GAYO telah banyak kehilangan saksi sejarah ditengah bersemangatnya upaya generasi muda menggali jejak-jejak identitas dan kebesaran Gayo sebagai salah satu suku bangsa yang berperadaban di negeri ini.
Beberapa hari setelah musibah besar melanda Gayo dengan goyangan Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) 2 Juli 2013 lalu, salah seorang Pejuang Kemerdekaan RI berpulang di negeri Linge tepatnya di Kemerleng, sekitar 10 kilometer dari Isaq ibukota Kecamatan Linge.
Dialah Rustim, sahabat seperjuangan calon pahlawan nasional Aman Dimot telah berpulang ke Rahmatullah, 8 Juli 2013 lalu. Dia merupakan seorang Veteran TNI yang ikut memperjuangkan kemerdekaan RI.
Menurut Iwan Fazri EnKa, Ketua Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Gajah Putih Takengon yang sempat berdialog panjang bersama Rustim, 9 Juni 2013 lalu, Rustim adalah sahabat Aman Dimot. “Dia punya beberapa foto bersama Aman Dimot saat hidupnya dan sempat ditunjukkan kepada saya,” kata Iwan Fazri beberapa waktu lalu.
Dan atas jasa perjuangan Rustim, salah seorang Bupati Aceh Tengah, Abdul Wahab saat berkuasa menghadiahkan tanah seluas 200 hektar untuk Rustim. Lokasi tanah tersebut adalah kampung Tero yang saat ini dikenal sebagai Kampung Kemerleng.
“Beliau mengajak berapa masyarakat untuk bertempat tinggal di sana dan berkembanglah kampung tersebut sampai saat ini,” terang Iwan Fazri.
Bersama Aman Dimot, Rustim turut ikut berjuang berperang melawan tentara Belanda di Kabanjahe. Dia juga turut menjadi saksi gugurnya Aman Dimot.
“Saat perang berkecamuk, Rustim juga sempat berteriak agar Aman Dimot mundur dari kancah peperangan. Saat itu, Aaman Dimot tidak menghiraukan teriakan teman-temannya. Aman Dimot dengan gagah berani melawan musuh hingga gugur”. Begitu kisah Rustim kepada Iwan Fazri.
Kecewa terhadap Indonesia dan Gayo
Rustim juga sempat mencurahkan isi hatinya kepada Iwan Fazri terkait keadaan Indonesia saat ini dan Gayo khususnya. “Mengapa Indonesia cuma bisa mengolah plastik dan barang bekas, mengapa tak dapat untuk membuat suatu ?. Mengapa sekarang negara dan daerah ini sangat gampang di obrak-abrik orang lain ?. Dan mengapa masyarakat Indonesia pada umumnya tak dapat merasakan kemerdekaan?
Dan khusus terhadap Gayo, diungkapkan Iwan Fazri, Alm. Rustim mempertanyakan mengapa masyarakat Gayo saat ini sudah terpecah-pecah yang tak lagi mengutamakan kebersamaan dan bersatu !.
Pejuang Rustim meninggal saat berusia 92 tahun, meninggalkan seorang istri, Sumiatun (82) dengan 4 orang anak. (Kha A Zaghlul)