan terutama persoalan kepemimpinan yang merupakan  cara dalam mempengaruhi orang lain sehingga perempuan dapat bekerjasama dan tujuan yang diharapkan bisa tercapai.

“Melalui pelatihan ini, dengan sikap kepemimpinan yang bertujuan untuk menggerakkan masyarakat. Nantinya dapat dimanfaatkan guna meminimalisir kondisi atau keadaan sekarang, yang mana perempuan terutama anak-anak perempuan membutuhkan perhatian seorang figur (relawan) bukan hanya dari sisi material, namun dari sisi lainnya juga,” papar Dahlia.

Maka bagi para perempuan yang bergerak di bidang organisasi sosial, kata dia, dapat disebut sebagai perempuan berdaya yang dapat membentuk integritas perempuan, kualitas dalam mengambil keputusan di keluarga dan masyarakat.

Ditambahkan Dahlia, sikap yang masih saja menjadi gaung di tengah masyakat Provinsi Aceh adalah sikap menomor dua kan perempuan. Padahal sebenarnya pembangunan nasional adalah seutuhnya melibatkan warga negara yaitu laki-laki dan perempuan, sehingga semua penganggaran tergantung kebijakan.

Hal ini, menurutnya menjadi suatu pergerakan bagi kaum perempuan untuk dapat membuat kebijakan itu, dengan cara jangan menunggu untuk dilibatkan tetapi libatkanlah diri. Melakukan peningkatan kepada kebaikan-kebaikan. Sebab kebanyakan dari terjadinya kasus perempuan adalah ketidakpedulian laki-laki, baik ia sebagai seorang ayah atau keluarga.

“Pada dasarnya, ranah perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Maka perempuan sejatinya harus cerdas. Meskipun di dalam agama menyatakan bahwa laki-laki wajib mencari nafkah. Pada masa kini, bukan laki-laki saja yang mencari nafkah namun perempuan juga.

“Bukan bermaksud untuk bersaing, tetapi usaha menjadi mitra. Kelebihan perempuan, ia memiliki kualitas dan pandangan yang menyeluruh. Sebab ia lebih memiliki jiwa pendidik, menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya.” Ungkap wanita kelahiran Jakarta ini.

Dia berharap dengan diadakannya pelatihan kepemimpinan itu, bagi kaum perempuan yang bergerak di organisasi sosial dapat mendampingi mereka kaum perempuan lainnya yang membutuhkan dan untuk mempertimbangkan antara laki-laki dan perempuan dalam menampung aspirasi, pengalaman sehingga laki-laki dan perempuan dapat bermitra sesuai kebutuhan dan saling bekerjasama mencapai tujuan. (Zuliana Ibrahim)

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.