
DIANTARA banyaknya seniman dan pelaku musik asal Gayo, sosok pria yang satu ini memang lumayan kurang dikenal. Namun siapa sangka, pria dengan nama lengkap Irwansyah asal Desa Blower, Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues ini ternyata punya peran besar terhadap perkembangan seni di Gayo Lues, khususnya seni jalur musik.
Iwan Laskar Gayo, sapaan akrab pria Alumni Pendidikan Seni Universitas Negeri Medan (Unimed) ini dinilai punya insting yang kuat tentang musik etnik Gayo yang dia geluti. Iwan yang juga sebagai pendiri band etnik Laskar Gayo ini merupakan orang yang pertama kali membawa warna musik etnik moderen ke Gayo Lues. Selain pemain musik, ilmu komposer yang dia miliki terbukti baik, sejumlah musik yang dia aransemen dengan komposisi syair lama dari tari Saman dan Bines mampu menghipnotis para pendengar. Bukan saja masyarakat di Gayo, tapi masyarakat luar juga turut mengagumi musik yang diaransemen Laskar Gayo. Seperti lagu Saman yang sempat diputar di tiga radio Dunia yakni Jepang, Malaysia, dan London.
Iwan kepada LintasGayo.co mengaku mulai tertarik dengan musik sejak duduk di bangku sekolah dasar,”Sejak kecil saya sudah diperkenalkan dengan sejumlah alat musik seperti gitar dan keyboard oleh Almarhum Kakek saya yang juga dulu sebagai pemain contra bass disalah satu grup orkes di Siantar. Kakek betul-betul menginspirasi saya” kenang Iwan.
Memasuki SMP dan SMA, Iwan mulai mengasah kemampuannya dengan mengikuti sejumlah kegiatan seni seperti grup paduan suara, sanggar, dan sejumlah festival musik. Iwan mengaku ingin sekali belajar bagaimana menyatukan seni dengan alam,”Saya merasa seni adalah bagian dari hidup saya,” kata Iwan yang dikenal banyak menguasai alat musik ini.
Memasuki masa kuliah, dirinya pernah bersama Brevin Tarigan, komposer asal Tanah Karo menggelar konser 3 suku yakni Gayo, Karo, dan Batak di taman budaya Medan pada tahun 2011 yang dinilai sukses dan setelah itu Iwan bersama rekan-rekannya mulai optimis untuk menggarap album.
Akhirnya dengan bantuan sejumlah pihak, pada tahun 2011 Laskar Gayo meluncurkan album perdananya dengan 10 buah lagu. Namun sayang, karena formatnya yang hanya musik MP3 saja tanpa video, personil Laskar Gayo yang juga banyak berasal dari Aceh Tengah dan Bener Meriah itu kurang dikenal publik. Sejak itu, Laskar Gayo kerap dijadikan sebagai inspirator bagi sejumlah musisi muda di Gayo Lues. Lagunya yang banyak berisikan lirik-lirik lama menjadi lagu yang banyak dirindukan oleh para orang tua di Gayo.
“Mungkin tidak saat ini, tapi saya yakin, lagu Laskar Gayo akan menjadi lagu yang selalu dirindukan oleh masyarakat Gayo,” kata Jamal Taloe, musisi Aceh kepada LintasGayo.co.
Bersama Laskar Gayo, Iwan membuktikan eksistensinya, tahun 2011 Laskar Gayo dinobatkan sebagai band terbaik se Sumatera Utara. Dan hingga kini Laskar Gayo juga kerap diundang disejumlah acara baik di Aceh dan Sumatera Utara,”InsyaAllah dalam waktu dekat ini Laskar Gayo akan menghadiri sejumlah undangan acara di Gayo Lues, acara Gayo Art Summit di Banda Aceh serta acara Saman Colaboration,” jelas Iwan.
Saat ini, Iwan yang juga berprofesi sebagai Guru Bidang Seni ini mengaku sedang disibukan dengan kegiatan pendidikannya di Jakarta,”Alhamdulillah saya dapat kesempatan untuk melanjutkan studi saya untuk sertifikasi Guru di Jakarta ,” terang Iwan.
Iwan berharap, kedepan ingin ikut membangun seni di Gayo Lues,”Hidup tanpa seni bagaikan kemuruk dalam kegelapan. Saya berharap, ketika pulang nanti dapat mengajar dan mengembangkan seni khususnya seni musik dikampung halaman saya Gayo Lues,” harap Iwan menutup ceritanya. (Bobi Mulya/SA)