Gayo Lues Mesti Kreatif Memunculkan Simbol selain Saman

oleh

Blangkejeren – LintasGayo : Kabupaten Gayo Lues hingga hari ini belum memiliki trademark di bidang fotografy, kecuali tari saman. Tari Saman pun bukan satu-satunya simbol Gayo Lues karena masih dimiliki daerah lain seperti Aceh Tenggara dan Lokop.

“Ini tugas kreatif seniman dan fotografer di Gayo Lues untuk mencari karakter yang menggambarkan Gayo Lues, seperti danau Lut Tawar di Takengon,” kata Jauhari Samalanga pada diskusi santai dengan seniman muda dan para fotografer Gayo Lues di lokasi wisata alam Kala Pinang, Gayo Lues, 22 Juli 2013 lalu.

Pada diskusi itu fotografer Zulkarnaen dari komunitas fotografer Matagong menjelaskan kalau di Gayo Lues sekarang ini sangat minim hiburan, padahal seniman muda Galus punya potensi seni maupun fotografer, tetapi tidak bisa tersalurkan karena kurang perhatian. “Masalah perhatian menjadi kendala paling utama di Gayo Lues,” katanya.

Mendengar itu Jauhari Ilyas atau populer dengan sapaan Joe Samalanga tersenyum. Katanya, penyakit itu dimanapun, bahkan di provinsi lebih parah.

“Sebagai seniman jangan mengeluh terlalu berat, apalagi orang muda. Karena kreatifitas bisa dilakukan dimanapun. persoalan yang paling kuat adalah, pendekatan kitapun kurang bagus dengan pemerintah, padahal pusat aktifitas dan uang sangat di daerah sangat tergantung pada pemerintah, berbeda dengan kota besar yang punya alternatif sponsor,” ujar Joe Samalanga.

Untuk itu, lanjut Joe, hal paling urgrn adalah pendekatan dengan  pemda dan terus berkarya. Bidang fotographi justru sangat kaya, karena alam Gayo lues memiliki keindahan luar biasa, adatnya masih tinggi, kebiasaan yang berkarakter, tinggal bagaimana cara meranu potensi itu menjadi sebuah karya, tapi karya harus inovatif dan komunikatif.

Sementara mahasiswa Gayo Lues dari Padang, Subhan menambahkan pembangunan Gayo Lues sekarang sudah terlihat baik dari sebelumnya, walaupun tampaknya ekonomi masyarakat masih minim. Sebenarnya masyarakat Gayo Lues tidak miskin, cuma berpakaian apa adanya. Keberadaan ekonomi minim itu Setelah dirinya menelusuri beberapa kampung di Gayo Lues,  ternyata hampir semua masyarakat mempunyai sawah dan hewan ternak.

“Hanya perputaran hasil daerah sekitar 30% kebanyakan di luar daerah,” kata Subhan.

Dalam hal itu menurut Jauhari samalanga, tidak terbantahkan. Sejak dulu masyarakat Gayo Lues sudah punya penghasilan, walau sebenarnya masih minim. Namun itu satu gambaran kalau kesenian dan kreatifitas tidak mungkin bisa terbelengu karena ekonomi rakyat bergerak juga. Justru yang dikuatirkan ketika seni, budaya, dan adat bukan lagi sandaran penting, itu dapat merubah cara hiduporang gayo.

“Tugas kita sekarang mencatat dan menggambarkan Gayo Lues dengan baik, karena ketertinggalan kita cuma kehilangan banyaksejarah, padahal Gayo Lues lumbung sejarah yang hebat, karena dulu malas mencatat tinggal cerita saja. Ini harus dirubah,” kata Jauhari Samalanga.

Diskusisantai tersebut turut hadir beberapa anak muda di Gayo Lues seperti Zulfikar, Adan zn, Subhan, dan Khairul dari komunitas fotografer Galus. (bobi mulya)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.