
Redelong – LintasGayo.co: Koordinator Aksi Gerakan Perjuangan Rakyat Bener Meriah (Gapura-BM) Waladan Yoga menantang Bupati Bener Meriah Ruslan Abdul Gani untuk membuktikan perkataannya jika memang ingin mundur.
“Perlu penegasan Bupati Bener Meriah jangan gertak sambal, jika mau mundur maka mundurlah dengan gentleman,” ujar Waladan dalam pernyataan tertulis menanggapi pernyataan Bupati Ruslan yang menyebutkan, mundur terkait dengan aksi yang memintanya mundur, sebagaimana dilansir Lintasgayo.co sebelumnya.
Waladan juga menanggapi, bahwa tidak ada penyataan yang terlontar pada saat aksi Bupati Bener Meriah pelit. Sangat naif dan terlalu rendah harkat dan martabat masyarakat Bener Meriah jika Bupati Bener Meriah menilai masyarakat dengan materi.
Masyarakat Bener meriah bukanlah sebagai masyarakat peminta-minta, aksi yang kami lakukan didasarkan pada data, Fakta dan Saksi dilapangan terhadap seluruh protes yang kami sampaikan;
“Janganlah menilai jati diri (moral) masyarakat Bener meriah dinilai dengan uang,” ujar Waladan, Minggu (10/11/2013) dalam pernyataan tertulisnya.
Waladan juga mempertanyakan, pernahkah Bupati Ruslan Abdul Gani beserta seluruh Jajarannya merasakan kepedihan dan kekecewaan para tenaga honorer yang tidak bisa mengikuti ujian CPNSD padahal mereka sudah memenuhi syarat yang ditentukan dan mengabdi puluhan tahun untuk Bener Meriah:
Lalu, dimana Bupati Bener Meriah saat para korban honorer mencoba untuk mengadu? “Adakah Bupati peduli dengan nasib mereka. Kembalikanlah hak-hak mereka dan jangan sekali buang badan dan lempar tanggungjawab,” tulis Waladan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Bupati Kabupaten Bener Meriah Ir Ruslan Abdul Gani mengakui bersyukur diminta mundur, dan sekarang sedang mencari cara untuk itu karena telah gagal meningkatkan keimanan masyarakat di Bener Meriah.

“Mesjid-mesjid di Bener Meriah sekarang banyak yang kosong, mungkin karena kita telah sombong karena memiliki masjid yang besar,” kata Ruslan Abdul Gani pada acara “Menatap Gayo” di Anjungan Aceh Tengah, Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Jum’at malam (8/11/2013).
Ruslan menyampaikan itu terkait aksi yang meminta dirinya mundur. Katanya, dia memang terkesan pelit, karena mainset masyarakat yang mengira bupati banyak duit, dan dia ingin merubahnya supaya sesuai dengan keimanan urang Gayo.
“sekarang justru orang tidak mau lagi uang berwarna biru, tetapi berwarna merah. Kalau diberi, maka langsung beredar informasi kalau bupati Bener Meriah bagi-bagi uang,” ujar Ruslan.
Dijelaskan pula, kalau dia melayani moral seperti itu, tidak ada jalan lain selain korupsi, karena bupati digaji Rp6 juta.
“Dan barangkali ini kegagalan saya menaikan keimanan rakyat, dan saya siap mundur karena gagal,” demikian kata bupati.(pr | aZa)