Takengon-LintasGayo.co : Beberapa hari menjelang pelaksanaan pemungutan suara Pemilu Legislatif, 9 April 2014, suasana politik di Aceh Tengah semakin memanas. Laporan pelanggaran aturan pelaksanaan Pemilu semakin banyak terdengar, khususnya praktek politik uang, juga aksi teror seperti yang terjadi di Kenawat Lut Takengon, 9 April 2014 lalu.
“Beberapa pintu rumah di kampung kami di beri tanda silang dengan cat berwarna merah. Cara ini sama dengan aksi teror saat konplik Aceh,” kata Habibi seorang warga Kenawat Lut, Selasa 11 Maret 2014.
Aksi yang dilakukan oleh orang yang tidak dikenal ini, kata Habibi menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi masyarakat, karena tanda itu adalah tanda kematian saat konplik dulu.
“Kami berharap aksi ini tidak terjadi lagi dalam pesta demokrasi ini,” ujar Hamidi yang merupakan anggota tim pemenangan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini.
Politik Uang
Sementara itu, dari kampung Uning Niken Kecamatan Bies warga merasa resah degan praktik politik uang yang makin marak dengan pemberian uang maupun pemberian barang oleh para Caleg.
“Ada yang praktik politik uang disini, namun saya nggak mau jual kepala saya. Dari kecil, saya nggak pernah dan tidak akan menjual kepala saya,” kata Jamaluddin, warga Uning Niken di Uning Pegasing, Takengon, Senin (10/3/2014), menanggapi ada dugaan pemberian uang Rp.200 ribu per kepala oleh caleg di Dapil IV Aceh Tengah (Kec Bebesen, Kec Bies, dan Kec Kute Panang)
Jamal, berharap, semua pihak, terutama Panwaslu Aceh Tengah dan pihak berwajib menangkap tangan caleg-caleg yang berpolitik uang. “Nggak mungkin nggak bisa ditangkap. Panwas ada. Polisi ada. Kalau nggak seperti itu, masyarakat terus dibodoh-bodohi, dan jadi korban. Akhirnya, kita (daerah dan masyarakat keseluruhan) yang jadi korban,” tegasnya.
Tak ada yang mau jadi Saksi
Sementara itu, Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten Aceh Tengah, Maryeni kepada LintasGayo.co, Kamis 20 Februari 2014 lalu, menyatakan pihaknya belum menerima satu laporan pun terkait perilaku money politic menjelang pelaksanaan hari pemungutan suara Pemilu 2014.
“Sampai hari ini tidak ada satu laporan pun yang masuk ke Panwasalu terkait money politic. Panwaslu berharap ada kegiatan money politic yang bisa diangkat, sehingga menjadi shock therapy bagi para Caleg agar bermain bersih dalam Pemilu ini,” kata Maryeni.
Selama ini, menurut dia, bila ditanyakan kepada masyarakat tidak ada yang mau bersaksi atau memberikan barang bukti. Bahkan ada yang dipanggil melalui undangan untuk diklarifikasi, namun tidak ada yang datang. Alasannya karena merasa tidak enak atau takut terhadap yang memberikan.
“Mohon dukungan terlebih pada teman- teman pers yang mengetahui informasi ini bahkan kita bisa bersama-sama turun dan tangkap tangan langsung, sehingga yang memberi tidak bisa mengelak, karena kasus ini dapat ditindak lanjuti harus memenuhi unsur ada pelapor, terlapor, saksi minimal 2 orang dan adanya barang bukti,” demikian Ketua Panwaslu Aceh Tengah, Maryeni. (GM)







